"Ayo, Abang, kita ke Bunda," ajak Kalisa tiba-tiba kepada Keanu.
Dia tidak akan memaksa jika pria dewasa ini tidak mau menjadi ayahnya. Nanti Kalisa akan mencari sendiri saja ayah baru di toko Oren seperti yang sering Tante Zoya katakan jika tengah berbincang dengan bundanya. Harusnya ada, kan?"Tapi, Dek, bukannya kita-""KITA KE BUNDA, BANG!" teriak Kalisa. Wajahnya memerah dan matanya sudah sembab. Entah apa yang ada di hati bocah cantik ini saat ini, tapi satu hal yang dia inginkan adalah pergi dari sini.Akhirnya, Keanu pun mengikuti keinginan Kalisa. Mereka berdua pergi dari tempat itu, tidak lupa mengucapkan salam kepada Jayden.Jayden terdiam, tatapannya tidak lepas dari dua bocah itu. Entah kenapa, melihat gadis mungil itu menangis membuat hati Jayden terasa sesak."Jay, ayo, Pak Anwar akan segera masuk," ajak Bima untuk membuyarkan lamunan Jayden.Jayden bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kelasnya, diikuti oleh teman-temannya yang lain.Sementara itu, Kanya baru saja keluar dari dalam kelas. Dia menautkan kedua alisnya saat melihat kedua putra-putrinya yang berjalan dengan wajah yang murung."Abang, Adik, kenapa wajah kalian terlihat murung seperti itu?" tanya Kanaya dengan alis menukik"Tidak apa-apa, Bun," jawab Kalisa dengan memalingkan wajahnya kesembarang arah."Bunda masih mengajar?" tanya Keanu."Tidak, sudah selesai. Hari Sabtu hanya ada satu kelas," jawab Kanaya dengan tersenyum hangat."Ya sudah, ayo kita pulang," ajak Keanu kepada Kanaya. Kanaya mengangguk, sambil berjalan bersama mereka. Kanya menawarkan untuk membeli es krim, namun jawaban dari Kalisa membuat Kanaya bungkam."Ica tidak mau es krim, Ica ingin ayah," ucapnya dengan sedih."Sini, bunda ingin berbicara dengan kalian." Ajak Kanaya dengan membawa kedua putra-putrinya duduk di taman yang kebetulan tamannya juga sepi."Bunda tidak tahu, mengapa Abang dan Adik seperti ini," ucap Kanaya."Adik, apakah kasih sayang, cinta, dan perhatian Bunda kepada Adik kurang sehingga Adik menginginkan sosok Ayah?" tanya Kanaya."Tapi Bunda tidak akan mengerti apa yang Adik rasakan. Adik sakit hati saat disebut anak haram. Apa itu anak haram, Bunda?" tanya Ica. Hati Kanaya berdenyut nyeri mendengar ucapan putrinya. Jadi inilah alasan keduanya meminta Ayah."Ya Allah, ibu macan apa aku ini. Sampai anakku dihina pun aku tidak tahu," batin Kanaya sambil menangis.Kanaya tidak pernah berpikir sampai kesana, bahwa anak-anaknya agar di bully seperti ini.Kanaya merengkuh kedua putra-putrinya ke dalam pelukannya, sementara Kanaya mengigit kuat bibir bawahnya agar tangisnya tidak pecah. Berkali-kali Kanaya mengucapkan istighfar dalam hatinya, dadanya begitu sesak sehingga ruang terbuka pun tidak mampu memberikannya oksigen. Kanaya menyesali dengan apa yang pernah terjadi membuat si kembar menjadi terkena dampaknya.Tanpa sepengetahuan Kanaya dan kedua putra-putrinya, Jayden mendengarkan obrolan mereka. Jayden mengumpat dalam hati kepada pria yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Bahkan karena keegoisan pria itu, bocah kembar yang begitu menggemaskan itu menjadi bahan bullyan."Woy Jay, ayo!" teriak Bima. Jayden pun berbalik dan berlari kecil menyusul Bima yang sudah masuk ke dalam kelas.'Ya Allah, jika memang dia jodohku. Maka berikanlah hamba petunjuk mu.' do'a Jayden dalam hati.Sementara itu, Kanaya mengajak putra-putrinya untuk membeli es krim dan pulang. Kesedihan si kembar mulai sirna setelah mendengar tentang es krim. Itu adalah makanan kesukaan mereka, terutama yang berwarna strawberry."Bunda Dede mau beli ice cream nya dua ya?" pinta Kalisa si anak chubby yang sangat manis."Abang juga bunda," ucap Keanu."Iya sayang, kalian boleh makan ice cream untuk hari ini ya." ucap Kanaya dengan mengelus puncak kepala Kalisa dan Keanu bersamaan.****Singkat cerita, saat sore hari Kanaya dan si kembar sudah pulang ke rumah. Kanaya membantu kedua bocah itu untuk mandi, namun ditolak oleh Keanu."Loh, kenapa tidak mau dimandikan oleh Bunda, Bang?" tanya Kanaya dengan menaikan sebelah alisnya."Kita sudah besar, Bunda. Malu lah," ucap Keanu membuat Kanaya terkekeh. Ah, Kanaya lupa bahwa kedua bayi beruangnya sudah besar sekarang. rasanya baru kemarin mereka lahir, sebegitu cepat kah waktu membuat mereka tumbuh menjadi anak yang Sholeh dan Sholeha."Ya sudah, kalian mandi ya. Bunda akan menyiapkan bajunya setelah itu kalian langsung ke bawah untuk makan," kata Kanaya kepada si kembar."Ya, Bunda. Terima kasih banyak," ucap Keanu dan Kalisa bersama-sama.Setelah mandi, Keanu dan Kalisa segera mengenakan baju yang telah disiapkan oleh Kanaya. Mereka berdua turun ke bawah untuk makan malam. Di meja makan, Kanaya telah menyiapkan hidangan kesukaan mereka, yaitu spaghetti dengan saus tomat dan daging cincang."Mmm, harumnya enak sekali, Bunda!" puji Keanu sambil menghirup aroma yang menggoda. perutnya terasa meronta-ronta setiap kali mencium aroma masakan bunda-nya."Iya, Bunda memang masakannya selalu enak," tambah Kalisa dengan senyum lebar. Bahkan Kalisa bisa dia kali tambah jika Kanaya yang memasak.Kanaya tersenyum bahagia melihat kedua anaknya menikmati makan malam. Mereka berbicara dan tertawa riang, membuat suasana di ruang makan penuh kehangatan.Setelah selesai makan, Kanaya mengajak Keanu dan Kalisa untuk menonton film favorit mereka di ruang keluarga. Mereka duduk bersama di sofa, menikmati cerita yang sedang diputar di layar televisi."Film ini seru banget ya, Bunda!" kata Keanu dengan antusias. matanya berbinar melihat film bocah kembar yang tak memiliki rambut itu."Iya, Bang. Dede juga suka sekali ceritanya," sahut Kalisa sambil terus memperhatikan setiap adegan.Saat tengah asyik menikmati adegan, Kanaya terlonjak kaget saat bel rumah berbunyi. "Biar Nay saja yang buka Bu," ucap Kanaya kepada Maryam. Kanaya Apun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.Saat pintu terbuka, nampak tiga orang berdiri disana. Pria muda dan sepasang paruh baya disana."Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Apakah benar ini rumah Bu Kanaya?" tanya wanita paruh baya."Walaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, ya Bu saya Kanaya. Ayo masuk Bu," ajak Kanaya dengan membuka lebar pintu rumahnya.Maryam berjalan ke ruang tamu diikuti oleh si kembar, bocah kembar ini sangat penasaran siapa yang bertamu ke rumahnya.Saat sampai di ruang tamu, si kembar terkejut melihat pria dewasa yang tadi siang mereka mintai untuk jadi ayahnya kenapa ada disini pikir keduanya. Keduanya pun menyerukan nama Jayden."Om Jayden?" pekik keduanya yang berlari ke arah Jayden.sedangkan Kanaya terbelalak melihat putra-putrinya yang berlari ke arah pria muda itu, ada hubungan Apa dan kenal darimana si kembar bisa sekarang itu dengan dia.Maryam bahkan terdiam untuk sesaat melihat kejadian di depannya ini.Jayden tersenyum kecil dan merentangkan kedua tangannya dengan lebar menyambut bocah kembar itu."Hap!" Keduanya masuk ke dalam pelukan Jayden.Hal ini jelas membuat Kanaya dan Maryam saling tatap seakan berbicara lewat hatinya, kenapa anak-anak begitu akrab dengan pria ini?"Ekhem!" Abdullah, ayah Jayden berbicara."Maaf sebelumnya, perkenalkan saya Muhammad Abdullah, ini istri saya Fatimah, dan putra bungsu saya, Muhammad Jayden Haris," ucap Abdullah."Kedatangan kamu kesini karena ada niat baik kepada putri ibu Kanaya," ucap Abdullah."Ayo Jay, kamu yang berbicara," titah Abdullah."Assalamualaikum, perkenalkan saya Muhammad Jayden Haris. Kedatangan saya malam ini ingin melamar Kanaya untuk menjadi istri saya," ucap Jayden.Sontak Maryam dan Kanaya terkejut bukan main, bahkan Kanaya sampai dibuat geleng-geleng kepala mendengar ucapan pria brondong ini."Maaf sebelumnya, sepertinya kamu salah orang," ucap Kanaya."Tidak! Memang benar kamu yang saya ingin jadikan istri saya," ucap J
"Alasannya, kamu ini masih anak kecil. Kamu masih senang bermain-main. Jangan sampai-""Itu pemikiran konyol, Nay," pungkas Jayden."Apakah menikah harus dilihat dari umur? Kata siapa saya kekanakan? Bahkan kamu belum mengenal saya, dan kamu tidak akan tahu sifat dan sikap saya," ucap Jayden."So, jangan menyimpulkan sesuatu dari penampilan atau umur.""Terkadang, wanita yang mengaku dewasa tapi masih memiliki sifat kekanakan, egois, bahkan lebih memikirkan keinginan sendiri daripada kedua anaknya," sindir Jayden."Hey, maksud kamu apa?""Kamu nyindir aku gitu?" tanya Kanaya."Nyindir? Buat apa? Tapi kalau kamu merasa ya, sudah. Mungkin buat kamu," ucap Jayden dengan santainya."Dasar brondong tengil," gerutu Kanaya yang masih terdengar oleh Jayden.Jayden terkekeh, "Jangan salah, brondong begini juga sebentar lagi jadi imammu," goda Jayden."Astagfirullah, mimpi apa aku semalam," keluh Kanaya dengan wajah sedih."Ketemu pangeran setampan Muhammad Jayden Haris," jawab Jayden."Tersera
"Ya jelas bisa, kan aku yang melamarnya," jawab Jayden dengan percaya diri."Kerja? Umurnya berapa?" tanya Rayyan."Dia seorang janda dengan dua anak, namanya Kanaya, usianya 27 tahun," jawab Jayden."Kamu sehat kan, Dek?" tanya Rayyan, masih bingung dengan pilihan Jayden yang memilih seorang janda."Tentu saja, Mas. Kenapa tidak sehat? Sudahlah, Ibu, Ayah, Jay pamit pergi dulu, Assalamualaikum," ucap Jayden sambil menyapa satu persatu dengan salam."Bu, kok janda sih!" ujar Rayyan."Ray, biarkan saja. Yang penting adikmu bahagia, semoga pernikahannya langgeng hingga akhir hayat," kata Fatimah dengan bijak.Jayden berpamitan kepada Fatimah dan Abdullah. Mereka yang melihat kepergian Jaydey berharap yang terbaik untuk Jayden dan Kanaya dalam perjalanan mereka menuju kehidupan baru yang penuh kebahagiaan. Terlepas status Kanaya yang terpenting keduanya bisa saling mencintai satu sama lain."Ya tapi tidak dengan janda juga apalagi memiliki anak, aduh ibu ayah ini bagaimana sih." Pekik Ra
"Tapi aku udah kayak tante-tante gatel deh, masa nikah sama brondong kayak gak ada cowok aja.""Cowok banyak, tapi jodohnya sama saya. Sudah gak usah dipikirkan," ucap Jayden meyakinkan."Ayo turun," ajak Jayden saat mobil akhirnya sampai di depan butik. Ternyata perjalanan hanya memakan waktu 10 menit.Mereka berdua turun dari mobil dan masuk ke dalam butik. Saat pintu terbuka, para karyawan menyambut kedatangan Jayden.Keduanya berjalan masuk ke dalam butik. pintu terbuka, dan beberapa karyawan menyapa Jayden dan Kanaya."Selamat pagi, Tuan Haris," sapa beberapa karyawan dengan sopan. Kanaya terdiam mendengar sapaan tersebut, terkejut dengan panggilan 'Tuan Haris'."Tolong kamu siapkan beberapa gaun untuk calon istri saya," perintah Jayden kepada para karyawan dengan tegas. Mereka mengangguk patuh dan membawa Kanaya untuk melihat koleksi gaun yang tersedia di butik tersebut.Sementara itu, Jayden duduk di sofa yang tidak jauh dari Kanaya. Pria tampan ini mengeluarkan ponselnya dan mu
Kanaya merasa hatinya teriris mendengar kata-kata Rayyan. Dia ingin menampar Rayyan, tapi dia tidak bisa. Dia hanya bisa menahan rasa sakit yang mendalam di hatinya.Hening beberapa saat.Jayden melirik Kanaya, rasa penyesalan menggelayut di wajahnya. "Maaf," ucapnya dengan suara serak. Kanaya hanya menundukkan kepalanya, bibir bawahnya digigitnya kuat-kuat untuk menahan tangis yang hampir pecah. Bahkan tangan Kanaya meremas tali tasnya dengan kuat, mencoba mencari pegangan."Maaf, atas semua kata yang menyakiti hatimu." ucap Jayden lagi, suaranya penuh penyesalan. "Jangan dengarkan apa yang dia katakan, karena yang menikah itu bukan dia tapi kita," lanjut Jayden, mencoba memberikan semangat pada Kanaya.Namun, Kanaya hanya tersenyum getir. Apakah Jayden tidak tahu betapa sakitnya hatinya? Apakah benar apa yang dikatakan Rayyan, bahwa Kanaya tidak pantas untuk pria sebaik Jayden?Dengan suara yang hampir tak terdengar, Kanaya berbisik, "Aku mohon, batalkan pernikahan ini." Ucapnya pe
Fatimah menggelengkan kepalanya, dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi. 'Astagfirullah, Mas," ucap Fatimah, terkejut dengan apa yang terjadi. Fatimah tidak menyangka bahwa putra sulungnya bisa bicara se-kasar itu terhadap seorang wanita."Maaf," ucap Rayyan, merasa menyesal atas tindakannya."Ya Allah, Mas. Kenapa seperti ini?" tanya Fatimah kepada putra sulungnya dengan suara penuh kekecewaan. Fatimah tidak percaya bahwa putranya, yang seorang ustadz, bisa melakukan hal seperti ini. Dia merasa kecewa dengan apa yang terjadi. Dia bertanya-tanya, kemana ilmu agama yang selama ini diajarkan kepada putranya."Mati-matian sedari tadi Jay menahan sakit ini, Mas," sambung Fatimah, mengungkapkan rasa sakit hatinya melihat Jayden menderita."Bahkan rasanya Jay belum puas memukuli wajahmu!" tambah Jayden dengan nada yang penuh kebencian."Kamu tahu, wanita yang kamu sakiti itu adalah seorang ibu, Mas!" lanjut Jayden dengan suara yang penuh emosi. Setelah mengucapkan itu, Jayden ba
Di dalam kamar, si kembar saling berbisik satu sama lain dengan hati-hati. Mereka tahu betul bahwa pintu kamar mereka tidak kedap suara, sehingga suara mereka bisa terdengar keluar."Abang, apakah kamu melihat pria dewasa tadi sore?" tanya Kalisa dengan suara berbisik."Ya, Abang melihatnya, dek," jawab Keanu dengan suara yang sama pelan."Kok pria itu mirip sekali dengan Abang, terutama dari bola matanya," ucap Kalisa dengan rasa penasaran. Keanu tertawa mendengar ucapan adiknya."Adek, di dunia ini banyak orang yang mirip satu sama lain, loh," jawab Keanu dengan santai."Ish, Abang, aku serius nih. Apa jangan-jangan..." Kalisa belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika pintu kamar mereka tiba-tiba diketuk.Tok, tok, tok.Mendengar ketukan itu, Keanu bergegas menuju pintu dan membukanya. Pintu terbuka, dan tampaklah Kanaya berdiri di sana."Ayo, makan malam dulu, sayang," ajak Kanaya sambil tersenyum. Keanu mengangguk setuju, lalu memanggil adiknya."Kalisa, ayo dekat sini. Waktuny
Setelah acara pernikahan selesai, Kanaya mengajak Jayden untuk beristirahat di dalam kamarnya. Mereka berdua berada di dalam kamar, dengan Kanaya duduk di depan meja rias. "Apa mau saya bantu?" tawar Jayden saat melihat Kanaya kesulitan melepas singa pengantin yang terdapat di atas hijabnya. "Apakah tidak merepotkan?" tanya Kanaya dengan keraguan. "Tidak," jawab Jayden dengan tulus. Dia berjalan mendekati Kanaya, dan dengan lembut Jayden mengulurkan tangannya untuk membantu melepas aksesoris yang menempel di atas hijab Kanaya. "Cantik," ucap Jayden dengan penuh kagum saat melihat wajah istrinya melalui cermin. "Siapa?" tanya Kanaya dengan gugup. Jayden menunduk, dan dengan suara lembutnya dia berbisik di samping Kanaya, "Istriku." Wajah Kanaya langsung memerah, dan detak jantungnya berdegup kencang. Dia memalingkan wajahnya ke samping, mencoba menyembunyikan perasaannya. "Su-dah, Jay," ucap Kanaya dengan