Home / Romansa / Ayah untuk Noah / 6. Masa lalu datang kembali

Share

6. Masa lalu datang kembali

Author: Ruby jane
last update Huling Na-update: 2023-05-29 17:47:17

"Juna!”

Lelaki yang bernama Juna itu pun langsung menghentikan langkahnya, ketika Alan meneriaki namanya sembari menarik kaos yang dipakainya.

“Lepas, Lan! Gue harus ngejar cewe itu,” kesal Juna seraya menepis tangan Alan.

“Ikut gue!”

Alan mencengkeram tangan Juna. Lalu menariknya menuju kolam renang lagi. Membiarkan Rachel dan Noah pergi menjauh terlebih dahulu. Ia paham, Rachel tak nyaman dengan kehadiran lelaki ini. Ia juga bisa menyimpulkan, jika mereka berdua saling mengenal satu sama lain.

“Lo kenal sama dia?” tanya Juna, dengan raut wajah yang terlihat menahan kesal.

“Dia Aspri gue,” jawab Alan. Membuat lelaki itu langsung berdecak kesal.

Ck. Kenapa lo nggak bilang ke gue kalau lo kenal sama dia?! Gue nyari dia selama bertahun- tahun, asal lo tau!”

“Ya mana gue tau, kalau lo juga kenal dia. Lo aja nggak pernah cerita ke gue,” balas Alan sewot.

Juna mengusap wajahnya kasar. Napasnya mulai memburu, dan wajahnya terlihat sangat gusar. Seolah menahan emosi yang tidak tersampaikan.

“Itu tadi anaknya dia?” tanya Juna lagi.

Sebelum menjawab, Alan mengamati wajah lelaki itu terlebih dahulu. Mencari jawaban dari pertanyaan yang memenuhi otaknya saat ini.

“Bukan,” jawab Alan pada akhirnya.

“Dia masih single. Anak kecil yang tadi itu ponakan gue. Selain jadi Aspri, dia juga merangkap jadi pengasuh ponakan gue,” jelasnya.

Lelaki itu memicingkan matanya. Menatap Alan dengan tatapan tak biasa.

“Lo nggak lagi bohong, kan?”

“Sesuai dengan keyakinan lo aja. Kalau menurut lo, gue bohong, ya nggak papa. Gue nggak maksa lo buat percaya. Karena nggak penting juga,” balas Alan ketus dengan raut wajah yang sangat datar. Hingga membuat lelaki itu kembali berdecak kesal.

Untuk masalah kejudesan wajah, Alan memang juaranya.

“Juna, ya ampun! Kamu dari mana aja, sih? Aku sampai cape, nyari kamu ke mana- mana,” ujar seorang wanita yang tiba- tiba datang menghampiri mereka berdua seraya berkacak pinggang dan menatap Juna kesal. 

Seketika Alan langsung menghembuskan napasnya lega. Saat wanita itu menarik tangan Juna dan membawanya pergi menjauh darinya.

Kemudian tanpa berlama- lama lagi, ia langsung beranjak pergi mencari keberadaan Rachel dan juga Noah.

***

Alan meletakkan sendok yang ia pegang di atas piringnya. Kemudian beralih menatap Rachel yang sedari tadi hanya terdiam melamun, sembari memainkan nasinya dengan garpu.

“Kalau nasinya cuma dimainin kayak gitu, harusnya tadi nggak usah pesan makan. Saya nggak suka, kalau ada orang yang nggak menghargai makanan. Di luar sana, masih banyak orang yang kelaparan dan nggak mampu beli makanan. Sedangkan kamu yang udah dikasih kenikmatan, malah nggak bersyukur,” omel Alan menceramahi Rachel.

Hal tersebut berhasil membuat Rachel langsung tersadar dari lamunannya. Wanita itu lantas menegakkan tubuhnya dan menatap Alan sambil tersenyum canggung.

“Maaf, Pak. Saya lagi nggak fokus,” ucapnya.

“Cepat dimakan, atau kamu yang bayar ini semua?!” ancam Alan. Membuat Rachel langsung buru- buru memakan nasinya.

Tentu saja Rachel takut disuruh membayar semua makanan ini. Karena harga makanan di Restoran ini lumayan fantastis. Bahkan minumannya saja, dibandrol dengan harga puluhan ribu.

Saat ini, mereka bertiga sedang berada di sebuah Restoran mewah daerah PIK. Setelah sempat terjadi drama di Atlantis tadi, Alan langsung mengajak Rachel untuk segera pulang. Karena ia sadar, hati dan pikiran wanita itu sudah tidak tenang.

“Noah mau puding?” tawar Alan pada Noah yang sedang sibuk menonton video di ponsel bundanya.

“Suapin,” pinta bocah itu.

“Ayo sini, Bunda suapin,” sahut Rachel. Namun malah mendapat tatapan tajam dari Alan.

“Habisin dulu makanannya,” ketus Alan.

Rachel menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak bisa bertindak apa- apa selain menurut, sambil menyaksikan ketelatenan Alan dalam menyuapi Noah.

Di sela- sela memakan nasinya, Rachel menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya. Aura kebapakan Alan saat ini sedang terpancar keluar. Apalagi saat lelaki itu membersihkan bibir Noah, benar- benar terlihat seperti seorang Ayah dan suami idaman. Rachel sampai tidak berkedip melihatnya.

“Kamu hutang penjelasan sama saya,” ujar Alan.

“Penjelasan apa?” sahut Rachel.

“Pikir aja sendiri,” ketus Alan. Membuat Rachel langsung mencebikkan bibirnya kesal.

“Nggak jelas,” gumam Rachel.

“Nggak sopan. Bosnya dikatain nggak jelas,” ketus Alan lagi. Membuat Rachel langsung membulatkan matanya kaget. Perasaan ia sudah memelankan suaranya, tapi kenapa lelaki ini masih mendengarnya?

***

Bunyi gemerincing es batu yang diaduk di dalam gelas mulai mengalun di dapur sunyi milik Alan. Seorang wanita berambut panjang dan berbaju piyama itulah pelakunya. Sejak bangun dari tidurnya tadi, wanita itu langsung pergi menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa mendinginkan pikirannya.

Namun bukannya diminum, wanita itu malah melamun sambil terus mengaduk minumannya.

“Ini masih pagi. Lebih baik minum teh hangat, dari pada minum es kopi,” ujar Alan, seraya meletakkan segelas teh hangat di depan Rachel. Membuat wanita itu langsung terkesiap kaget.  

Semalam, Rachel dan Noah memang menginap di rumah Alan. Sebenarnya Rachel tidak mau, tapi karena Noah memaksa ingin tidur di rumah Alan, jadi ia tidak mempunyai pilihan lain selain menurutinya. Karena Alan sendiri juga memaksanya untuk menginap di sini.  

“Pak Alan? Kapan bangun?” tanyanya.

Alan tak menjawab. Lelaki itu memilih untuk duduk di depan wanita itu, sambil menikmati cereal yang baru saja ia buat. Kemudian ia merebut segelas es yang masih dipegang oleh Rachel. Lalu ia teguk sampai habis.

“Ah... segar,” ucapnya.

“Katanya lebih baik minum teh hangat, dari pada minum es? Kok ini diminum sampai habis,” cibir Rachel, seraya mengerucutkan bibirnya kesal.

“Nggak baik buat kamu, tapi baik buat saya,” balas Alan.

“Dih, mana bisa begitu? Bilang aja kalau pengen es, tapi malas buatnya.”

“Udah, nggak usah banyak omong. Cepat dihabisin tehnya. Nanti keburu dingin.”

Dengan wajah yang masih terlihat sangat kesal, Rachel pun langsung meneguk teh hangat hangat tersebut sampai habis. Kemudian setelah itu, ia langsung menatap Alan dengan tatapan yang begitu dalam. Hingga membuat lelaki itu sampai salah tingkah sendiri.

“Pak Alan kenapa ya, makin ke sini makin beda banget,” celetuk Rachel.

“B-beda gimana?” tanyanya gugup.

“Biasanya, Pak Alan itu kaku, cuek, gampang emosi, dan nggak pernah peduli sama orang lain. Tapi semenjak ke Hong Kong, Pak Alan jadi beda banget.”

“Bedanya di mana?”

“Pak Alan jadi lebih perhatian ke saya,” celetuk Rachel terang- terangan.

“Terlalu percaya diri! Padahal saya biasa aja ke kamu,” balas Alan ketus.

“Oh ya? Terus kenapa waktu itu nawarin diri jadi ayahnya Noah?” tanya Rachel. Membuat Alan langsung terdiam seketika.

“Berapa kali, saya harus bilang? Saya cuma bercanda!” tegas Alan dengan raut wajah yang lebih serius dari sebelumnya. Sedangkan Rachel hanya ber-oh ria saja.

“Terus, Bapak bisa jelasin nggak? Kenapa ada foto candid saya di akun G****e drive Bapak?”  

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ayah untuk Noah   58. Akhir dari sebuah cerita

    Sudah ada lima polisi yang melakukan pemeriksaan di taman belakang rumah Santi. Menurut Polisi, terjadinya ledakan tersebut dikarenakan ada sebuah bom kecil yang dilempar ke taman tersebut. Dan setelah di cek di CCTV, ternyata benar. Ada sebuah benda bulat kecil yang dilempar dari arah luar. Akan tetapi, orang yang melempar tersebut tidak terlihat di kamera CCTV. Jadi mereka semua belum tahu, siapa pelaku pelemparan bom tersebut.“Tante, masuk dulu yuk. Ada yang mau aku omongin. Itu biar diatur sama Pak Polisi.” Alan mengajak Cindy untuk masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Rachel dan Santi yang ikut berjalan di belakang mereka.Mereka duduk di ruang keluarga. Rachel berdampingan dengan Alan, dan Cindy berdampingan dengan Santi. Sementara itu, Noah asik bermain sendiri.Sebelum berbicara, Alan menghela napasnya terlebih dahulu. “Dalang dari pelaku yang memukul Rachel udah tertangkap,” ucapnya.“SIAPA?” tanya mereka berbarengan.Alan kembali menghela napasnya lagi. Melihat wajah Santi, i

  • Ayah untuk Noah   57. Dalang sesungguhnya

    Alan mengepalkan tangannya kuat dengan wajah yang memerah menahan amarah. Kemudian tanpa basa- basi, ia langsung keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menuju tempat di mana mobil sewanya terparkir.Alan mengendarai mobilnya seperti orang kesurupan. Ia sudah tidak peduli lagi, jika dirinya akan ditangkap oleh Polisi ataupun dimarahi orang lain. Lagi pula jalanan juga sedang sepi, hanya ada beberapa kendaraan saja yang lewat.“Vid, lo ke Bali ya, sekarang. Gue pesenin tiket.” Alan berbicara dengan temannya lewat telepon sambil terus menyetir.“Ngapain?” tanya orang itu, yang tak lain adalah David. “Ada urusan penting. Gue butuh bantuan lo.”“Ck. Gue males. Lagi nggak mood ke mana- mana.” “Gue kasih uang saku sejuta.”“Kurang.” “Dua juta.”“Tambahin dikit.” Alan berdecak kesal. “Sialan lo! Lama- lama jadi ngelunjak.”“Yaudah, kalau nggak mau nambahin ya gue ogah ke sana.” “Dua juta setengah.”“Nanggung amat. Tiga juta kek.”Alan mendesis kesal. Karena malas bernegoisasi lama-

  • Ayah untuk Noah   56. Sang Pahlawan

    Rachel merintih kesakitan sambil memegangi punggungnya. Ia bahkan sampai tidak sanggup berdiri karena saking sakitnya. Ia tidak tahu, siapa orang jahat yang baru saja memukulnya, karena wajah kedua orang itu ditutupi oleh topeng berwarna hitam.“To- long ...” rintih Rachel dengan suara yang terputus- putus. Berharap ada orang yang melihatnya lalu menolongnya.Ia menoleh ke belakang dan melihat kedua orang itu mulai mengangkat tongkat yang dipegangnya lagi. Seolah bersiap untuk kembali menghajar Rachel. Melihat itu, Rachel sontak mengeluarkan semua energinya untuk berteriak.“AAAAA!” teriaknya kencang dengan mata yang terpejam erat.Bersamaan dengan itu, terdengar suara gebukan berkali- kali yang begitu kencang. Namun anehnya, ia tak merasakan sakit sama sekali. Karena penasaran, Rachel pun akhirnya membuka matanya dengan perlahan. Tongkat tersebut tidak mendarat di tubuhnya, melainkan tergeletak di bawah bersama sang pemiliknya. Entah apa yang sudah terjadi, sampai kedua penjahat itu

  • Ayah untuk Noah   55. Gangguan orang jahat

    Aku tentu saja terkejut mendengar perkataan Nena. Ah tidak, bukan aku saja. Semua orang yang berada di dalam ruangan ini juga terkejut mendengarnya. Bahkan Airin saat ini sudah menatapku dengan tatapan yang sangat tajam.“Maksud Nena?” tanyaku. Aku ingin memastikan, apakah ia salah berbicara atau tidak.“Nena nggak mau harta benda Nena jatuh ke tangan orang yang salah. Cukup mereka bertiga aja yang membuat Nena hampir jatuh miskin,” ucapnya sambil melirik Mama, Papa dan juga Airin yang sedang menundukkan kepala.“Tapi─” Aku ingin memprotes, tapi Nena langsung memotong ucapanku.“Cuma kamu, satu- satunya orang yang Nena percaya. Nena tau, kamu bukan orang yang gila harta. Maka dari itu, Nena percayakan semuanya ke kamu. Tolong dijaga dengan baik, karena itu hasil dari kerja keras Kakek kamu dulu.”Aku menundukkan kepala. Diberi tanggung jawab sebesar ini tentu saja membuatku merasa sangat terbebani. Apalagi masih ada pewaris yang lebih layak mendapatkannya, yaitu Mama. Kalau Om Radit s

  • Ayah untuk Noah   54. Keputusan Nena

    Tatapan tajam dan penuh kebencian saling dilempar oleh Airin dan Rachel layaknya singa yang bertemu dengan harimau. Raut wajah Rachel menyiratkan sebuah emosi yang begitu besar, begitu juga dengan Airin, wanita itu juga tampak sangat kesal dengan wanita di depannya yang berstatus sebagai adiknya ini.Sementara itu, sang Mama hanya menatap mereka pilu. Menyaksikan pertengkaran yang akan terjadi antara dua bersaudara yang lahir dalam rahim yang sama. Sedih? Tentu saja. Ia merasa gagal menjadi orang tua karena tidak bisa mendidik anak- anaknya dengan baik. Seharusnya mereka berdua bisa tumbuh menjadi saudara yang saling menyayangi satu sama lain. Namun apa daya, mereka berdua sudah terlanjur saling membenci satu sama lain.“Gue rasa, lo nggak perlu ikut campur urusan gue sama Mama,” ujar Airin.“Gue rasa, gue juga punya hak buat ikut campur urusan ini,” balas Rachel. Kemudian Rachel berdiri, menghadap Airin dengan tangan yang dilipat di depan dada, tak lupa dengan senyuman miring yang me

  • Ayah untuk Noah   53. Khawatir

    “Halo ...”Panggilan sudah tersambung, tapi Rachel hanya mendengar suara kebisingan. Ya, setelah membaca pesan yang dikirim oleh Alan, wanita itu langsung bergegas menghubunginya.Khawatir? Tentu saja. Siapa yang tidak khawatir ketika mendapat kabar seperti itu dari orang yang kita sayang. Rasanya Rachel ingin terbang ke Singapore sekarang juga.“Halo ...” Panggil Rachel sekali lagi. Namun belum ada sahutan dari Alan.“Alan, are you okay?” Nada bicara Rachel terdengar mulai panik, lantaran pria itu tak kunjung membalas ucapannya. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada pria itu.Hingga satu menit kemudian, panggilan masih tersambung tapi yang Rachel dengar hanyalah suara bising. Ia tidak mau mematikan sambungan teleponnya, ia akan menunggu sampai suara pria itu terdengar di telinganya.Beberapa menit kemudian ....“Chel?” Rachel yang sedang melamun refleks langsung menegakkan tubuhnya ketika mendengar suara Alan yang memanggil namanya.“Kamu di mana? Gimana keadaan kamu sekarang? K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status