Beranda / Fantasi / Awas Kesetrum! / 5. Sesi pengenalan

Share

5. Sesi pengenalan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 13:32:41

Suara bel panjang menggema dari corong pengeras suara di tiap sudut bangunan. Pintu-pintu kamar mulai terbuka, langkah kaki terdengar berlarian ke arah aula utama di lantai bawah.

“Perhatian, seluruh siswa baru harap berkumpul di Lapangan Utama dalam lima menit. Sesi pengenalan siswa akan segera dimulai.”

Sekar buru-buru menyematkan kancing terakhirnya dan mengambil sepatu. Wajahnya masih terlihat gugup, tapi senyum kecil muncul di bibirnya saat menoleh ke Zhiya. “Terima kasih bajunya. Aku janji bakal cuci bersih-bersih nanti.”

Zhiya hanya mengangguk, lalu mengikat rambutnya seadanya dan berjalan keluar kamar tanpa berkata apa-apa.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah berdiri di tengah kerumunan siswa baru di lapangan utama. Di depan mereka, panggung semi-permanen berdiri megah dengan latar bertuliskan:

“Selamat Datang, Angkatan Baru Akademi Superhuman Indo.”

Sorot lampu panggung mulai menyala. Seorang instruktur naik ke atas panggung, diikuti oleh para murid unggulan dari angkatan atas — termasuk nama-nama besar seperti Valerie Anastasya, Reinaldo Pranata, dan tentu saja, Nathaniel Wiratmaja.

Satu per satu mereka diperkenalkan oleh sistem. Tepuk tangan meriah meledak setiap kali nama mereka disebut. Valerie melambaikan tangan dengan senyum manis, Reinaldo melempar flying kiss ke arah siswi-siswi, sementara Nathan? Ia hanya berdiri kaku, dengan tatapan dingin dan senyum nol persen.

“Dan inilah siswa-siswa terbaik dari angkatan sebelumnya, yang akan menjadi mentor dan panutan kalian!"

Sorak-sorai menggema. Tapi Zhiya hanya berdiri diam di barisan belakang, memandang panggung dengan wajah kosong. Di sebelahnya, Sekar menepuk tangan dengan semangat — tapi mata Zhiya tak pernah lepas dari satu sosok berseragam biru gelap di atas panggung.

Nathaniel.

Mata mereka bertemu sesaat. Zhiya merasa sorotan dingin itu menusuk langsung ke pikirannya.

‘Yang kata Ayah akan dijodohkan denganku...’ pikir Zhiya datar. ‘Tapi sama sekali tidak terlihat ramah.’

Sesi pengenalan selesai dengan penjelasan peraturan umum. Sementara penempatan kelas akan diumumkan setelah hasil uji kekuatan esok hari. Kerumunan mulai bubar, tapi sebagian siswa masih berkumpul di lapangan untuk... satu tujuan mulia: foto bareng kakak-kakak populer.

Valerie sibuk melambaikan tangan sambil selfie dengan para junior. Reinaldo sudah berlutut sambil pura-pura melamar seorang gadis — yang tentu saja menjerit kegirangan dan mengunggahnya ke story dalam waktu dua detik.

Zhiya hendak berbalik dan pergi saat tiba-tiba—

"Hey."

Suara itu menghentikan langkahnya. Ia menoleh, mendapati Nathan berdiri beberapa meter di belakangnya, masih dengan postur rapi dan wajah tiga perempat be

Mereka saling tatap.

Nathan membuka mulut, lalu berkata dengan nada super datar:

"Rambutmu kusut sebelah."

Zhiya menatapnya lama, lalu menyentuh pelan sisi kepalanya. “Aku tahu. Itu disengaja. Simetris itu membosankan.”

Nathan sempat... terdiam.

Tak jauh dari mereka, Sekar mematung, nahan ketawa sampai pipi kembung.

Nathan melirik pelan ke rambut Zhiya, lalu balik badan. Tapi entah kenapa, ia masih berdiri di situ. Seolah... belum selesai bicara.

“Dan tali sepatu kirimu lepas,” katanya lagi, tanpa menoleh.

Zhiya menunduk. Memang benar.

Ia mengangkat alis, lalu sengaja bilang pelan, “Mungkin dunia sedang mencoba menciptakan ‘kesan kasual’ di hari pertamaku.”

Nathan menatapnya lagi. “Itu bukan kesan kasual. Itu bahaya publik.”

Sekar sudah tak tahan. Ia batuk palsu keras-keras supaya bisa tertawa bebas.

Zhiya menarik napas panjang, lalu berkata, “Terima kasih atas inspeksi visualnya, Ketua OSIS.”

Nathan mengangguk... dan pergi begitu saja.

Sekar menghampiri Zhiya dengan muka berbinar. “I-i-i-itu... barusan kayak... kamu ngobrol, ya? Sama Ka-ka-kak Nathan...?”

Zhiya menatapnya datar. “Dia ngomong, aku jawab."

Sekar makin memerah. “Tapi... tapi... kayak... agak lucu. Gitu. Dikit. Kayak... k-kayak... flirting?”

Zhiya menghela napas. “Kalau dia niup rambutku dan ngedipin mata, baru kita sebut flirting.”

“A-aku nggak tahu pasti flirting itu gimana... tapi... kalo kamu digodain cowok ganteng... itu flirting, kan?”

Zhiya menoleh. “Atau mungkin cuma inspeksi keparnoan anak OSIS.”

Sekar menutup wajahnya pakai tangan, gemetar. “Aaaak! Aku ikut deg-degan padahal bukan aku yang diajak ngomong!”

Kerumunan mulai bubar perlahan dari lapangan utama. Zhiya berjalan tenang ke arah gedung asrama, sementara Sekar mengejarnya dari belakang dengan langkah kecil setengah lari.

“Zhiya, tunggu... tunggu! Kamu jalannya kayak ninja... nggak ada suaranya!” keluh Sekar, napasnya ngos-ngosan.

Zhiya menoleh sedikit. “Mungkin kamu harus latihan napas dulu sebelum masuk akademi tempur.”

Sekar nyengir canggung. “Hehe... iya juga, ya.”

Begitu melewati koridor menuju kompleks asrama putri, suasana mulai berubah. Cat dinding yang awalnya putih bersih mulai terlihat ada bekas coretan. Seseorang bahkan menulis “RAJANYA ANGKATAN TIGA” dengan spidol merah besar di dinding dekat tangga.

“Wah... ini... suasana mulai terasa... real ya,” gumam Sekar pelan.

Zhiya menatap tulisan itu sebentar, lalu naik tangga tanpa komentar.

Mereka sampai di lantai dua. Lorong asrama tampak cukup rapi, meski ada beberapa pintu yang terbuka dan memperlihatkan isi kamar berantakan — mulai dari pakaian yang tergantung di kipas angin sampai sepatu yang entah kenapa nangkring di atas lampu gantung.

Sekar tertawa kecil melihatnya. “Aku pikir semua anak superhuman itu disiplin dan rapi…”

Zhiya mendesis pelan, “Cuma orang bodoh yang ngira kekuatan hebat berarti akhlak hebat juga.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Awas Kesetrum!   23. Jangan terlalu jauh dariku

    “Woiii! Kakak Ipar! Rambutmu masih rapi nggak tuh?”Suara cempreng khas Xiaohan memecah ketegangan lorong.Zhiya langsung refleks mendengus keras. “ASTAGA…” desisnya, wajahnya merah padam.Nathan berhenti melangkah, alisnya berkerut tipis. Murid-murid yang ngintip dari pintu kantin langsung cekikikan, beberapa malah merekam sambil menahan tawa.“Astaga, itu adiknya!”“Fix banget dong Kakak Ipar!”“UWOOOO, ketahuan quality time di lorong!”Zhiya mengepalkan tangan, listrik berdesis halus di ujung jarinya. “XIAOHAN!!”Tapi bocah itu malah lari kecil ke arah mereka, sambil mengunyah biskuit seolah tidak ada masalah. Ia berhenti tepat di samping Nathan, menatap ke atas dengan wajah polos, meski matanya jelas penuh usil.“Eh, Kakak Ipar, kamu harusnya hati-hati loh. Kalau rambutmu berdiri seminggu, jangan nyalahin Kak Zhiya yaaa.”KYAAAAA!! teriakan murid yang ngintip makin menggema.Zhiya menutup wajah dengan tangan. “Tutup mulutmu, bocah tengil!”Nathan tetap diam, hanya menatap Xiaohan

  • Awas Kesetrum!   22. Nath—Zhi

    “—tertarik,” sela Nathan, sangat perlahan.Zhiya berhenti bernapas. “Apa?”“Terhadap anomali,” tambahnya tenang, seolah membahas eksperimen lab. “Data tidak cocok. Ujian awal, nol. Hari ini, percikan. Saat itu, sensor tantangan aktif tanpa niat. Tiga hal, satu orang. Aku… mencoba menyusun persamaan.”Zhiya menahan tatapan. ‘Ia bukan menggoda. Ia menganalisis. Kenapa rasanya tetap… menohok?’Sorak-sorai kembali bergemuruh, semakin liar. Beberapa murid mulai meneriakkan gabungan nama mereka. “Nath—Zhi! Nath—Zhi!” Seseorang meniup peluit entah dari mana. Seseorang yang lain memutar efek confetti di holo.“Luar biasa,” gumam Zhiya datar. “Kita dijadikan festival.”“Kamu bisa menyalakannya,” ucap Nathan tiba-tiba.“Apa?”“Petirmu,” katanya, setengah menantang, setengah… penasaran. “Kamu bilang bisa membuat rambutku berdiri selama seminggu. Buktikan. Di sini.”“Gila?” Zhiya memelototnya. “Kamu mau seluruh kantin gosong?”“Jika kamu tidak bisa, mereka akan menganggapmu berbicara kosong. Jika

  • Awas Kesetrum!   21. Tertarik?

    Keheningan yang menyelimuti kantin terdengar bising di kepala Zhiya. Ratusan pasang mata memantul di permukaan meja, di punggung kursi, di lantai yang dipenuhi remah roti dan percikan jus, lalu kembali lagi ke dirinya. Napas para murid terdengar seperti dengung mesin, tidak jelas, tapi mengganggu. Listrik tipis berdesis di ujung jarinya setiap kali ia menahan dorongan untuk meledak.Ia bersedekap lebih kencang. ‘Kenapa Xiaohan harus nyeret Sekar pergi sekarang juga? Dasar bocah tengil!'Nathan berdiri tegap di hadapannya, bayangannya jatuh menutupi setengah meja. Seragamnya begitu rapi sampai kancingnya seperti sejajar dengan garis lantai. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi rahangnya, yang terkenal tidak pernah goyah, mengeras samar. Ada semacam kesunyian dingin yang selalu mengiringi Nathan, seperti AC rusak yang tetap memaksa ruangan dingin.Detik memanjang. Suara kursi berderit di kejauhan. Beberapa murid menahan tawa, beberapa yang lain menggigit sedotan. Selebihnya, menunggu.“Jadi…”

  • Awas Kesetrum!   20. Kekacauan bertambah

    Suasana kantin sudah seperti pasar malam. Murid-murid berdesakan, sebagian berdiri di kursi, sebagian lain sibuk merekam dengan kamera holografik. Semua mata terfokus pada Nathan dan Zhiya yang baru saja membuat satu akademi mendidih dengan percakapan singkat mereka.Zhiya masih duduk di kursinya, bersedekap, tatapannya dingin menusuk Nathan. Aura listrik tipis menjalar dari ujung jarinya, meski ia berusaha menahannya. Sekar di sampingnya tampak panik, tangannya meremas rok seakan ingin menghilang dari pandangan.Nathan berdiri tegap, wajahnya nyaris tanpa emosi, tapi rahangnya mengeras jelas. Kantin menahan napas. Satu detik, dua detik, waktu seperti melambat—“Wuih, rame banget ya di sini?”Suara cempreng tapi penuh kenakalan terdengar dari arah pintu.Semua kepala menoleh serentak.Di sana berdiri seorang bocah berusia tujuh tahun, rambut hitamnya acak-acakan, pipinya belepotan remah biskuit. Ia berjalan santai ke tengah kantin, mengunyah renyah, seolah seluruh ruangan bukan sedang

  • Awas Kesetrum!   19. Gosip

    Suasana kantin Akademi Superhuman Indo biasanya ramai, tapi pagi itu riuhnya terasa berbeda. Bukan sekadar suara sendok yang beradu dengan piring, melainkan gumaman dan bisikan berantai yang menyebar cepat, seperti api yang menjilat kertas kering. Meja-meja penuh dengan murid yang mencondongkan badan, saling berbisik dengan mata berbinar penuh gosip.“Eh, eh! Katanya semalam ada yang manggil Ketua OSIS dengan sebutan Kakak Ipar!?” seorang murid cewek menunduk ke arah temannya, suaranya penuh sensasi.“Apa?! Ketua OSIS Nathan? Jadi dia udah punya pacar?!” sahut temannya, terlalu kencang sampai tiga meja di sekitarnya langsung ikut menoleh.Desas-desus itu merambat dengan kecepatan kilat. Dalam hitungan detik, separuh kantin sudah membicarakan hal yang sama.Di meja tengah, Valerie duduk dengan anggun. Gadis berambut perak itu menyesap jus jeruknya dengan elegan, tapi matanya menyipit saat telinganya menangkap kata ‘pacar’ dan ‘Nathan’. Wajahnya tetap tersenyum, namun jemarinya mengetuk

  • Awas Kesetrum!   18. Blender rusak

    Lorong masih sepi. Nathan berdiri tegap di depan pintu kamar Zhiya, wibawa ketua OSIS terpancar jelas.“...Kamu potong rambut?” tanyanya datar.Zhiya menoleh setengah, ekspresi dingin. Lalu dengan nada penuh sinis ia menjawab, “Tanya sendiri sama pacar jadi-jadianmu itu!”BRAK!Ia membanting pintu kamar hingga membentur tembok, lalu melengos lewat sisi Nathan tanpa menatap lagi. Sekar buru-buru mengekor sambil membawa sisir, wajahnya antara panik dan berusaha menahan tawa.Nathan tetap berdiri tegap. Tapi kali ini alisnya sedikit berkerut.“…Pacar… jadi-jadian?” gumamnya bingung.Krak krak!Suara kunyah terdengar di sampingnya.Xiaohan, dengan santai duduk di lantai sambil ngemil biskuit, menatap Nathan dengan polos, tapi matanya penuh usil.“Wih, Kakak Ipar selingkuh?”Nathan langsung menoleh cepat, tatapannya tajam.“…Apa?”Xiaohan menggoyang-goyangkan biskuitnya seperti mikrofon. “Pacar asli satu, pacar jadi-jadian satu. Wah, wah… Ketua OSIS ternyata punya life skill ganda juga ya~

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status