Share

Terpaksa Bertunangan

Priscilla merasa tidak terima dengan keputusan ayahnya yang dengan seenaknya merubah rubah calon suami untuknya. “Yang mana yang benar? Aku harus menikah dengan siapa? Tolong jangan membuatku terlihat bodoh begini,” pikiran Priscilla kini benar-benar terasa kacau, ia tidak habis pikir dengan banyaknya kejadian konyol yang ia alami hari ini.

Pria muda yang dari tadi terus berdiam diri di samping ayahnya pun, kini mulai melepas semua aksesoris yang membuat wajahnya tertutup. Priscilla pun menantikannya dengan sangat penasaran. Karna mungkin saja, hal ini bisa membantunya untuk memecahkan teka teki yang tengah membuatnya bingung saat ini.

Priscilla pun menatapnya dengan kaget. Mulai dari saat kaca matanya di lepas, sehingga memperlihatkan bentuk alis dan juga kedua mata pria itu, Priscilla seolah merasakan rasa familiar. Priscilla merasa, setidaknya ia pernah melihat wajah pria dengan rambut coklat di depannya ini sekali.

Setelah semua aksesoris yang sebelumnya menutupi wajahnya kini telah terlepas semua, Priscilla tak henti hentinya di buat syok. Kali ini, otak Priscilla seolah ingin terlepas dari kepalanya. Pria yang berdiri di depannya kini, tak lain dan tak bukan adalah Lakiel Everon, pengusaha ternama di negara ini, yang terkenal sebagai tiran kejam nan bengis.

Benar, pria yang tengah berdiri di depannya ini adalah pria yang sebelumnya ingin di jodohkan dengannya. Priscilla merasa bodoh, bagaimana bisa ia tidak mengenali rambut coklat alami yang bahkan jarang di miliki oleh orang lokal sepertinya.

Seharusnya, Priscilla langsung mengetahuinya, jika pria itu adalah pria yang ingin di jodohkan dengannya, oleh ayahnya. Karna rambut coklat alami dengan kulit kuning langsat yang bersinar, merupakan  ciri khas dari Lakiel Everon, konglomerat muda yang terkenal sebagai tiran kejam nan bengis.

Jadi, teman dari ayahnya, merupakan ayah dari pria yang akan ia nikahi nanti, calon mertuanya di masa depan. Karna jarang sekali muncul di televisi maupun surat kabar, hal yang wajar bagi Priscilla jika tidak mengetahui wajah dari orang tua Lakiel.

Priscilla pun menatap ayahnya, temannya, dan juga Lakiel dengan tatapan kecewa bergantian. Ia merasa seperti sedang di bohongi, hatinya seolah terasa tercabik cabik, tidak sanggup menerima kenyataan yang begitu pahit hari ini. Apalagi semenjak tadi, Lakiel bahkan tidak pernah berbicara dengannya.

Ditrian dengan cepat pun, langsung mengambil kesempatan di tengah situasi yang menyebabkan putrinya terlihat kebingungan seperti saat ini. Tentu saja di saat pikirannya tengah kacau begini, Priscilla tidak akan bisa berfikir dengan jernih.

Ditrian pun langsung mengambil sepasang kotak berisi cincin, ia telah mempersiapkannya sejak lama untuk hari ini. “Ayah ingin kamu bertukar cincin terlebih dahulu untuk membuktikan ucapanmu tadi. Setelah ini, kalian bisa menyelengarakan pesta yang seharusnya.” kata ayahnya sambil membuka kedua kotak cincin berwarna putih itu.

Priscilla rasanya ingin segera melarikan diri dari kenyataan yang membuatnya syok itu. Namun saat kakinya hendak melangkah keluar, tangan Priscilla tiba-tiba di genggam erat oleh pria yang akan menjadi suaminya nanti.

Priscilla menatap tangan Lakiel yang menggenggam erat lengannya. Kemudian Priscilla menatap wajah Lakiel yang terlihat sedang memintanya untuk tetap berada di sini. Berbeda dengan citra nya yang kejam dan dingin yang selama ini ia lihat dari berbagai acara televisi hingga surat kabar, Priscilla dapat merasakan kehangatan dari tatapan Lakiel saat sedang menatapnya seperti ini.

Priscilla pun pada akhirnya tidak jadi keluar dan pergi meninggalkan ayahnya. Entah kenapa, hatinya seolah merasa tergerak dengan sentuhan lembut Lakiel padanya. Lakiel pun mengajaknya untuk kembali, berdiri di samping ranjang ayahnya.

Lakiel meraih kotak berisikan cincin pertunangan itu dari tangan calon ayah mertuanya. Lakiel membuka kotak itu perlahan, sehingga begitu kotak itu terbuka, terlihat sebuah cincin emas putih, dengan permata biru yang menghiasinya. Lakiel pun meminta telapak tangan Priscilla dengan hormat dan sopan, kemudian menyematkan cincin itu pada jari manis Priscilla.

Setelah Lakiel selesai menyematkan cincin pada jemari Priscilla, kini waktunya Priscilla melakukan hal yang sama dengan apa yang barusan Lakiel lakukan padanya. Priscilla pun membuka kotak kemudian menyematkan cincin itu di jari manis Lakiel dengan tatapan kosong, Priscilla menunjukkan secara terang terangan rasa tertekan yang tengah di rasakannya saat ini.

Sementara itu, kedua orang tua dari kedua belah pihak pun terlihat sangat bahagia. Ayah dari Lakiel dan juga Priscilla, seolah memang sudah menantikan datangnya hari ini sejak lama. Hari dimana kedua anak mereka bersatu, dalam suatu ikatan suci.

Padahal sebenarnya, ada banyak sekali pertanyaan yang ingin Priscilla tanyakan. Namun rasanya, mulutnya tidak bertenaga lagi untuk mengeluarkan suara. Karna kejadian hari ini, benar-benar menguras tenaga Priscilla.

Di tengah suasana yang sedang hening seperti saat ini, tiba-tiba saja terdengar suara panggilan dari ponsel Lakiel. Tampaknya dia sedang ada urusan mendesak, yang mengharuskannya untuk segera pergi dan menyelesaikannya.

“Ah, tampaknya aku harus pergi dulu.” Meskipun merasa tidak enak karna harus pergi di saat-saat seperti ini, Lakiel tetap terpaksa harus pergi untuk membereskan masalah yang mendesak seperti ini.

Lakiel dengan sopan pun berpamitan, ia meminta telapak tangan Priscilla, kemudian memberi kecupan hangat di punggung tangannya sambil berkata. “Aku sangat senang bertemu denganmu hari ini. Di pertemuan kita selanjutnya, aku akan datang dengan resmi dan juga persiapan yang matang. Sampai bertemu kembali, calon pengantinku.” ucap nya dengan lembut.

Meskipun baru saja mendengarkan perkataan manis seperti itu, anehnya perasaan Priscilla tidak berubah senang. Ia justru merasa jijik dan mual, begitu mendengarkan ucapan yang seperti pernyataan cinta untuk dirinya.

Padahal Priscilla juga tau, jika sebenarnya Lakiel bernasib sama dengannya. Tentu saja Lakiel juga sebenarnya terpaksa untuk melakukan pertunangan dengannya. Karna tidak mungkin, jika seorang pengusaha ternama di negara ini bahkan meliriknya yang hanya seorang pengacara biasa.

Lakiel pun segera pergi dengan terburu buru setelah mengucapkan kalimat manis itu. Kedua orang tuanya pun terlihat senang, dengan perlakuan Lakiel yang sangat manis pada calon pengantinnya. Sementara itu, Priscilla langsung mengelap tangannya diam-diam.

Tangan yang baru saja menyentuh bibir Lakiel, orang yang akan segera menjadi suaminya. Priscilla terus merasa muak sampai ingin muntah, begitu mengingat kembali ekspresi wajah Lakiel saat mengatakan perkataan manis padanya tadi. Priscilla pun berniat untuk pergi, mencoba menenangkan dirinya yang tengah kacau saat ini dengan kesunyian.

Di saat-saat sunyi, dimana dirinya hanya seorang diri, Priscilla bisa menghirup udara dengan bebas. Ia tidak merasakan tekanan, maupun pusing dengan lingkungannya yang seolah terus berputar dengan kencangnya. Priscilla terus berjalan, melewati lorong rumah sakit, dimana banyak sekali orang yang lewat di depannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status