Beranda / Romansa / Ayo Kita Menikah, Pak CEO / Hidup yang Membosankan

Share

Hidup yang Membosankan

Penulis: Hanna Zuel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-03 16:27:19

Suasana hati Keyra dalam kondisi buruk sejak bertemu Asila beberapa menit yang lalu. Sepanjang perjalanan kembali ke perusahaan dia tidak berbicara barang sepatah katapun pada Reyhan atau Yudha. Suasana di dalam mobil cukup hening. Yudha yang menyetir mobil di depan beberapa kali mengintip ke kursi belakang. Keyra dan Reyhan sama-sama diam, meski sebenarnya terpancar jelas dari raut wajah Reyhan yang penasaran dengan sikap diam Keyra.

Dia begitu kaku, batin Yudha.

Yudha menggelengkan kepalanya. Dia tahu betul gelagat Reyhan yang saat ini dalam kondisi penasaran kenapa Keyra diam-diam saja. Dua jam perjalanan ke perusahaan tidak ada pembahasan apapun. Mau bilang apa lagi. Sepanjang hidupnya Reyhan tidak pernah penasaran dengan emosi orang lain. Jadi pria itu tidak tahu cara bertanya. Bahkan mungkin ia sendiri tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang dalam kondisi penasaran.

"Minumlah vitamin sebelum berangkat ke bandara, suara Bapak terdengar serak dari tadi pagi," ujar Keyra. Akhirnya gadis itu buka suara setelah tiba di kantor.

"Yudha buatkan air hangat dengan perasaan jeruk dan berhati-hatilah di jalan!" seru Keyra yang dibalas acungan jempol oleh Yudha.

Mereka bertiga berpisah di depan kantor G.RIO Cooperation. Keyra kembali melanjutkan pekerjaannya. Sementara Reyhan dan Yudha berangkat dinas ke Hongkong.

***

"Akhir-akhir ini sepertinya suasana hatimu sedang buruk," celetuk Nadine yang duduk di samping Keyra. Gadis berkacamata itu menyodorkan Keyra sebuah hansaplast. Keyra mengerutkan keningnya keheranan.

"Lihat, kamu bahkan tidak menyadari tumit kakimu berdarah." sambung Nadine lagi.

Mata Keyra beralih ke tumit kakinya. Kemana perginya hansaplast yang ia pasang tadi. Kakinya terlihat mengenaskan. Sepatunya sudah tercecer bercak darah. Keyra kini lebih penasaran kenapa ia tidak menyadari rasa sakit di kakinya.

"Tidak perlu heran begitu. Keyra memang dari dulu seperti itu. Key, berhentilah hidup seperti robot," ujar Naumi memberi saran.

Faktanya, rekan kerja Keyra sudah berulang kali menasehatinya untuk tidak terlalu ambisius dalam berkarier. Akan tetapi Keyra tidak pernah mengindahkan saran-saran mereka. Ini kali pertama Keyra mau mencerna nasehat teman-temannya.

Entah sejak kapan. Keyra menjadi lebih perasa belakangan ini. Apakah ini efek umur yang semakin menua. Atau surat pernikahan yang membuatnya kaget, lantas membawa efek domino pada emosi Keyra. Hal-hal kecil yang seharusnya tak mengganggu kini malah mengusik pikiran Keyra.

"Periksalah ke dokter. Bagaimana jika infeksi," kata Nadine.

"Jika pergi ke rumah sakit, sekalian saja cek kesehatan. Kamu terlalu bekerja keras, imbangi juga dengan kesehatamu." sambung Nadine. Kalimat ini sebenarnya sudah sangat familiar. Nadine selalu membicarakan pemeriksaan ke rumah sakit untuk Keyra agar dia sadar dengan kesehatannya. Tapi bagai sebongkah batu yang keras, Keyra selalu saja diam mematung, sama sekali tak peduli.

"Jagalah kesehatanmu. Bagaimana jika kamu mati muda, siapa yang akan mengurusi acara pemakamanmu." celetuk Rivaldi yang sukses membuat semua rekannya melotot ke arahnya.

"Sttt!" Naumi menyikut keras lengan Rivaldi setelah kalimat tadi terlontar.

Rivaldi yang menyadari ucapannya dengan cepat membekap mulut sendiri. Niat hati hanya ingin bercanda, malah berakhir dengan suasana dingin. Keyra hanya bisa tersenyum getir.

Bagi Keyra, candaan yang Rivaldi lontarkan sudah ratusan kali ia dengar. Siapa yang tidak tahu bahwa ia hidup sebatang kara tanpa orangtua dan saudara. Bahkan satu-satunya nenek yang hidup bersamanya sejak kecil sudah meninggal lima tahun yang lalu.

Hati Keyra bercampur aduk. Gadis itu kini benar-benar merasa terpukul mendengar ucapan Rivaldi. Lima tahun setelah kematian neneknya ia mulai hidup menjadi Keyra yang kurang ekspresif. Keyra hanya berusaha hidup sesuai dengan wasiat terakhir neneknya. Jika bukan karena wasiat itu Keyra mungkin sudah bunuh diri.

Hiduplah, tetaplah hidup, carilah uang dan hidup dengan layak dengan uang itu. Nenek harap Keyra bisa lulus kuliah, bekerja di perusahaan besar, punya uang sendiri, makanlah dengan tetaur dan hidup dengan tenang. Begitulah yang dikatakan nenek Keyra sebelum menghembuskan napas terakhir.

Keyra merogoh tas di atas mejanya, "Aku akan pulang duluan." ucap gadis itu.

Keyra meninggalkan kantor dua jam sebelum jam kerja berakhir. Menyisakan keempat rekan kerjanya yang saling bertukar tatap. Cemas dengan perkataan Rivaldi yang bisa saja melukai perasaan Keyra.

***

Hari Sabtu kali ini menjadi hari yang paling memusingkan bagi Keyra. Karena selama empat tahun bekerja ia tak pernah libur di hari sabtu. Kali ini dihadapkan dengan kosongnya jadwal membuat Keyra menatap kosong ke arah atap-atap apartemen. Sejenak pikirannya kosong.

"Apa aku pergi belanja saja? Aku kan tidak punya banyak gaun pesta,"

Keyra beranjak dari tempat tidur menuju dapur. Tangannya meraih ganggang pintu kulkas. Diambilnya sebotol air putih dingin lantas meneguknya perlahan.

Mata Keyra menyapu setiap sudut apartemennya. Begitu luas dan mewah, namun begitu kosong. Ia hanya berada di sana untuk tidur sepulang kerja. Bgian dapur hampir tak pernah digunakan. Keyra juga menyewa pembantu yang membersihkan rumahnya setiap pagi setelah Keyra berangkat kerja. Keyra bahkan sudah lupa wajah pembantu yang ia pekerjakan sejak empat tahun lalu. Mereka tidak pernah bertemu karena jadwal kerja Keyra.

"Sepi sekali," gumam Keyra.

Gadis dengan rambut panjang bergelombang itu menyadari betul bahwa apartemennya begitu sunyi. Di akhir pekan seperti ini pun Keyra tidak bisa dan tidak tahu harus bercengkrama dengan siapa. Rekan kerjanya di kantor tentu saja tidak bisa diganggu, mereka punya jadwal sendiri entah kencan dengan pasangan atau menghabiskan hari dengan keluarga. Hanya Keyra yang hidup sendiri tanpa tahu harus apa.

Ternyata hidupku membosankan, batin Keyra.

Setelah jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi. Keyra memutuskan keluar untuk berbelanja. Meski bosan dan kesepian ia harus tetap persiapan untuk acara pernikahan besok.

"Satu gelas kopi americano," pesan Keyra. Dia berhenti di salah satu kafe di pusat perbelanjaan. Ingin beristirahat minum kopi dan mencicipi sedikit makanan yang ada.

Brak!

Sepotong kue yang Keyra beli terjatuh dari mejanya saat seorang ibu-ibu di samping Keyra dengan kasar menarik tasnya.

"Aduh, maafkan saya, bagaimana ini?" Orang itu meminta maaf dengan cepat. Raut wajahnya terlihat gelisah saat melihat tumpahan kue itu mendarat di kaki Keyra dan mengotori sepatunya.

"Ah, tidak apa-apa." balas Keyra dengan cepat. Wajahnya tersenyum seperti biasa.

"Tidak bisa, aku akan mengganti biaya sepatumu."

"Tidak perlu bu, sepertinya anda sedang tergesa-gesa. Ini bukan masalah besar jadi anda tidak perlu khawatir. Sepatu ini juga tidak rusak jadi tinggal saya lap saja." ucap Keyra. Menjadi sekretaris selama empat tahun membuatnya terbiasa memaafkan, mengalah, dan ramah dalam hal negosiasi dan perbincangan dengan klien. Sepertinya karakter itu terbawa sampai saat ini.

"Kamu sangat baik, kamu juga cantik, apakah kamu mahasiswa?" tanya Ibu itu saat melihat buku catatan Keyra di atas meja yang bertuliskan nama salah satu universitas. Itu memang buku yang ia dapat di kampusnya dulu.

Keyra menggeleng cepat, "Saya bukan mahasiswa, saya sudah 28 tahun."

Ibu itu menutup mulutnya tak percaya, "Ah bukan ya, soalnya wajahmu terlihat sangat muda."

"Terima kasih pujiannya,"

"Sayang sekali, padahal saya berniat mengenalkan anda pada putra saya."

"Ya?" tanya Keyra takut apa yang ia dengar salah.

"Apa kamu sudah punya suami? Seharusnya sudah menikah ya. Tidak mungkin belum, anda sangat cantik, baik dan sopan." Seakan tak memberi ruang untuk Keyra berbicara. Ibu itu mengoceh ini dan itu.

Keyra menggeleng dengan cepat, "Saya belum menikah."

"Astaga, sayang sekali. Pasti orangtuamu sangat mencemaskanmu. Kamu harus segara menikah agar orangtuamu tidak khawatir,"

"Orangtua saya sudah meninggal."

Mulut sang ibu membisu. Ia tak menduga bahwa gadis di depannya hidup tanpa sosok ibu dan ayah.

"Maaf, " ucap ibu itu lirih.

"Tidak apa-apa. sudah biasa,"

"Orangtua mu pasti bangga melihat kamu tumbuh besar dan sehat seperti ini. Tetaplah bahagia agar orangtua mu juga bahagia di surga. Kalau begitu saya pergi dahulu" ucap Ibu itu. Sebenarnya ia tengah terburu-buru, tapi entah mengapa berbicara dengan Keyra membuatnya tertarik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Apa yang Teejadi?

    "Nenek," gumam Kenzo lagi dengan suara lirihnya. Terlena beberapa detik membuat Kenzo kembali fokus dengan situasi yang terjadi. Pria berambut gelombang itu sempat tertegun hebat melihat paras Keyra yang begitu mirip dengan potret neneknya semasa muda. Keyra melangkah masuk ke dalam ruangan dan mengambil satu kursi kosong di samping Reyhan. Keyra melihat lurus ke depan, ada Miki yang menatapnya tak percaya, di samping Miki ada pria yang tak dia kenal juga menatap tak percaya ke arahnya. "Siapa kamu?" tanya Kenzo kelepasan. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Bagaimana bisa ada orang yang begitu mirip dengan figur neneknya. Mata dan Hidung Keyra juga persis seperti milik Ibunya. Siapapun dari keluarga Regaldo yang melihat paras Keyra sekarang akan mempertanyakan hal yang sama. "Kenapa pertanyaanmu konyol begitu, tentu saja dia istriku!" tegas Reyhan. "Dia sangat mirip nenekku. Kamu ingat buku history keluarga Regaldo yang pernah aku tunjukkan padamu waktu itu? Saat kamu meng

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Pertemuan dengan Istri Reyhan

    Kita bertemu di ruang VVIP HAZA Group Begitulah bunyi pesan singkat Reyhan pada Kenzo dan Miki. Dua orang yang telah melewati banyak hal dengan Reyhan selama kurang lebih 20 tahun. Miki berdiri dengan perasaan yang penuh keraguan. Dia berkali-kali melihat pesan yang Reyhan kirimkan padanya. Pertemuan terakhir antara Miki dan Reyhan berakhir cukup tragis. Reyhan dengan sangat jelas memberitahukan bahwa dia sangat kesal dengan kelakuan semena-mena Miki yang menampar sembarang orang dan menyerang sekretaris Reyhan. Miki hanya malu menampakkan mukanya lagi. "Kenapa diam seperti patung?" tanya Kenzo. Kenzo dengan setelan jas navy membuatnya terlihat lebih rapi dari hari sebelumnya saat Miki menjemputnya di bandara. Ckclek! Kenzo membuka pintu di depannya. Di dalam ruangan VVIP itu terpampang sebuah meja bundar besar dengan empat kursi yang sudah disiapkan oleh Reyhan. Kenzo dan Miki langsung mengambil tempat duduk mereka. "Kamu tidak terlihat baik-baik saja," celetuk Kenzo. Miki s

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Teori Aneh Para Netizen

    Miki mengeratkan gigi gerahamnya saat melihat beberapa foto Reyhan dan Keyra yang tertangkap oleh mata-mata suruhannya. Detik berikutnya, Miki tersenyum puas saat melihat foto Reyhan dengan Hazel. "Ah, ternyata Reyhan hanya dekat dengan pegawainya saja." gumam Miki. Miki sempat kesal saat melihat sederet foto Reyhan dan Keyra. Tapi dia langsung tenang saat melihat foto Reyhan dan Hazel. Itu menandakan bahwa Reyhan hanya berurusan dengan wanita-wanita yang punya kepentingan dengannya saja. Tangan Miki yang membolak-balikan lembaran foto itu berhenti saat ia melihat sebuah foto yang terlihat mengganjal. "Apa ini?" tanya Miki saat melihat sebuah foto yang berisi Reyhan sedang membuka pintu mobil untuk Keyra. Tangan kanan Reyhan mengganjal di atas pintu masuk bermaksud melindungi kepala Keyra dari benturan mobil. Miki menggeram kesal. Dia merobek foto itu. Miki mulai mengingat kembali moment saat Reyhan begitu peduli pada Keyra. Pikiran Miki mulai berkecamuk. ***Koper dengan size X

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Tawaran Janice

    "Ada apa?" tanya Reyhan serius. Keyra segera menggeleng saat menyadari perkataannya telah membuat suasana yang ribut itu terdiam, "Ah, bukan apa-apa.""Tidak apa-apa, tanyakan saja jika ada hal yang kamu ingin tahu, kami keluargamu sekarang!" seru Miki. Keyra meletakkan sendok yang sedari tadi melekat di tangannya, gadis itu menarik napas panjang, "Aku, sebagai seorang fans berat darimu, aku bertanya-tanya kenapa anda merahasiakan hal sebesar ini? Maksudku, anda ternyata sudah menikah dan punya anak. Itu adalah fakta paling mengejutkan bagiku." Keyra sempat syok beberapa hari setelah mengetahui fakta itu. Dia bahkan di beberapa kesempatan sempat menyangkal bahwa semua yang dia lihat dan alami adalah sebuah mimpi panjang. Tapi lagi-lagi dia kembali ke fakta bahwa idolanya memang benar adalah kakak iparnya sekaligus ibu dari anak magang yang bekerja di bawah bimbingannya. Diam, hening sesaat. Keyra merasa cemas setelah membahas hal itu. Rasanya dia ingin mengulang waktu dan menarik

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Pelayan Itu, Namanya Tania

    "Kita satu kamar?" tanya Keyra saat terkejut melihat suaminya duduk di ujung ranjang saat dirinya keluar dari kamar mandi. "Akan aneh kalau kita tidak sekamar," balas Reyhan singkat. Meski kehidupan rumah tangga mereka terbilang sudah sangat romantis. Akan tetapi mereka sampai saat ini belum pernah berbagai kamar yang sama. Menginap di kediaman Dirgantara dengan status sebagai suami istri tentu saja harus membuat mereka berada di satu kamar yang sama. Tok... Tok... Tok... "Tuan, ini pakaian Nyonya Muda yang anda pesan." suara seorang pelayan di luar kamar terdengar dengan jelas di telinga Keyra dan Reyhan. Cklek. Reyhan membuka pintu kamarnya, mengambil beberapa setelan pakaian yang telah dibawakan. "Apa kakakku masih belum kembali?" tanya Reyhan pada pelayan yang berdiri di depannya. "Belum Tuan," jawab pelayan itu singkat. "Baiklah, kamu bisa pergi."Pelayan itu dengan patuh pergi sesuai perintah Reyhan. Pria itu kembali masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan. Alis kirin

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Pelayan Aneh itu Lagi

    Brag!Kodo kecil berisikan tiket nonton itu jatuh bebas ke tanah saat tangan kekar Reyhan mendarat di pipi kiri Miki. "Rey, kamu baru saja menamparku?" tanya Miki tak percaya, tangan kirinya memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan Reyhan. Mata Miki terbelalak sempurna. Reyhan bukan orang yang kasar dan suka main tangan pada perempuan, apalagi jika itu berurusan dengannya. "Kelakuanmu membuatku sangat malu," ujar Reyhan. Wajah Reyhan terlihat merah padam. "Minta maaflah pada mereka dan aku tidak akan memperhitungkan apapun lagi," kata Reyhan mengamcam. Miki mengepalkan tangannya, "Kenapa aku harus minta maaf?""Kenapa? Kamu tanya kenapa? Apa kamu gila? Kamu baru saja melakukan kekerasan di depan umum, dan lebih memalukan lagi kamu melakukan hal itu pada orangku?Kamu tahu dia sekretarisku dan tetap berlaku seperti itu padanya? Apa kamu sedang menantangku?" tanya Reyhan dengan nada marahnya yang semakin terdengar jelas. Miki mengumpat di dalam hatinya. Dia berusaha keras

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Miki dan Keyra Beradu

    "Mbak, astaga yang benar saja, anda menampar teman saya di depan umum seperti ini?" ucap gadis berambut hitam lurus tak percaya dengan sikap sembrono Miki. Miki memutar bola matanya, "Aish, kalian membuatku kesal.""Orang ini benar-benar tidak punya sopan santun. Apa anda tidak malu sebagai orang dewasa?" tanya pria yang berdiri di samping gadis berambut hitam lurus. Ketiga remaja itu benar-benar tersulut emosi. "Aku kasih melihat anda setua ini tapi tidak punya adab. Apa orangtua anda tidak mengajari sopan santun? Atau suami anda tidak mengajarkan hal itu? Atau anda belum menikah, hingga tidak ada yang bisa mendidik anda?"Plak! Satu tamparan keras kini mendarat di wajah gadis berambut hitam lurus. Tamparan itu membuatnya terpaksa menghentikan komentar pedasnya pada Miki. Pria yang berdiri disampingnya dengan penuh emosi balas maju mendekati Miki hendak bermaksud balas dendam. "Pikirlah sebelum kamu melukaiku di sini!" tandas Miki. "Bukan aku yang harus dididik, tapi kalian. Ora

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Miki Bertengkar

    "Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaan pendap

  • Ayo Kita Menikah, Pak CEO   Aku Sudah Menikah!

    Keyra mendapati keributan di lantai staff sekretaris. "Bagaimana ini, kita dilarang bergosip dan membahas hal ini. Tapi Miki membuat kita ingin terus membahasnya," kata Nadine setengah berbisik. "Benar juga. Bagaimana mungkin satu kantor tidak bergosip jika kelakuan Miki seperti itu pada Pak CEO." sahut Surya. Kini Miki tengah membawa buket bunga segar di tangan kirinya dan sebuah rantang makanan di tangan kanannya. Miki seperti biasa masuk ke ruangan Reyhan tanpa permisi. Penampilannya sekarang mirip sekali seperti seorang istri yang mengantarkan makan siang suaminya. Keyra yang menyadari apa yang terjadi langsung masuk ke ruang Reyhan, "Permisi, apa anda ada urusan dengan Pak Reyhan? Beliau sedang inspeksi di luar kantor." kata Keyra mengabarkan. Miki yang sedari tadi tengah mengatur bunga segarnya di atas meja Reyhan kini beralih menatap tajam ke arah Keyra, "Kamu bahkan tidak mengetuk pintu saat masuk? Dimana sopan santunmu?" tanya Miki kesal. Keyea tak habis pikir deng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status