Home / Romansa / Ayo Menikah, Mas Duda! / Bab 88: Surat Peringatan

Share

Bab 88: Surat Peringatan

Author: Mita Yoo
last update Last Updated: 2025-06-01 13:10:59

Ruang kerja Galih terasa lebih sesak dari biasanya. Meski lampu putih menyala terang, ventilasi bekerja dengan baik, dan kopi panas masih mengepul di atas meja kaca. Namun, ketegangan yang dibawa oleh Fariz membuat udara seakan membeku.

Fariz berdiri di depan meja, menggenggam map biru di tangannya. Wajahnya tak biasa. Tersirat ada keraguan sekaligus kecemasan yang tak bisa ditutupi.

“Mas Galih,” ucap Fariz pelan, membuka pembicaraan. “Ada pemberitahuan penting dari manajer keuangan. Ini terkait selisih dana dua puluh juta waktu itu.”

Galih yang sedang membolak-balik dokumen, langsung menghentikan gerakannya. Kepalanya terangkat, matanya fokus menatap rekan kerjanya itu.

“Jadi, gimana?” tanyanya cepat.

Fariz menarik napas sebelum menjawab, lalu meletakkan map di atas meja. “Yang jelas, sistem pelaporan kita nggak keliru. Transaksi itu nyata. Tapi... ada sesuatu yang aneh.”

“Maksud kamu?” Galih balik
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 91: Titik Terang (2)

    Katrina tertawa kecil, menyibak rambutnya ke belakang telinga sambil menyesap mocktail berwarna merah muda dari gelas tinggi.Senyum puas tersungging di wajahnya ketika Evan melemparkan pujian lain yang membuatnya merasa seperti perempuan paling diinginkan malam itu. Restoran rooftop tempat mereka duduk menyajikan pemandangan kota yang gemerlap. Namun, yang lebih berkilau di mata Katrina adalah bayangan dirinya mendampingi Galih. Bukan gadis kampungan dan miskin seperti Aster."Kamu tahu," ujar Evan, menyandarkan punggung ke sandaran kursi dan memasang ekspresi kagum palsu, "selain baik, ternyata kamu juga cantik banget. Mas Galih rugi banget udah ngelepas cewek kayak kamu."Katrina terkekeh, suara tawanya lembut, nyaris manja. "Iya 'kan, Van? Aku seneng kamu ada di pihak aku. Aku ngelakuin semua ini biar Galih cuma ngeliat aku. Aku juga bakalan bikin Aster dipecat dari perusahaan.""Aku setuju," sahut Evan sambil menyesap minu

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 90: Titik Terang

    Aster menatap layar ponselnya dalam diam. Di tengah gemerlap lampu kota Bandung yang memantul di kaca jendela kamar hotelnya, hanya satu notifikasi yang terlihat di layar ponselnya."Hati-hati, Sayang. Aku percaya kamu bisa lewatin ini."Pesan itu dikirim satu jam lalu. Tak ada pesan lanjutan. Tak ada panggilan menyusul. Hanya satu baris kalimat yang terasa seperti pelukan dari kejauhan, namun juga seperti penanda bahwa ia kini berjalan di jalur yang harus ditempuh sendirian.Ia menaruh ponsel pelan di meja kecil di samping tempat tidur. Angin malam menyusup dari celah jendela yang tak tertutup rapat. Suara bising dari kendaraan di luar tak mampu mengalihkan pikirannya dari kecemasan yang perlahan membekukan dadanya.Aster menarik napas panjang, lalu berdiri dan melangkah ke arah koper yang belum sepenuhnya dibongkar. Di antara tumpukan kertas dan map proyek yang dititipkan Sandra padanya, ia menyelipkan satu buku catatan koson

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 89: Surat Peringatan (2)

    Siang itu langit di atas gedung kantor tampak kelabu, seperti mencerminkan suasana hati Galih yang penuh tekanan. Ia berdiri di balkon lantai lima, menyandarkan tubuh pada pagar besi sembari memandangi jalanan kota yang sibuk. Fariz menyusulnya, membawa dua gelas kopi hitam dengan asap kecil mengepul.“Aku yakin ada orang yang nggak suka sama Aster, Mas,” ujar Fariz, menyerahkan segelas kopi ke Galih. “Bukan cuma nggak suka... tapi juga berusaha jatuhin dia.”Galih mengangguk perlahan. “Kalau tebakan aku benar, ini kerjaannya Katrina. Tapi dia bukan tipe yang akan ngaku, apalagi kalau nggak kepepet. Kita butuh bukti kuat. Pengakuan, rekaman suara... sesuatu yang bisa menjerat dia tanpa bisa mengelak.”Fariz menatap Galih penuh harap. “Jadi, apa rencana kamu, Mas?”Galih menyesap kopinya perlahan, lalu menatap ke arah jalanan dengan tatapan penuh strategi. “Kita perlu seseorang yang bisa deketin dia. Bikin dia lengah. Ngerasa menang.

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 88: Surat Peringatan

    Ruang kerja Galih terasa lebih sesak dari biasanya. Meski lampu putih menyala terang, ventilasi bekerja dengan baik, dan kopi panas masih mengepul di atas meja kaca. Namun, ketegangan yang dibawa oleh Fariz membuat udara seakan membeku.Fariz berdiri di depan meja, menggenggam map biru di tangannya. Wajahnya tak biasa. Tersirat ada keraguan sekaligus kecemasan yang tak bisa ditutupi.“Mas Galih,” ucap Fariz pelan, membuka pembicaraan. “Ada pemberitahuan penting dari manajer keuangan. Ini terkait selisih dana dua puluh juta waktu itu.”Galih yang sedang membolak-balik dokumen, langsung menghentikan gerakannya. Kepalanya terangkat, matanya fokus menatap rekan kerjanya itu.“Jadi, gimana?” tanyanya cepat.Fariz menarik napas sebelum menjawab, lalu meletakkan map di atas meja. “Yang jelas, sistem pelaporan kita nggak keliru. Transaksi itu nyata. Tapi... ada sesuatu yang aneh.”“Maksud kamu?” Galih balik

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 87: Perang Dingin (2)

    Beberapa hari kemudian, Katrina sengaja mengatur sebuah kebetulan agar bertemu Jason saat anak itu keluar dari tempat les piano. Ia turun dari mobil mewahnya sambil membawa buku fiksi bersampul tebal berjudul Mission Impossible in Vegarun karangan Mita Yulia Hikmawati.“Jason, ya?” sapanya dengan nada ramah.Jason menoleh, sedikit bingung. “Iya, Tante siapa?”“Tante temennya Papa kamu. Nama Tante Katrina. Dulu Tante juga suka main piano, tapi sekarang aku lebih suka baca buku fantasi. Nih, kamu suka buku beginian ‘kan?” ujarnya sambil menyodorkan buku.Jason mengernyit curiga, tetapi menerima buku itu perlahan. “Iya sih… aku suka. Tapi Papa nggak pernah cerita soal Tante.”Katrina tertawa kecil. “Papa kamu dulu sering cerita tentang kamu, tapi mungkin dia lupa nyebut aku. Gimana kalau kita ngobrol sambil makan es krim? Tante tahu tempat es krim enak deket sini.”Jason ragu sejenak, tapi rasa penasara

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 86: Perang Dingin

    Ruang makan keluarga Winda malam itu penuh aroma ikan gurame bakar pedas manis. Masakan khas yang selalu menjadi cara ibunya memancing nostalgia Galih. Namun malam itu, aromanya seperti racun.Galih berdiri kaku di ambang pintu ruang makan, napasnya tercekat begitu melihat Katrina duduk manis di salah satu kursi, mengenakan dress formal dengan senyum manis yang terkesan manipulatif. Aster yang berdiri di sebelahnya juga langsung menyadari sesuatu yang tak beres.“Ibu nggak bilang kalau dia tamu yang Ibu maksud,” suara Galih terdengar dingin, nyaris berbisik pada ibunya.Winda menaruh sendok besar ke atas meja dan memutar tubuh, wajahnya tersenyum tipis tapi suaranya tajam. “Galih! Jaga bicara kamu. Dia tamu Ibu. Dan dia juga lulusan luar negeri, lebih baik dari pacar kamu secara finansial.”Kalimat itu menghantam Aster seperti tamparan di wajah. Namun ia menunduk, mencoba tetap tenang. Galih tidak. Tangannya segera menggenggam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status