Share

6. Diserang Oleh Bandit

"Anderson? Maksudmu Marquess dari wilayah utara?" tanya Lucas yang dijawab dengan anggukan ringan oleh Alice.

"Apa Anda tersesat? Kalau begitu mari kita kembali, saya hapal jalannya." Alice melaju melewati Lucas untuk memimpin jalan.

Melihat hal itu Lucas sempat tertegun. Sekilas tadi ia sempat menangkap ekspresi berbinar dari Alice, lalu sekejap berubah. Kini anak perempuan yang tengah melangkah ringan itu menampilkan ekspresi wajah yang tenang seolah tadi Lucas seperti berhalusinasi.

"Apa Anda tidak balik bertanya namaku?" tanya Lucas yang membuat langkah Alice terhenti. Ia berbalik dengan gugup, lalu tersenyum canggung.

"Maaf atas ketidaksopanan saya. Kalau begitu siapa nama Anda?"

Lucas mendengkus menahan senyum. Ia sepertinya tahu jika Alice sempat malu melihat senyumnya tadi. "Aku Lucas Wynne Chester," jawabnya dengan senyum jumawa. Entah mengapa Lucas ingin memamerkan identitasnya ini. Ia penasaran seperti apa ekspresi yang akan ditunjukkan pada wajah perempuan tersebut.

"Ohh!" Alice menutup mulutnya karena terkejut. Matanya melotot, lalu berubah terlihat berbinar-binar. Kedua mata bulatnya memancarkan aura kebahagiaan yang membuat Lucas tadinya ingin tertawa jadi bingung. Rasa-rasanya berlebihan sekali ekspresinya, padahal anak bangsawan lain tidak akan menatapnya sedemikian itu. Memang ia akui identitasnya sebagai sulung dari Chester membuatnya menerima banyak perhatian. Dan hal itu memuakkan. Tetapi melihat wajah Alice muncullah firasat yang tak mengenakkan pada hatinya.

"Astaga imut sekali!" pekik Alice dengan suara tertahan. Sontak Lucas menoleh ke kanan dan kiri mencari hal yang dibilang imut oleh perempuan itu. Alice pun terkesiap menonton tingkah Lucas. Ia segera menyadarkan diri lalu berdeham, "maaf atas sikap tidak sopan saya. Apakah Tuan Muda ingin kembali ke dalam?"

Meskipun ia gemas melihat wajah memerah gadis itu, Lucas memasang wajah dengan dingin lalu mengangguk dan berbalik melangkah pergi. Namun langkah Lucas terhenti kala tak mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Kepalanya menoleh menatap sosok gadis itu yang berdiri dengan kedua tangan yang menutup wajahnya. Merasa ada yang menontonnya Alice mendongak lalu segera berlari menyusul Lucas. Alice bergumam meminta maaf lagi lalu mereka berdua melangkah memasuki aula tempat pesta diadakan.

Sesampainya di tempat acara, beberapa anak yang menyadari keberadaan Lucas langsung mendekat padanya dan bertanya kemana ia pergi. Lucas menjawab sekenanya lalu melirik sejenak melihat punggung perempuan bernama Alice yang telah menghilang di balik kerumunan.

"Hmm ... Marquess Anderson," gumam Lucas dalam hati.

Lucas tidak tahu jika ternyata mereka memiliki anak perempuan. Karena yang ia ingat mereka hanya memiliki anak laki-laki yang berumur tiga tahun lebih tua darinya. Matanya terus bergulir mencari dan menangkap dua orang dalam pikirannya itu.

Terlihat Alice tengah mencebikkan bibirnya, ia terlihat jengah karena saat ini ia sedang diomeli oleh kakaknya. Lucas tersenyum pasti dia juga kabur seperti dirinya, tapi terpaksa kembali gara-gara ketahuan olehnya.

Tidak terasa acara telah usai. Orang-orang mulai berpamitan mengundurkan diri untuk pulang begitu pula dengan Anna dan Lucas. Di tengah itu mereka berpapasan dengan Marchioness Catherine istri dari Marquess Geraldo Anderson.

"Salam Duchess Annastasia dan Tuan Muda Lucas," salam dari Catherine yang diikuti oleh kedua anaknya.

"Salam Marchioness Catherine, apakah mereka Max dan Alice?" tanya Anna tersenyum menatap dua anak di depannya.

"Benar Nyonya, mereka adalah anak saya. Yang sulung adalah Max dan si bungsu namanya Alice," jawab Catherine kemudian berbicara pada kedua anaknya untuk memperkenalkan diri.

"Wahh ... aku tidak tahu jika kau ternyata punya putri secantik ini. Dan juga Max sudah sebesar ini?" ucap Anna dengan terkejut melihat sosok Max dan Alice.

"Terimakasih atas pujiannya Nyonya ...," seru Max dan Alice bersamaan.

"Putri saya tubuhnya sedikit lemah, jadi saya jarang mengajaknya ke Ibukota. Tapi syukurlah sekarang dia terlihat lebih baik jadi saya bisa datang dengan mereka berdua. Saya juga melihat Tuan Muda Lucas semakin tampan."

Anna tertawa dan Lucas mengucapkan terimakasih karena menerima pujian, "Syukurlah jika Alice sudah membaik. Alice sepertinya seumuran dengan Lucas, mungkin lain kali bisa berkunjung ke Chester dan main bersama, ah ... Max tentu juga boleh bergabung."

"Terimakasih atas undangannya Nyonya, kami menantikannya."

Ketika dua wanita itu asyik berbincang Lucas menatap Alice yang terlihat mengintipnya dengan bersembunyi di belakang kakaknya. Dia terlihat seperti gadis pemalu berbeda sekali saat sebelum mengetahui identitasnya. Sedangkan Max melempar senyum pada Lucas seolah meminta maaf akan sikap adiknya yang tiba-tiba bersikap seperti itu.

"Kalau begitu aku tidak akan menahanmu lebih lama lagi. Sampai berjumpa kembali Countess Catherine."

"Ya, sampai jumpa kembali Nyonya ...." Catherine bersama kedua anaknya membungkukkan badan memberi salam yang dibalas oleh Anna dan Lucas.

Setelah itu keduanya melangkahkan kaki bersama menuju kereta kuda yang telah menunggu dan bersiap untuk kembali menuju kediaman White.

*****

Beberapa hari kemudian Lucas dan Anna kembali ke kediaman Chester karena besok rombongan Peter akan tiba. Kini Lucas dan Anna bersama Marie tengah pergi ke pusat kota mencari bahan makanan untuk penyambutan Peter. Ditemani sekelompok ksatria keamanan Chester yang menyamar agar tidak mencolok untuk melindungi keluarga Chester. Kali ini untuk menyambut kedatangan suaminya Anna mendelegasikan dirinya untuk berbelanja kebutuhan acara penyambutan dengan senang hati.

Setelah hampir satu jam mereka mampir di tempat langganan duchy Chester, Anna memutuskan untuk beristirahat di resto terkenal dikalangan bangsawan. Duduk berdua dengan putranya di area balkon menampilkan pemandangan akan keramaian orang yang berlalulalang. Tak jauh dari tempat mereka Marie duduk menikmati secangkir teh. Lucas menyantap makanan ringan di hadapannya seraya menikmati pemandangan di luar. Rasanya baru kali ini ia pergi berdua dengan ibunya.

Di kehidupan sebelumnya ia tak pernah bepergian ke tempat ramai dengan ibunya. Kesibukan ayahnya dengan pekerjaan di istana serta ibunya sebagai Duchess tentu saja tidak ada waktu untuk semacam hal itu. Mereka hanya pergi ketika pergantian musim dingin dan semi. Biasanya mereka akan tinggal di istana Matahari Chester yang dibangun untuk menyambut musim dingin. Dinamakan itu karena tinggal di dalamnya tetap terasa hangat meski tengah di musim dingin. Apalagi ada danau luas yang akan membeku dimanfaatkan sebagai tempat bermain seluncur.

"Lucas ingin sesuatu?" tawar Anna ketika melihat mata Lucas yang tidak berhenti menatapnya. Matanya juga sempat melirik cangkir teh aroma buah di hadapan Lucas.

Akhir-akhir ini Lucas sedikit sulit minum susu dan juga sering menolak makanan manis. Ia malah pernah minta dibuatkan kopi hitam sebagai ganti susu yang tentu saja dilarang olehnya. Bagaimana bisa anak berumur lima tahun memilih minum kopi yang terkenal akan rasa pahitnya dibanding dengan susu yang terasa manis?

Lucas menggeleng menjawab pertanyaan ibunya, ia lantas meminum sari buah jeruk di hadapannya. Semenjak terbangunnya ia di kehidupan ini, Lucas mencoba mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis. Selain egonya sebagai pria dewasa ia teringat saat berumur tujuh tahun mengalami sakit gigi. Waktu itu rasanya luar biasa sakit hingga membuatnya tidak nafsu makan. Sejak itu Lucas benar-benar berhenti mengkonsumsi makanan manis karena takut sakit gigi lagi.

Dan saat ini dirinya terbangun di usia lima tahun maka ia harus menghentikan insiden tersebut. Tanpa sadar Lucas mengelus pipinya bergidik membayangkan rasa sakit itu. "Jangan sampai terjadi lagi ...," gumam Lucas yang terdengar oleh Anna.

"Apanya yang jangan?" tanya Anna dengan raut penasaran.

Lucas kaget lalu menggelengkan kepala. "Bukan apa-apa Ibu. Ibu besok Ayah pulang ya?" tanyanya mencoba mengalihkan ibunya.

Anna tersenyum mengetahui pemikiran putranya. "Iya, menurut surat dari ayahmu kemungkinan besok mereka akan tiba. Lucas merindukan ayah ya?"

"Iya, Lucas rindu ayah tapi nanti Ibu direbut ayah," jawab Lucas dengan lesu yang membuat Anna tertawa geli.

"Kalau begitu mau Ibu buatkan pai apel khusus untuk Lucas?"

Lucas mendongak menatap ibunya dengan mata berbinar-binar. Dengan semangat kepalanya bergerak mengangguk menerima tawaran menggiurkan dari ibunya. Siapa yang bisa menolak pai apel buatan ibunya? Makanan kesukaannya serta ayahnya itu dimana mereka sering berebut itu. Dan saat ini ibunya menawarkan itu yang tentu saja ia dengan senang hati menerimanya. Ayahnya sedang tidak ada, maka tidak ada pesaing untuknya. Lucas terkikik membayangkan raut wajah ayahnya yang pasti iri dengan dirinya.

Anna terkekeh menatap putranya, ia tahu betul apa yang ada dalam pikiran laki-laki versi mini dari Peter sang suami di hadapannya ini. Ia mencubit gemas pipi gembul putranya itu sampai tanpa sadar Lucas mengaduh sakit tapi tetap tersenyum lebar padanya.

"Ayo kita segara pulang! Biar Ibu bisa cepat membuatkanmu pai apel." Anna berdiri lalu mengulurkan tangan pada Lucas yang tentu disambut dengan bahagia.

Namun di tengah perjalanan mereka diserang oleh sekelompok bandit. Kini Lucas dipeluk oleh Anna di dalam kereta menunggu para ksatria membereskan para bandit. Tubuh Anna sedikit bergetar ketakutan mendengar suara dentingan pedang dan teriakan orang. Merasakan ketakutan ibunya membuat Lucas menggeram kesal. "Sialan!" geramnya dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status