Share

Bab 2

Author: Haura
Di seberang telepon, Nyonya Linda terdiam beberapa detik, lalu berkata pelan.

“Baiklah. Besok, Mama dan Papa akan ke rumah Keluarga Lunarman untuk membicarakan soal perjodohan.”

Sepanjang malam, Wulan tak bisa memejamkan mata.

Keesokan paginya, Jordan tak juga pulang. Ia hanya mengirim satu pesan singkat.

[Yanyan, ada sedikit masalah di kantor. Aku harus dinas luar tiga hari.]

Wulan tak membalas pesannya. Ia langsung memesan tiket pesawat ke Negara Amsterhol untuk keberangkatan tujuh hari ke depan.

Ia mulai berkemas. Selama bertahun-tahun tinggal bersama Jordan, barang-barangnya tentu tak sedikit.

Kini, kondisi Keluarga Wicaksono sedang goyah, maka barang-barang yang masih layak jual ia unggah ke internet untuk dijual.

Menjelang sore, muncul notifikasi pesan dari akun asing di media sosialnya.

[Hai Wulan]

Wulan membukanya. Foto profil si pengirim adalah hasil tes kehamilan, jelas menunjukkan hasil positif.

Nama pengguna akun itu adalah ‘Maya Happy’.

Itu akun baru milik Maya, akun pribadi yang hanya dibagikan pada orang tertentu.

Kehamilannya belum ia umumkan ke publik. Dari semua akun yang diikutinya, Wulan adalah satu-satunya.

Satu menit kemudian, Maya mengirimkan sebuah tautan dari TikTok.

Itu video pendek, foto-foto saat Jordan menemaninya melakukan pemeriksaan kehamilan.

Dan di bawah videonya, tertulis caption:

[Hihihi. Papa idaman versi sultan. Lembut, pengertian, super kaya! o( ̄▽ ̄)~]

Wulan langsung tahu apa maksud tersembunyi di balik unggahan itu. Dia memberi satu tanda hati, lalu meninggalkan komentar.

“Sudah dapat sumsum tulangku, sembuh, terus balik buat nyindir aku. Maya, enak ya makan roti kukus yang dicampur darah orang?”

Keesokan harinya, Wulan pamit satu per satu pada sahabat-sahabat dekatnya. Sekalian, ia juga menjual barang-barang mewahnya pada pembeli yang sudah ia janjikan.

Di perjalanan pulang, notifikasinya berbunyi. Maya mengunggah video TikTok kedua.

Masih berupa kolase foto. Kali ini, Jordan sedang menemani Maya memilih baju hamil.

Warna pink dan putih, setiap potongannya terlihat sangat manis dan modis.

Wulan kembali membuka video sebelumnya. Di sana, Maya sempat membalas komentarnya. nada balasannya sangat angkuh.

“Bukan aku yang minta kau nyumbangin sumsum tulang, itu si Kak Jordan yang maksa aku nerima karena dia khawatir.”

Wulan mengejek lewat satu balasan pendek.

“?”

Hari ketiga, Wulan menjual semua hadiah yang pernah ia berikan pada Jordan. Lebih dari sepuluh kemeja, sepatu, dan arloji mahal, semuanya ia lepas.

Tak lama, Maya kembali memposting video baru.

Kali ini, tentang Jordan yang memesankan tempat pemulihan pasca melahirkan super mahal untuknya.

Caption-nya begitu congkak.

[Gimana dong? Emang dari lahir udah hoki!]

Sore harinya, Jordan akhirnya pulang.

Begitu masuk kamar tidur, dia langsung merasa ada yang berbeda, ruangan tampak agak kosong, dan di sudut muncul sebuah koper besar berwarna pink yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Keningnya langsung berkerut.

“Ada apa dengan rumah ini? Beberapa kemeja yang kau kasih ke aku juga nggak ada. Terus, kau beli koper ini buat apa?”

Wulan menunduk pelan, dan menjawab sekenanya, tanpa ekspresi.

“Kemeja-kemeja itu modelnya udah ketinggalan zaman, jadi aku buang. Belakangan ini kepikiran mau liburan, tapi kayaknya nggak jadi.”

Jordan mengira Wulan sedang ngambek karena tiga hari ini dia tidak punya waktu untuk menemani. Dia pun mengeluarkan sebuah dokumen kontrak pembelian mobil yang sudah lama ia siapkan, kontrak untuk satu unit mobil supercar Lamborghini edisi terbatas.

“Aku memang sibuk kerja beberapa hari ini. Jadi, aku beliin kau satu mobil supercar. Nanti kita ambil bareng, ya.”

Wulan menunduk, menatap kontrak di tangannya.

Berbeda dari kebanyakan wanita, Wulan tidak pernah tergila-gila pada tas-tas mahal. Dia hanya punya satu kelemahan, mobil balap.

Dan Lamborghini ini, adalah model yang baru saja dia incar beberapa waktu lalu.

Jordan memesannya dalam kombinasi hitam dan pink, warna favoritnya. Bahkan kursinya pun didesain khusus dengan gambar karakter kartun favoritnya yaitu Doraemon.

Delapan tahun bersamanya, Jordan memang selalu mengingat setiap detail kecil yang ia sukai.

Kalau saja Wulan tidak mendengar percakapan di depan ruang rawat hari itu, mungkin sekarang dia akan merasa sangat tersentuh.

Namun kini, senyumnya hanya setipis kabut pagi.

“Terima kasih.”

Wulan meletakkan kontrak pembelian mobil di sampingnya, Jordan mengerutkan alis dan menunduk mendekat, meremas lembut pipi putihnya yang halus.

“Kau masih marah, ya? Malam ini ada pesta, aku akan mengajakmu pergi supaya pikiranmu lebih rileks.”

Wulan hendak menolak, tapi Jordan sudah menggenggam tangannya dan turun ke lantai satu.

Bentley baru saja melaju sebentar, tiba-tiba ponsel Jordan berdering, tampak dari panggilan masuk [Maya Imut].

Wulan tidak sempat mendengar jelas, hanya terdengar samar suara, “Kak Jordan, uuu, cepat tolong aku…”

Wajah tampan Jordan menegang, dia menekan layar ponselnya, mencari lokasi real-time Maya dari sebuah aplikasi, lalu dengan cepat memutar arah mobilnya.

“Kita batal dulu ke pesta. Maya diculik, aku harus segera menyelamatkannya.”

Jordan menginjak pedal gas dalam-dalam, menerobos puluhan lampu merah tanpa ragu.

Dua puluh menit kemudian, Jordan memastikan Maya berada di dalam mobil hitam yang ada di depan, dia menyipitkan mata dan menekan pedal gas lebih dalam lagi.

Bam!

Bagian belakang mobil hitam itu langsung penyok parah!

Sementara itu, sisi penumpang Bentley tiba-tiba dihantam keras oleh kelompok penculik yang lain!

Wulan tak sempat menghindar, kepala bagian belakangnya terbentur hingga berdarah!

Darah merah segar mengalir dari kepalanya ke pipi putihnya, sakit yang menusuk seperti ribuan jarum halus menusuk jantungnya, membuatnya nyaris tak mampu bersuara untuk waktu yang lama.

Setelah mengalami benturan keras di kursi penumpang depan, Jordan sama sekali tak melirik Wulan. Matanya tertuju tajam pada Maya yang berada di dalam mobil hitam itu.

Setelah bertabrakan tiga kali berturut-turut, mobil hitam itu terpaksa berhenti. Orang-orang di dalamnya segera melarikan diri ke mobil kelompok mereka.

Jordan mendorong pintu mobil, mengangkat Maya dari kursi belakang dengan pelukan hangat. Untuk pertama kalinya, matanya yang gelap menunjukkan kecemasan.

“Apakah kau ketakutan? Ada bagian tubuh yang terluka?”

Maya meringkuk di dalam pelukan Jordan, menoleh dengan pipi memerah, air matanya berjatuhan bak hujan musim semi.

“Itu musuh bisnis ayahku. Mereka memukulku sekali, tapi tidak apa-apa kok.”

Melihat keadaan itu, hati Jordan terasa seperti dicubit, ia berteriak marah.

“Apa maksudmu tidak apa-apa? Bertahun-tahun ini, meskipun kau di luar negeri, aku selalu memanjakan dan melindungimu. Mana pernah kau menghadapi hal seperti ini? Apalagi ada anak, kalau sampai anakmu kenapa-kenapa bagaimana?”

“Uuu… semuanya karena kau datang terlambat. Aku sangat takut…”

“Jangan takut, itu salahku. Sekarang aku akan membawamu ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh.”

Jordan meletakkan Maya di kursi belakang Bentley, dan hanya butuh lima menit untuk sampai ke rumah sakit. Sesampainya di sana, ia turun dan langsung menggendong Maya menuju ruang gawat darurat.

Sepanjang perjalanan itu, Jordan sama sekali tidak memperhatikan Wulan yang duduk di kursi penumpang depan. Matanya merah dan darah yang mengalir di kepala membuatnya tampak mengerikan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Awan Tenang, Angin Membawa Cinta   Bab 20

    Menyadari tatapan iri Maya, Wulan mengeluarkan laporan keuangan terbaru milik Grup Wicaksono dan memperlihatkannya dari balik kaca pembatas.“Apa kau lihat? Setelah satu tahun kerja keras, Grup Wicaksono sudah berhasil keluar dari masa merugi dan balik untung.”Ia berhenti sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya dan membuka foto pernikahannya dengan Hengky seminggu lalu.“Aku dan Hengky sudah menikah. Ngomong-ngomong, aku harus terima kasih sama kau juga. Kalau bukan karena kau rajin banget bikin konten di TikTok, terus-menerus pamer soal hal-hal yang Jordan lakukan buat kau, mungkin aku nggak akan secepat ini ambil keputusan buat ninggalin dia.”“Eh, siapa sangka ya, aku malah nikah sama cowok yang dulu jadi idola masa kecilku. Waktu netizen tahu kita nikah, semua komentar isinya doa dan ucapan selamat.”Nada suara Wulan terdengar penuh percaya diri dan sedikit manja.Hengky yang ada di sebelahnya melirik istrinya dan tersenyum lembut.Wajah tampannya penuh dengan rasa sayang.Ia baru ta

  • Awan Tenang, Angin Membawa Cinta   Bab 19

    Di rumah sakit swasta, dalam sebuah kamar rawat.Wulan berdiri menatap Jordan yang terbaring lemah di ranjang.Tubuhnya tampak seperti batang pohon kering, pucat, tanpa warna sedikit pun di wajah.Bahkan napasnya nyaris tak terdengar.Saat melihat Wulan, Jordan tiba-tiba tersenyum. Itu adalah senyum pertamanya selama beberapa hari terakhir.Ia memberi isyarat agar Wulan mendekat, lalu menepuk pelan tangannya. Suaranya lemah sekali.“Wulan, jangan nangis.”“Maaf ya, dulu aku salah. Aku sungguh-sungguh minta maaf sekarang.”“Jangan merasa bersalah kalau aku pergi nanti. Kalau boleh, bisa nggak kau peluk aku sekali lagi?”Wulan membungkuk pelan, memeluknya dengan hati-hati. Suaranya serak tertahan tangis.“Jangan mati, Kakek Setyabudi masih butuh kau…”Jordan tersenyum tipis. Ia melirik ke luar jendela, menatap Hengky yang menunggu di sana.Kemudian kembali memandangi Wulan dengan tatapan berat yang enggan berpisah.“Selamat menikah ya, Wulan-ku. Aku sungguh berharap kau selalu bahagia.”

  • Awan Tenang, Angin Membawa Cinta   Bab 18

    Wulan hanya melirik sekilas kertas tulisan tangan Jordan. Ia mengambilnya, lalu merobeknya tanpa ragu.Matanya menatap dingin ke arah Jordan."Kertas ini sudah kau lihat dan kini sudah hancur. Lalu, bisakah semuanya kembali seperti dulu?"Jordan mengepalkan tangan, suaranya bergetar saat membuka mulut.“Semua orang pasti pernah berbuat salah… apa kau nggak bisa memberiku satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya?”“Tak ingin lagi. Kau tak layak mendapatkannya.”Suara Wulan tenang, seakan tak berniat menyisakan ruang untuk harapan.Mengingat apa yang terjadi sebulan lalu, ia berkata datar.“Jordan, aku benar-benar pernah mencintaimu. Tapi sekarang, aku juga benar-benar sudah nggak mencintaimu.”Dari luar, dia memang terlihat lembut, seolah mudah diajak berdamai.Tapi sekali sudah membuat keputusan, dia tidak akan mengubahnya.Bahkan kalau setelah meninggalkan Jordan dia tak bertemu Hengky, dia tetap akan memilih hidup sendiri.Wajah Jordan makin lama makin pucat.Wulan melanjutkan,“Ak

  • Awan Tenang, Angin Membawa Cinta   Bab 17

    Kakek Setyabudi menatap cucunya yang selama ini penuh kebanggaan, kini untuk pertama kalinya berlutut di hadapannya. Matanya yang keruh memancarkan warna perasaan yang rumit.“Kalau aku mengajak Wulan keluar dengan syarat kau harus melepaskan posisi sebagai pewaris Keluarga Setyabudi, apakah kau rela?”Jordan tak ragu sedikit pun, mengangguk mantap.“Aku rela.”Kakek Setyabudi menarik napas dalam-dalam, di bawah tatapan penuh harap dari Jordan, ia mengangguk.“Baik.”Jordan lalu sujud tiga kali. Baru saja ia berdiri, mungkin karena begadang terus-menerus dan pukulan yang diterima, tubuhnya langsung ambruk.Padahal dulu tubuh Jordan sangat kuat, tidak mungkin langsung pingsan hanya karena beberapa pukulan.Kakek Setyabudi akhirnya merasa iba, ia melambaikan tangan memberi isyarat pada pengurus rumah untuk segera membawa Jordan ke rumah sakit.Saat pingsan, Jordan merasa seolah sedang bermimpi.Dalam mimpinya, dia kembali ke lima tahun lalu, saat Wulan menemaninya pergi ke Kuil Sentosa u

  • Awan Tenang, Angin Membawa Cinta   Bab 16

    Selama setengah bulan penuh berikutnya, Jordan tidak melakukan siaran langsung sama sekali.Awalnya, netizen mengira keinginan Jordan untuk rujuk hanya sekadar hasrat sesaat, tapi setelah lewat setengah bulan, Jordan kembali mengudara.Ketika kamera menyorot wajahnya, semua yang menonton langsung terkejut.Kepalanya terbalut perban, wajahnya pucat tanpa setitik darah, seolah baru saja melewati penderitaan yang luar biasa berat.Ternyata, selama dua minggu menghilang itu, dia benar-benar menjalani semua penderitaan yang pernah dialami Wulan.Setelah melewati semuanya, Jordan tampak sangat menyesal. Matanya memerah menatap kamera dan berkata dengan suara bergetar.“Akhirnya aku mengerti, kenapa Wulan sampai segigih itu ingin meninggalkanku”“Aku sungguh-sungguh minta maaf padanya…”Perilakunya ini membuat sebagian netizen yang sebelumnya memandang sinis kepadanya mulai sedikit merasa hormat.Nuansa komentar pun berubah drastis, meski masih ada beberapa yang tak sepakat.“Ngomong-ngomong,

  • Awan Tenang, Angin Membawa Cinta   Bab 15

    Wulan menatap pria di hadapannya yang terlihat sedikit terluka itu, lalu menyunggingkan senyum sinis.“Karena aku sudah bilang, aku nggak mau melihatmu lagi, jadi tentu aku juga nggak mau menerima pemberianmu.”“Jordan, bukankah kau selalu ingin menikah dan punya anak dengan Maya? Sekarang aku sudah memberi ruang untuk Maya, kenapa kau nggak buru-buru menikah dengannya saja?”Baru sadar, selama ini saat dia merawat Jordan yang cacat, Jordan ternyata tetap mengirim uang ke Maya yang sedang di luar negeri.Rasa kasih sayang semacam itu, bahkan membuat Wulan merasa terharu sekaligus pahit!Mata Jordan yang biasanya hitam dan berkilau kini redup seperti kehilangan cahaya. Dia maju mendekat dan mencoba memeluk Wulan:“Wulan, semua ini salah Maya. Dia menipuku dengan mengatakan dia bukan Weldy, sehingga aku salah kira dia adalah kau. Selama ini aku hanya berbuat baik padanya.”“Sekarang aku sudah tahu kebenarannya. Dari dulu sampai sekarang, yang aku cintai memang hanya kau. Beberapa hari la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status