Krisna terus mencari ke setiap sudut dan ruangan gedung tetapi belum bisa menemukan Aisyah, Krisna mencoba untuk memanggil penjaga gedung dan menanyakan Aisyah tetapi mereka juga tidak melihat.Krisna semakin khawatir dengan keadaan Aisyah, Krisna meminta bantuan aparat keamanan gedung untuk membantu mencari Aisyah. Krisna mencoba menelpon Aisyah tetapi nomor tidak aktif, Krisna semakin gelisah merasa tak enak karena meninggalkan Aisyah sendiri dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap Aisyah. "Bagaimana, Pak?" tanya Krisna pada satpam yang ikut membantu mencari Aisyah. "Belum ketemu, Mas." "Bapak sudah mencari ke setiap ruangan gedung?" tanya Krisna lagi. "Sudah, Mas. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Mba Aisyah," ucap satpam. "Kemana kamu, sayang." "Saya coba cari lagi, Mas." "Iya, makasih ,Pak."Setelah kepergian satpam Krisna mencoba menghubungi Aisyah lagi, beberapa detik setelah Krisna menekan tombol hijau terdengar suara Aisyah dari sebrang. "Sayang. Kamu dimana?"
"Om Swastiastu," sapa gadis dari balik pintu."Om Swastiastu. Eh, Nak Aisyah. Ayo masuk, Widia ada di dalam kamarnya," ucap Niluh membuka pintu dan mempersilahkan Aisyah masuk."Makasih Tante," ucap Aisyah melangkah menuju kamar Widia."Lama banget sih, kayak siput tau ga," protes Widia judes."Ya elah, jarak antara rumah aku sama rumah kamu itu jauh tau, masih untung aku mau ke sini," gerutu Aisyah."Ululuuu anak Mami Papi ngambek ya, hahaha," kata Widia menoel dagu Aisyah menggoda."Iishh apaan, sih," Aisyah menepis tangan Widia. "Aku itu bukan anak kecil lagi, ya," sambung Aisyah kesal dikatai anak manja."Ya terus, kamu anak siapa dong. Kalau bukan anak Mami Papi kamu?" tanya Widia mengajak Aisyah duduk di atas ranjang empuk miliknya."Aku mau curhat, nih," kata Widia tanpa basa basi."Apaan sih, baru aja datang main curhat aja, tawarin minum kek, haus nih," cicit Aisyah memegang lehernya isyarat minta minum."Iya, bentar aku ambilkan," Widia melangkah keluar kamar menuju dapur unt
"Mau langsung pulang, nih?" "Iya." "Jalan-jalan dulu, ya?" "Sudah sore, Kak. Nanti kemalaman." "Sebentar saja." "Ga mau." "Satu jam, deh." "Lama." "Tiga puluh menit." "Emang mau kemana?" "Ke sungai." "Hah, ngapain?" "Rahasia."Krisna membelokkan mobilnya menuju hutan yang terdapat sungai dengan aliran air yang keruh akibat banjir. Krisna berhenti di ujung jalan kemudian keluar dari mobil dan berjalan menelusuri sungai karena mobil tidak bisa melewati kawasan tersebut. Sementara Aisyah masih berada dalam mobil, enggan untuk keluar. "Kak, ayo pulang. Ngapain sih, di sini?" Tak peduli Aisyah yang terus memanggil, Krisna justru terus melangkahkan kakinya hingga sampai pada gubuk tak berpenghuni. "Kak, Krisna!" panggil Aisyah dari dalam mobil. "Apa?" "Ayo pulang." "Sebentar."Aisyah yang bosan menunggu Krisna kembali memutuskan untuk menyusul. Aisyah turun dari mobil dan menghampiri Krisna. "Kakak, cari apa?" "Kamu, kenapa nyusul kesini?" "Lama nungguin Kakak, ga balik-
Lantunan ayat suci terdengar merdu dari Masjid yang berada tak jauh dari tempat Aisyah bekerja, Aisyah bergegas membereskan peralatan tempur di meja operasi.Aisyah pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian pergi menuju Mushola yang berada di bagian belakang rumah sakit untuk melaksanakan sholat Maghrib sebelum pulang ke rumah.Di tempat lain seorang gadis tengah duduk termenung sendirian di taman yang ramai di kunjungi pemuda pemudi. Hari sudah gelap, Widia masih terdiam di tempatnya. Entah apa yang dia pikirkan hingga tak menyadari kehadiran Aisyah yang sedari tadi berada di sampingnya. "Udah ngelamunnya, nanti kesambet loh," ucap Aisyah membuat Widia menoleh. "Sejak kapan kamu disini?" "Sejak perang dunia kedua." "Hah." "Apaan sih, serius amat. Makanya jangan ngelamun terus, ada orang di sampingnya ga liat." "Siapa juga yang ngelamun." "Lah, terus kenapa dari tadi bengong kanyak ayam tiren." "Tiren?" "Ayam mati kemaren, hahaha." "Sialan lo." "Bercanda sayang."
Kring! kring! kring! Aisyah terbangun karena bunyi alarm yang dia pasang, saat ini jam menunjukan pukul empat pagi yang artinya Aisya hanya tidur enam jam karena dia sampai rumah pukul sembilan malam. Aisyah bergegas bangun dari tempat tidur, menyambar handuk yang terletak di atas kursi. Semalam sehabis mandi karena rasa lelah Aisyah melempar handuknya setelah memakai baju tidur karena rasa kantuk yang menyerang. Aisyah keluar dari kamar segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. "Tumben sudah bangun sayang, inikan hari libur?" tanya Mariam. "Iya Ma, aku ada janji sama Widia." "Mau kemana?" "Ada deh, urusan remaja." "Iya Mama tau, Mama sudah ga remaja lagi." "Tapi Mama tetap cantik, kok," puji Aisyah. "Dulu Mama memang cantik, tapi sekarang sudah keriput." "Kan cantiknya pindah ke Aisyah." "Iya, anak Mama memang cantik. Tapi sayang," ucap Mariam terputus. "Sayang kenapa Ma?" tanya Aisyah. "Sayang jomblo," jawab Mariam kemudian tertawa, Aisyah hanya mendengus kesal kare
Widia terus memeluk boneka pemberian Dani, bahkan saat makan Widia tidak meletakkan boneka itu. Aisyah tersenyum Kakak dan Adik ini ternyata sama-sama bucin pada seseorang yang mereka cintai. "Kamu kenapa, sayang?" tanya Krisna yang melihat Aisyah sedari tadi terus tersenyum melihat Widia. "Adik kamu, tuh. Sama bucin kanyak kamu." "Emang salah?" "Enggak sih." "Terus." "Gemes aja." "Aku tahu yang gemes sama kamu." "Gemes kenapa?" "Gemes pengen miliki kamu." "Mulai deh gombalnya." "Ga apa-apa, kan gombalnya sama pacar sendiri bukan pacar orang." "Emang ada niat untuk godain pacar orang." "Ya enggak lah sayang." "Kalian ini berisik sekali," ucap Widia kesal karena konsentrasi makan tergantung oleh percakapan mereka. "Maaf," kata Aisyah dan Krisna bersamaan.Dani merasa muak dengan mereka berdua, ingin rasanya pergi tetapi dia tidak enak bila meninggalkan Widia. Dani mencuri pandang dengan Aisyah, tawa Aisyah membuat hati Dani luluh lantak hanya dengan mendengar. Andai saja
"Good morning, kakak ipar," sapa Widia yang baru tiba. "Pagi, tumben telat? biasanya udah nongkrong duluan." "Ini tuh gara-gara kak Dani," ucap Widia tersenyum. "Kok bisa?" "Bikin aku ga bisa tidur." "Oh, lagi di mabuk cinta rupanya," ucap Aisyah terkekeh melihat Widia. "Ada yang lucu?" "Tidak ada." "Terus, kenapa tertawa?" "Memangnya tidak boleh." "No." "Kenapa? mulut-mulut aku." "Eh, kak Dani sudah datang belum?" "Belum." "Serius." "Iya, sepertinya kalian jodoh. Sama-sama terlambat." "Apaan, sih," ucap Widia tersipu malu. "Nah, itu kak Dani. Panjang umur dia, baru aja di omongin sudah datang," ucap Aisyah menunjuk ke arah tempat parkir. "Penampilan aku bagus, kan?" tanya Widia seraya merapikan rambutnya. "Sudah, kamu cantik kok," jawab Aisyah. "Morning girls," sapa Dani "Pagi," jawab Aisyah dan Widia bersamaan. "Sudah pada sarapan?" "Aku sudah." "A, aku juga sudah," jawab Widia gugup. "Kamu kenapa Wid, sakit?" "Tidak aku baik-baik saja." "Oya, aku pamit m
"Aku baik-baik saja sayang, kamu jangan mengkhawatirkan aku," ucap Krisna mengusap lembut rambut panjang Aisyah dalam pelukannya. "Bagaimana aku tidak khawatir, mereka berempat sedangkan kakak sendiri." "Jadi, kamu meremehkan kekuatan Krisna?" "Bukan begitu, aku hanya takut." "Apa yang kamu takutkan, sayang?" "Takut jika terjadi sesuatu terhadap kakak." "Selama kamu ada di sisi aku, aku akan baik-baik saja." "Kamu membuat aku khawatir," kata Aisyah serak. "Maafkan aku," ucap Krisna. "Kakak tadi dari mana? kenapa ada disini," tanya Aisyah. "Seharusnya aku yang tanya, ngapain kamu di sini?" tanya Krisna balik. "Motor aku mogok, dan tumben juga jalanan sepi tidak seperti biasanya," jawab Aisyah. "Ya udah, sekarang kita pulang." "Kakak ga tugas?"Krisna hanya tersenyum sebagai jawaban, kemudian menuntun Aisyah menuju motornya.***Sebuah mobil Sedan warna putih berhenti di depan rumah besar bernuansa adat Bali. Kaki jenjang mulus menjejakan kakinya di atas ubin keramik, sos