Short
Kisah Miris Suamiku dan Kekasihnya

Kisah Miris Suamiku dan Kekasihnya

Oleh:  Anisah NabilaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
10Bab
5Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Cinta pertama Jovin Liandra terdiagnosis mengidap penyakit HIV dalam pemeriksaannya di rumah sakit kami. Aku pun melanggar kode etik medis untuk memberi tahu masalah ini kepada Jovin. Jovin mengira aku sedang membohonginya. Dia bukan hanya memfitnahku mencelakai pasien hingga mati, bahkan membuatku dijatuhi hukuman. Kemudian, dia juga menaruh obat aborsi di dalam susuku. Gara-gara hal itu, kandunganku yang berusia delapan minggu mengalami pendarahan. Aku meminta pertolongan dari Jovin, tetapi dia malah menendangku. “Akhirnya nggak ada yang menghalangiku untuk bersama Selena.” Saat aku membuka mataku lagi, aku kembali ke hari di mana cinta pertamanya terdiagnosis penyakit HIV. Kali ini, aku tidak memberi tahu Jovin, bahkan mengajukan putus dengannya. Bagaimanapun juga, Jovin sangat mencintai cinta pertamanya. Aku mesti merestui mereka berdua.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Saat terlahir kembali, aku sedang sarapan bersama Jovin Liandra.

Dia dengan pengertian mengupas kulit telur, lalu menyerahkannya kepadaku.

“Lina, apa yang ingin kamu katakan tadi?”

Pada hari ini di kehidupan lampau, aku memberitahunya masalah penyakit HIV yang diidap Selena Wilman. Selena memintaku untuk memeriksa kandungannya.

Saat laporan pemeriksaan darah keluar, aku menyadari dia mengidap penyakit HIV. Selena sendiri tidak tahu bahwa dapat terdiagnosa penyakit HIV dalam pemeriksaan darahnya. Dia bahkan berkata padaku dengan arogan, “Coba kamu tebak siapa ayah dari anak di dalam perutku? Anak suamimu.”

Pikiranku seketika menjadi hampa.

Selena telah berhubungan badan dengan Jovin.

Jovin telah mengkhianatiku.

Namun, Selena mengidap penyakit HIV. Besar kemungkinan Jovin juga akan ketularan. Aku tidak peduli dengan rasa sedihku lagi.

Hal pertama yang kulakukan adalah pulang untuk mencari Jovin, memberitahunya masalah ini, bahkan menyuruhnya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan mengonsumsi obat pencegahan.

Namun, Jovin tidak percaya sama sekali. Dia malah menggebrak meja, lalu berkata padaku dengan galak, “Paulina, kenapa kamu sadis sekali? Apa karena belakangan ini aku cukup dekat dengan Selena, makanya kamu memfitnahnya mengidap penyakit HIV?”

“Dengar aku dulu, masalah ini sangat serius ….”

Belum sempat aku menyelesaikan omonganku, Jovin menamparku. “Aku paling memahami Selena. Aku tahu jelas apa dia sakit atau nggak. Kamu jangan bohongi aku!”

Pada waktu itu, demi memberi tahu masalah ini kepada Jovin, aku baru melanggar kode etikku sebagai dokter. Aku bahkan tidak menyalahkan masalah perselingkuhannya. Hanya ada kesehatannya di dalam benakku. Namun, dia malah memperlakukanku seperti ini.

Jadi, kali ini aku akan mengelabui Jovin, biarkan dia bersama dengan cinta pertamanya!

“Oh, nggak kenapa-napa. aku cuma mau beri tahu kamu, belakangan ini pekerjaanku agak sibuk. Aku nggak akan tinggal di rumah untuk sementara waktu ini.”

Kemungkinan besar Jovin yang sekarang telah tertular penyakit HIV. Aku mesti segera menjauhinya.

“Ya sudah, kamu sibuk saja. Aku akan mendukung pekerjaanmu.” Jovin tersenyum padaku.

Begitu melihatnya, aku benar-benar merasa mual. Hanya saja, aku berusaha untuk menahannya, lalu tersenyum paksa. “Terima kasih, Jov.”

Selena baru pulang dari luar negeri bulan ini. Anak di dalam kandungannya juga baru berumur dua minggu.

Sementara, anak di dalam kandunganku baru ada sebelumnya. Setelah itu, lantaran sedang mengandung, aku pun tidak berhubungan tubuh dengan Jovin.

Dari perhitungan waktu, seharusnya aku tidak akan tertular. Hanya saja demi keselamatan, aku pun melakukan pemeriksaan darah di rumah sakit.

Pada akhirnya, hasil menunjukkan bahwa aku tidak bermasalah.

Aku pun merasa lega.

Aku yang di kehidupan lampau miris sekali. Sepertinya Tuhan sedang membantuku. Kali ini, aku pasti akan menggenggam erat kesempatan untuk menjauhi pria berengsek ini, berusaha untuk meniti karierku!

Aku menyewa sebuah rumah di dekat rumah sakit, lalu membeli kembali kebutuhan sehari-hari. Mengenai yang sebelumnya, aku tidak ingin menggunakannya lagi.

Setelah membereskan barang-barang, aku tidak pergi bekerja di rumah sakit, melainkan pulang ke rumah.

Seingatku, saat Jovin keluar tadi pagi, dia tidak mengendarai mobil. Jadi, aku pun berkesempatan untuk mencari bukti perselingkuhannya dari rekaman CCTV mobil.
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
10 Bab
Bab 1
Saat terlahir kembali, aku sedang sarapan bersama Jovin Liandra.Dia dengan pengertian mengupas kulit telur, lalu menyerahkannya kepadaku.“Lina, apa yang ingin kamu katakan tadi?”Pada hari ini di kehidupan lampau, aku memberitahunya masalah penyakit HIV yang diidap Selena Wilman. Selena memintaku untuk memeriksa kandungannya. Saat laporan pemeriksaan darah keluar, aku menyadari dia mengidap penyakit HIV. Selena sendiri tidak tahu bahwa dapat terdiagnosa penyakit HIV dalam pemeriksaan darahnya. Dia bahkan berkata padaku dengan arogan, “Coba kamu tebak siapa ayah dari anak di dalam perutku? Anak suamimu.”Pikiranku seketika menjadi hampa.Selena telah berhubungan badan dengan Jovin.Jovin telah mengkhianatiku.Namun, Selena mengidap penyakit HIV. Besar kemungkinan Jovin juga akan ketularan. Aku tidak peduli dengan rasa sedihku lagi.Hal pertama yang kulakukan adalah pulang untuk mencari Jovin, memberitahunya masalah ini, bahkan menyuruhnya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan da
Baca selengkapnya
Bab 2
Aku memutar balik rekaman CCTV, melihat rekaman selama satu bulan ini.Sesuai dugaan, aku menemukan berkali-kali Jovin membawa Selena pergi bermain dan juga mengungkit masalah kamar hotel. Aku bahkan mendengar suara mereka bermesraan di dalam mobil.“Jov, apa bagus seperti ini?” Suara Selena kedengaran lembut dan merdu.Dengar-dengar, dulu Jovin bisa bersama Selena karena suaranya sangat enak didengar.“Apanya yang nggak bagus? Memangnya kamu nggak ingin bersamaku? Kamu sudah meninggalkanku selama bertahun-tahun, apa kamu nggak merindukanku?”“Tentu saja rindu …. Emm, Jov, aku merasa nyaman sekali dengan jilatanmu.”“Masih ada yang lebih nyaman lagi. Tunggu saja.”Saat mendengar sampai di sana, aku tidak sanggup untuk mendengar lagi. Aku menuruni mobil, lalu mulai muntah parah.Siapa juga yang bisa menyangka pria seperti itu kucintai selama tujuh tahun … tujuh tahun.Pada saat ini, api dendam di hatiku semakin membara.Kejadian di kehidupan sebelumnya sepertinya terbayang di hadapanku.
Baca selengkapnya
Bab 3
Kemudian, aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi aborsi. Seandainya aku melahirkan anak ini, dia tidak akan memiliki keluarga yang utuh. Perbuatanku sama saja dengan tidak bertanggung jawab kepadanya. Jadi, memilih untuk tidak melahirkan adalah pilihan terbaik.Namun, aku tidak menyangka akan bertemu Jovin dan Selena di rumah sakit. Mereka baru saja keluar dari klinik kebidanan dan kandungan.Jovin merangkul Selena dengan bersenda gurau. Mereka berdua kelihatannya sangat mesra.Hanya saja, saat melihatku, Jovin segera melepaskan Selena, lalu menjelaskan kepadaku, “Aku temani Selena untuk melakukan pemeriksaan kandungan. Lina, kamu tahu sendiri, suaminya sudah meninggal. Dia seorang diri ….”“Emm, aku tahu. Suamiku, kamu jaga dia dengan baik. Dia sendirian cukup kasihan,” ucapku dengan tersenyum.Jovin pun membalas dengan tersenyum, “Lina, kamu memang baik hati. Aku nggak salah dalam memilih istri. Nanti malam kamu pulang ke rumah, biar aku masak buat kamu.”Ketika kepikiran d
Baca selengkapnya
Bab 4
Jovin tiba-tiba merasa tegang. Dia langsung membuka pintu, lalu berjalan keluar. “Selena, apa kamu terkena HIV?”Selena melihatnya sekilas. Terlintas ekspresi panik di dalam tatapannya. “Nggak … nggak, kok.”“Jadi, kenapa tadi kamu tanya dokter pertanyaan seperti itu?”“Ada temanku yang kena HIV. Aku bantu dia untuk bertanya.”Setelah mendengar, Jovin langsung menghela napas lega. “Baguslah, aku kira kamu kena penyakit HIV.”Sepertinya Jovin cukup takut dengan HIV.Pada saat ini, sepertinya Jovin kepikiran dengan masalah tadi. Dia menoleh untuk melihatku. “Paulina, masalah sudah terjadi. Apa pun yang kamu lakukan, aku nggak akan melepaskan Selena. Anak di dalam kandungannya juga adalah anakku.”Usai berbicara, Jovin menggenggam jari tangan Selena, lalu saling bertautan dengannya.“Oke, kalau begitu, kita bercerai saja.” Aku menatapnya dengan dingin.Selena segera membantah, “Nggak boleh cerai. Jov, kalau kamu cerai, kamu akan kehilangan segalanya. Jangan sampai kamu masuk ke perangkapn
Baca selengkapnya
Bab 5
“Atas dasar apa?” Jovin meraih tanganku dengan gilanya.“Kamu sudah punya satu anak.” Aku menepis tangannya dengan kejam.“Jovin, bukannya kamu sangat suka sama Selena? Sekarang aku restui kamu, ya?”Pada kehidupan sebelumnya, Jovin mengatakan sendiri bahwa aku telah menghalanginya untuk bersama dengan Selena.Pada kehidupan ini, aku akan merestui mereka.“Paulina, kamu pasti akan menyesal untuk meninggalkanku.” Jovin kelihatan sangat murka, kemudian dia membanting pintu berjalan pergi.Aku tidak akan menyesal. Orang yang seharusnya menyesal adalah dirinya. Bagaimanapun, dia begitu takut dengan penyakit HIV.Setelah kondisi tubuhku sehat, aku pergi ke perusahaan Jovin. Aku tahu hari ini dia pasti tidak sedang di kantor. Sebab, aku melihat dia mengunggah foto dia dan Selena sedang memilih gaun pengantin. Ada juga tulisan di foto itu.[ Sayangku cantik sekali. ]Aku nyaris saja muntah.Setelah Jovin mengetahui sayangnya mengidap penyakit HIV, apakah dia akan menyesal telah menemaninya me
Baca selengkapnya
Bab 6
“Sekarang pihak kepolisian masih sedang menyelidiki rekaman CCTV. Setelah rekaman CCTV keluar, fakta akan terkuak.”“Kamu yang sudah mencelakai suamiku. Kenapa masih menyangkal?” Seorang wanita menerjang maju, lalu menamparku dengan kuat. Saat wanita itu hendak memukulku lagi, dia pun dihalangi oleh pihak kepolisian. Kami semua dibawa ke kantor polisi untuk melakukan verifikasi situasi.Saat berada di toilet, aku bertemu dengan putri pasien yang sedang mencuci tangan. Dia kelihatan masih muda, seharusnya dia baru kuliah saja.“Dik, seharusnya kamu baru masuk kuliah, ‘kan?”Dia mengangguk dengan takut. “Aku masuk universitas kedokteran. Aku mau jadi dokter yang unggul sepertimu.”“Kamu pasti bisa,” ucapku dengan suara ringan, “Aku bisa membiayai perkuliahanmu. Tapi, aku berharap kamu bisa mengatakan fakta atas kematian ayahmu. Aku tahu, ayahmu pasti sudah beri tahu kamu.”Gadis itu mengangkat kepalanya menatapku dengan raut tidak percaya.Waktu lalu, saat aku pergi mencari ayahnya, aku
Baca selengkapnya
Bab 7
Pada akhirnya, mereka semua pun menerima hukuman, tetapi Jovin malah terbebas dari hukuman.Aku mengepal erat tanganku, terpaksa menelan amarah di dalam hatiku. Tidak masalah, aku masih ada cara lain untuk menjebloskan Jovin ke penjara.Malam harinya, Jovin datang mencariku lagi. Dia mengetuk pintu rumah, tapi kali ini aku tidak membukakan pintu.Jovin tersenyum sinis di depan pintu. “Paulina, uang itu berguna sekali. Hari ini mereka semua mengkhianatimu demi uang. Haha, kamu kira kamu sanggup untuk mengalahkanku? Tapi, kamu pintar juga. Kamu malah bisa menebak rencanaku. Aku penasaran, kamu memang bisa menghindar kali ini, tapi apa kamu bisa menghindar lagi?”Beberapa waktu setelah Jovin pergi, tidak ada lagi yang mencelakaiku. Aku mencari banyak pengawal untuk melindungiku. Kemudian, aku berusaha untuk menstabilkan pekerjaanku di rumah sakit, sebab sekarang adalah masa-masa promosi jabatan.Aku bukan hanya ingin balas dendam, aku juga ingin mengembangkan karierku.Pada saat itu, Sel
Baca selengkapnya
Bab 8
“Kalau kamu mengidap HIV, kenapa kamu nggak beri tahu aku? Kenapa kamu malah seranjang sama aku?” Amarah Jovin hampir meledak. Dia langsung melepaskan pakaiannya, lalu membuangnya ke lantai. Setelah itu, dia mengambil tisu segera mengelap tangannya.“Selena, asal kamu tahu, kalau terjadi apa-apa dengan diriku, aku pasti akan bunuh kamu!”Wajah Selena kelihatan pucat. “Jovin, bukannya kamu pernah bilang, meski aku terkena kanker, kamu juga akan tetap bersamaku? Sekarang kamu malah begitu meremehkanku? Kenapa kamu munafik sekali!”“Kamu malah percaya dengan omong kosongku?” ucap Jovin sembari ingin melarikan diri, tetapi kakinya malah dipeluk oleh Selena.“Kamu nggak boleh pergi. Hari ini hari pernikahan kita.”Jovin langsung menendangnya. Suaranya terdengar ketus, “Minggir, dasar wanita murahan!”Gambaran ini mengingatkanku pada diriku pada kehidupan lampau. Waktu itu, aku juga ditendang seperti ini.Tiba-tiba muncul darah segar di bagian paha Selena. Darah itu telah menodai gaun pengan
Baca selengkapnya
Bab 9
Hatiku diam-diam merasa tidak tenang. Aku buru-buru ke rumah. Begitu pintu dibuka, aku melihat sosok Selena.Dengan bantuan cahaya lampu jalan di luar rumah, aku melihat dia memegang sebuah suntikan yang berisi darah berwarna merah.“Paulina, apa kamu sengaja untuk menghasutku?” Ekspresi Selena kelihatan galak. “Kamu tahu Jovin akan mencampakkanku, jadi kamu ingin memanfaatkannya untuk balas dendam sama aku.”Aku melangkah mundur selangkah, memegang gagang pintu, bersiap-siap untuk melarikan diri. Namun, Selena menyadari gerakanku.“Jangan bergerak. Kalau kamu lari, aku akan tusuk jarum ini. Lagi pula, aku sudah nggak takut mati lagi.”Selena memang sudah gila.Pada saat ini, para pengawalku juga sudah pulang kerja, tidak melindungiku lagi. Aku membuang tas di tanganku ke sisinya, lalu membuka pintu untuk melarikan diri.Aku berlari dengan sangat cepat, sedangkan Selena mengejar dengan gilanya. Dia membuang jarum suntik kemari. Untung saja, aku berhasil mengelak dengan cepat.Pada akhi
Baca selengkapnya
Bab 10
Jovin menatapku dengan tatapan penuh cinta. “Paulina, aku hanya menginginkanmu dalam hidupku.”Sementara, aku berkata padanya, “Jov, aku juga akan menemanimu untuk selamanya, nggak akan meninggalkanmu.”Setelah tersadar dari lamunan, aku melihat pria di hadapanku. Dulu asalkan aku melihat Jovin, aku pasti akan merasakan rasa cinta yang kental di hatiku. Namun sekarang, hanya tersisa rasa benci saja.“Jovin, kenapa kamu bisa mengucapkan ucapan seperti ini? Kamu sudah mengkhianatiku dan mencelakaiku, kenapa kamu masih berharap aku bisa menemanimu? Kenapa kamu menjijikkan dan rendahan sekali? Pergi dari sini!” jeritku. Aku sedang meluapkan seluruh emosi di hatiku. Ucapanku membuat Jovin tertegun di tempat. Matanya mulai memerah. Air mata spontan menetes di atas lantai.“Maaf, waktu itu aku nggak bisa menahannya, makanya baru berselingkuh. Aku menyesal sekali. Aku benar-benar sangat menyesal. Seandainya waktu bisa kembali ke beberapa bulan sebelumnya, aku pasti nggak akan mengkhianatimu.”
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status