Share

Bab 03. Lamaran

Jayden tersenyum kecil dan merentangkan kedua tangannya dengan lebar menyambut bocah kembar itu.

"Hap!"

Keduanya masuk ke dalam pelukan Jayden.

Hal ini jelas membuat Kanaya dan Maryam saling tatap seakan berbicara lewat hatinya, kenapa anak-anak begitu akrab dengan pria ini?

"Ekhem!" Abdullah, ayah Jayden berbicara.

"Maaf sebelumnya, perkenalkan saya Muhammad Abdullah, ini istri saya Fatimah, dan putra bungsu saya, Muhammad Jayden Haris," ucap Abdullah.

"Kedatangan kamu kesini karena ada niat baik kepada putri ibu Kanaya," ucap Abdullah.

"Ayo Jay, kamu yang berbicara," titah Abdullah.

"Assalamualaikum, perkenalkan saya Muhammad Jayden Haris. Kedatangan saya malam ini ingin melamar Kanaya untuk menjadi istri saya," ucap Jayden.

Sontak Maryam dan Kanaya terkejut bukan main, bahkan Kanaya sampai dibuat geleng-geleng kepala mendengar ucapan pria brondong ini.

"Maaf sebelumnya, sepertinya kamu salah orang," ucap Kanaya.

"Tidak! Memang benar kamu yang saya ingin jadikan istri saya," ucap Jayden.

"Maaf sebelumnya, kita tidak saling mengenal, dan kamu tentu tahu bukan aku ini janda dan ini kedua putra-putriku," ucap Kanaya.

Jayden tersenyum, tentu dia tahu kedua bocah menggemaskan ini yang tadi siang dengan secara gamblang memintanya menjadi ayahnya.

"Saya tahu kamu seorang janda, dan mereka adalah putra-putrimu. Terus masalahnya dimana? Kalau untuk saling mengenal lebih baik kita berkenalan setelah halal," ucap Jayden.

"Halal?" bingung Kanaya.

"Ya, dalam artian kita menikah. Karena jujur saya juga tidak bisa dekat dengan perempuan yang bukan mahram saya," ucap Jayden.

Satu yang dapat Kanaya simpulkan bahwa brondong satu ini bukan hanya sekedar brondong. Tapi beliau juga paham agama dan tahu batasan kepada wanita yang bukan mahramnya.

Kanaya menghembuskan napasnya perlahan, kemudian Kanaya menatap ke arah sepasang paruh baya yang duduk di samping Jayden.

"Ibu, bapak maaf sebelumnya, apakah ibu bapak tidak keberatan memiliki menantu seorang janda dan juga sudah memiliki dua anak?" tanya Kanaya. Bukan mengapa, rasanya terlalu sulit bagi Kanaya untuk percaya begitu saja, terlebih ini brondong yang ingin menikahi seorang janda beranak. Apakah tidak akan menjadi bahan pembicaraan keluarga? Kanaya bisa memaklumi jika pria ini adalah duda misalnya, dengan umur yang tidak jauh berbeda. Tapi ini? Ya Allah, Kanaya harus bagaimana.

***Flashback on***

Sore hari, Jayden pulang ke rumahnya. Hal pertama yang Jayden cari adalah ibunya, Fatimah.

"Ya Allah, Jay. Kebiasaan kalau masuk rumah itu ucapkan salam, nak, bukan teriak-teriak seperti ini," omel Fatimah kepada putranya.

"Hehe maaf Bu, lupa," ucap Jayden.

"Assalamualaikum ibuku yang cantik," ucap Jayden sambil memberikan salam dan mengecup punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Walaaikumussalam, tampannya ibu. Ada apa ini? Kok bau-baunya seperti ada yang akan minta sesuatu?" tebak Fatimah, membuat wajah tampan Jayden menekuk. Ibunya ini sudah seperti cenayang saja.

"Ayo kita duduk di ruang keluarga," ajak Fatimah. Jayden pun mengangguk dan berjalan mengikuti Fatimah.

"Bu, Mas Arsyad kemana?" tanya Jayden.

"Oh, masmu itu lagi ngajar, nak," jawab Fatimah.

"Ada apa?" tanya Fatimah ketika melihat tatapan putranya yang sedikit berbeda.

"Bu, Jay ingin menikah," ucap Jayden.

"APA?!" bukan Fatimah yang terkejut, melainkan Ayah Abdullah yang baru datang.

"Kamu ini, yang benar saja Jay. Kamu ingin menikah? Usia kami pun bahkan baru 21 tahun dan masih kuliah," ucap Abdullah.

"Mas, dengarkan dulu penjelasan anaknya. Jangan langsung dicar seperti itu," ucap Fatimah kepada suaminya.

"Ya, gimana gak dicar, Bu? Anak bujangmu ini, loh. Otaknya kok gak dipake, dia pikir nikah itu ajang mainan. Usia segini belum matang untuk menikah. Pikirannya masih labil, Astagfirullah," ucap Abdullah dengan mengusap wajahnya frustasi.

"Sekarang, jawab pertanyaan Ayah. Siapa gadis yang sudah kamu hamili?" tanya Abdullah, membuat Fatimah beristighfar dalam hatinya. Sedangkan yang ditanya menganga tak percaya dengan ucapan sang ayah.

"Astagfirullah, Ayah. Jay gak segila itu sampai menghamili gadis orang," bantah Jayden.

"Terus? Kalau bukan gadis, siapa, hah? Jangan sampai kamu mencoreng nama keluarga Jay," ucap Abdullah.

"Dia seorang janda, dan memiliki dua anak. Jay mau menikahinya, Ayah," ucap Jayden.

Plak!

Fatimah memukul lengan putranya dengan gemas.

"Kamu ini, jangan bercanda nak, Ibu sedang tidak ulang tahun," ucap Fatimah sambil terkekeh.

"Aish, kenapa kalian tidak percaya. Jay memang mau menikahi janda, Ibu, Ayah. Malam ini Jay mau melamarnya jadi istri Jay," ucap Jayden dengan tersenyum.

Abdullah memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Jay si kulkas ini, yang jarang banyak bicara, sekalinya bicara membuat Abdullah harus beristighfar berkali-kali karena permintaan putra bungsunya.

"Boleh ya, Bu," rengek Jayden kepada Fatimah.

"Kalau Ibu terserah Ayah, Nak," jawab Fatimah.

"Terus, Mas mau bagaimana, toh, Lek?" tanya Abdullah. Pasalnya Abang Jayden aja, usia 30 tahun, belum menikah.

"Lah, ya, si Mas harus ngalah kalau adiknya nikah duluan. Siapa suruh dia menjomblo terlalu lama," jawab Jayden enteng.

"Ya sudahlah, daripada Ayah larang kamu, kamu nekat, lebih baik Ayah kasih restu," ucap Abdullah.

"Tapi ingat, pernikahan bukan ajang mainan. Jika kamu ragu, lebih baik jangan. Ayah tidak mau karena terburu-buru dan akhirnya kamu menyakiti wanita itu," ucap Abdullah.

"Insya Allah, Jay mantap dengan keputusan Jay, Ayah,"

***Flashback off***

Hening beberapa saat, hingga Kanaya meminta izin untuk bicara berdua dengan Jayden di depan rumah. Abdullah dan Maryan pun mengijinkannya.

"Kalian sama nenek dan kakek dulu ya, Om mau bicara dulu sama Bunda kalian," ucap Jayden kepada si kembar.

"Ya, Om," jawab keduanya kompak.

Diam-diam, Fatimah menatap si kembar dengan dalam, seakan-akan merasa familiar saat melihat senyum keduanya, tapi di mana pikirannya dalam hati.

"Kenapa Bu?" tanya Abdullah. Fatimah terkejut, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Ayah." jawab Fatimah.

"Ayah tidak sabar menunggu Jay nikah dengan Kanaya, Ayah akan dapat cucu kembar yang cantik dan tampan seperti mereka." ucap Abdullah dengan mata yang berbinar.

"Ya , Ayah. ibu juga sudah tidak sabar." jawab Fatimah.

Sedangkan di depan rumah, tepatnya di kursi kedua manusia berbeda gender itu sama-sama terdiam di tengah keheningan malam.

"Jay,"

"Nay,"

ucapnya bersamaan membuat Keduanya terkekeh, lucu sekali sampai manggil pun barengan. Jayden menatap Kanaya, seorang wanita cantik yang memiliki alis tebal, hidung mancung, bulu mata yang lentik, bibir ranum yang tipis, dan ada tahi lalat di pipi kirinya yang membuat Kanaya semakin terlihat manis.

"Batalkan lamaran ini," ucap Kanaya, membuyarkan lamunan Jayden.

"Why?" 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ulyana
Duh Kanaya, terima aja hihi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status