Share

6. Masa lalu datang kembali

"Juna!”

Lelaki yang bernama Juna itu pun langsung menghentikan langkahnya, ketika Alan meneriaki namanya sembari menarik kaos yang dipakainya.

“Lepas, Lan! Gue harus ngejar cewe itu,” kesal Juna seraya menepis tangan Alan.

“Ikut gue!”

Alan mencengkeram tangan Juna. Lalu menariknya menuju kolam renang lagi. Membiarkan Rachel dan Noah pergi menjauh terlebih dahulu. Ia paham, Rachel tak nyaman dengan kehadiran lelaki ini. Ia juga bisa menyimpulkan, jika mereka berdua saling mengenal satu sama lain.

“Lo kenal sama dia?” tanya Juna, dengan raut wajah yang terlihat menahan kesal.

“Dia Aspri gue,” jawab Alan. Membuat lelaki itu langsung berdecak kesal.

Ck. Kenapa lo nggak bilang ke gue kalau lo kenal sama dia?! Gue nyari dia selama bertahun- tahun, asal lo tau!”

“Ya mana gue tau, kalau lo juga kenal dia. Lo aja nggak pernah cerita ke gue,” balas Alan sewot.

Juna mengusap wajahnya kasar. Napasnya mulai memburu, dan wajahnya terlihat sangat gusar. Seolah menahan emosi yang tidak tersampaikan.

“Itu tadi anaknya dia?” tanya Juna lagi.

Sebelum menjawab, Alan mengamati wajah lelaki itu terlebih dahulu. Mencari jawaban dari pertanyaan yang memenuhi otaknya saat ini.

“Bukan,” jawab Alan pada akhirnya.

“Dia masih single. Anak kecil yang tadi itu ponakan gue. Selain jadi Aspri, dia juga merangkap jadi pengasuh ponakan gue,” jelasnya.

Lelaki itu memicingkan matanya. Menatap Alan dengan tatapan tak biasa.

“Lo nggak lagi bohong, kan?”

“Sesuai dengan keyakinan lo aja. Kalau menurut lo, gue bohong, ya nggak papa. Gue nggak maksa lo buat percaya. Karena nggak penting juga,” balas Alan ketus dengan raut wajah yang sangat datar. Hingga membuat lelaki itu kembali berdecak kesal.

Untuk masalah kejudesan wajah, Alan memang juaranya.

“Juna, ya ampun! Kamu dari mana aja, sih? Aku sampai cape, nyari kamu ke mana- mana,” ujar seorang wanita yang tiba- tiba datang menghampiri mereka berdua seraya berkacak pinggang dan menatap Juna kesal. 

Seketika Alan langsung menghembuskan napasnya lega. Saat wanita itu menarik tangan Juna dan membawanya pergi menjauh darinya.

Kemudian tanpa berlama- lama lagi, ia langsung beranjak pergi mencari keberadaan Rachel dan juga Noah.

***

Alan meletakkan sendok yang ia pegang di atas piringnya. Kemudian beralih menatap Rachel yang sedari tadi hanya terdiam melamun, sembari memainkan nasinya dengan garpu.

“Kalau nasinya cuma dimainin kayak gitu, harusnya tadi nggak usah pesan makan. Saya nggak suka, kalau ada orang yang nggak menghargai makanan. Di luar sana, masih banyak orang yang kelaparan dan nggak mampu beli makanan. Sedangkan kamu yang udah dikasih kenikmatan, malah nggak bersyukur,” omel Alan menceramahi Rachel.

Hal tersebut berhasil membuat Rachel langsung tersadar dari lamunannya. Wanita itu lantas menegakkan tubuhnya dan menatap Alan sambil tersenyum canggung.

“Maaf, Pak. Saya lagi nggak fokus,” ucapnya.

“Cepat dimakan, atau kamu yang bayar ini semua?!” ancam Alan. Membuat Rachel langsung buru- buru memakan nasinya.

Tentu saja Rachel takut disuruh membayar semua makanan ini. Karena harga makanan di Restoran ini lumayan fantastis. Bahkan minumannya saja, dibandrol dengan harga puluhan ribu.

Saat ini, mereka bertiga sedang berada di sebuah Restoran mewah daerah PIK. Setelah sempat terjadi drama di Atlantis tadi, Alan langsung mengajak Rachel untuk segera pulang. Karena ia sadar, hati dan pikiran wanita itu sudah tidak tenang.

“Noah mau puding?” tawar Alan pada Noah yang sedang sibuk menonton video di ponsel bundanya.

“Suapin,” pinta bocah itu.

“Ayo sini, Bunda suapin,” sahut Rachel. Namun malah mendapat tatapan tajam dari Alan.

“Habisin dulu makanannya,” ketus Alan.

Rachel menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak bisa bertindak apa- apa selain menurut, sambil menyaksikan ketelatenan Alan dalam menyuapi Noah.

Di sela- sela memakan nasinya, Rachel menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya. Aura kebapakan Alan saat ini sedang terpancar keluar. Apalagi saat lelaki itu membersihkan bibir Noah, benar- benar terlihat seperti seorang Ayah dan suami idaman. Rachel sampai tidak berkedip melihatnya.

“Kamu hutang penjelasan sama saya,” ujar Alan.

“Penjelasan apa?” sahut Rachel.

“Pikir aja sendiri,” ketus Alan. Membuat Rachel langsung mencebikkan bibirnya kesal.

“Nggak jelas,” gumam Rachel.

“Nggak sopan. Bosnya dikatain nggak jelas,” ketus Alan lagi. Membuat Rachel langsung membulatkan matanya kaget. Perasaan ia sudah memelankan suaranya, tapi kenapa lelaki ini masih mendengarnya?

***

Bunyi gemerincing es batu yang diaduk di dalam gelas mulai mengalun di dapur sunyi milik Alan. Seorang wanita berambut panjang dan berbaju piyama itulah pelakunya. Sejak bangun dari tidurnya tadi, wanita itu langsung pergi menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa mendinginkan pikirannya.

Namun bukannya diminum, wanita itu malah melamun sambil terus mengaduk minumannya.

“Ini masih pagi. Lebih baik minum teh hangat, dari pada minum es kopi,” ujar Alan, seraya meletakkan segelas teh hangat di depan Rachel. Membuat wanita itu langsung terkesiap kaget.  

Semalam, Rachel dan Noah memang menginap di rumah Alan. Sebenarnya Rachel tidak mau, tapi karena Noah memaksa ingin tidur di rumah Alan, jadi ia tidak mempunyai pilihan lain selain menurutinya. Karena Alan sendiri juga memaksanya untuk menginap di sini.  

“Pak Alan? Kapan bangun?” tanyanya.

Alan tak menjawab. Lelaki itu memilih untuk duduk di depan wanita itu, sambil menikmati cereal yang baru saja ia buat. Kemudian ia merebut segelas es yang masih dipegang oleh Rachel. Lalu ia teguk sampai habis.

“Ah... segar,” ucapnya.

“Katanya lebih baik minum teh hangat, dari pada minum es? Kok ini diminum sampai habis,” cibir Rachel, seraya mengerucutkan bibirnya kesal.

“Nggak baik buat kamu, tapi baik buat saya,” balas Alan.

“Dih, mana bisa begitu? Bilang aja kalau pengen es, tapi malas buatnya.”

“Udah, nggak usah banyak omong. Cepat dihabisin tehnya. Nanti keburu dingin.”

Dengan wajah yang masih terlihat sangat kesal, Rachel pun langsung meneguk teh hangat hangat tersebut sampai habis. Kemudian setelah itu, ia langsung menatap Alan dengan tatapan yang begitu dalam. Hingga membuat lelaki itu sampai salah tingkah sendiri.

“Pak Alan kenapa ya, makin ke sini makin beda banget,” celetuk Rachel.

“B-beda gimana?” tanyanya gugup.

“Biasanya, Pak Alan itu kaku, cuek, gampang emosi, dan nggak pernah peduli sama orang lain. Tapi semenjak ke Hong Kong, Pak Alan jadi beda banget.”

“Bedanya di mana?”

“Pak Alan jadi lebih perhatian ke saya,” celetuk Rachel terang- terangan.

“Terlalu percaya diri! Padahal saya biasa aja ke kamu,” balas Alan ketus.

“Oh ya? Terus kenapa waktu itu nawarin diri jadi ayahnya Noah?” tanya Rachel. Membuat Alan langsung terdiam seketika.

“Berapa kali, saya harus bilang? Saya cuma bercanda!” tegas Alan dengan raut wajah yang lebih serius dari sebelumnya. Sedangkan Rachel hanya ber-oh ria saja.

“Terus, Bapak bisa jelasin nggak? Kenapa ada foto candid saya di akun G****e drive Bapak?”  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status