Share

TUGAS BARU

Author: Mommy Alkai
last update Huling Na-update: 2022-12-17 08:18:49

"Astagfirullah!" Aku memekik ketika bayi besarku itu datang dari belakang tanpa mengenakan atasan. Mungkin dia habis ke toilet. 

Ada yang sobek, tapi bukan kertas. Ada roti, tapi bukan yang dibakar kaya dipiring yang lagi aku bawa. Duh, mataku ternodai. Ampuni Disty Ibu ....

"Biasa aja lihatnya!" imbuhnya sambil mengetuk bahuku dengan handuk kecil yang dipilin.

Sadar tengah bertelanjang dada, dengan cepat dia menyambar dan mengenakan kaus dalam berwarna putih.

"Tapi bukannya hari ini Mas Kenzi mau tour?"

"Jangan disingkat Adisty, artinya beda!" protesnya dengan nada kesal.

"Bukan mau disingkat, tapi saya lupa."

"Kamu pelupa akut, malah nekat jadi baby sitter saya. Saya nggak jadi ikut tournamen!"

Nah kan, itu lagi yang dibahas. Aku nggak bisa bayangin kalau Mas Kenzi ini sampai ngadu sama maminya. Bisa malu aku sama Bu Arini nanti.

"Lho, kenapa nggak jadi?"

"Mbak Kanaya melahirkan, saya harus kesana hari ini. Sama kamu juga!"

"Nggak sama Mbak Alsha?" tanyaku spontan.

 Duh.

Aku jadi keceplosan nanya. Tapi bukankah dengan begitu, dia percaya kalau aku memang tidak tahu menahu tentang keluarganya yang menentang hubungan mereka?

"Alsha sibuk." Mas Kenzi menjawab singkat.

"Jadi, mau berangkat kapan?"

"Jam tujuh ya, setelah saya mandi. Eh, tapi kamu beneran udah sembuh, kan?"

"Udah Mas, Alhamdulillah, nggak usah khawatir." 

"Nggak khawatir juga sih, cuma berat aja kalau harus ngangkat kamu yang pingsan seperti kemarin."

Aish, yang kaya gini, nih habis diangkat terus dijatuhin. Sakit.  Salah aku juga yang udah kepedean duluan.

"Iya Mas, terima kasih banyak kemarin ....."

"Nggak usah di anggap serius, saya cuma bercanda! Ya sudah, kita ketemu dibawah nanti jam tujuh ya!" pesannya sebelum dia kembali melanjutkan aktivitasnya.

Ish, ternyata dia bisa bercanda juga. Wajahnya datar sih ... jadi nggak bisa bedain antara serius atau sedang bercanda.

Aku semakin iri, Mbak Alsha punya cowok kok ya bisa paket lengkap sempurna begitu. Udah kaya, ganteng, baik hati pula.

***

Tepat jam tujuh pagi, aku sudah siap dengan memakai setelan bunga berwarna pink cerah, lengkap dengan jepit rambut berwarna senada berbentuk bunga yang disematkan di sebelah kanan.

Sambil menunggu Mas Kenzi, mataku meluas mencari Adi. Lumayan ngobrol sama satpam ganteng sambil nunggu Mas Kenzi, ya kan?

Tapi sepertinya Adi belum datang. Yang ada malah Pak Bambang, satpam paruh baya berkumis tebal, yang belum berganti shift dengan Adi.

"Udah siap, Dis?" tanya Mas Kenzi. 

Sejenak aku terpesona melihat penampilannya. Hari ini dia ganteng banget. Pakai kaos berwarna merah muda yang dipadukan celana pendek berwarna putih. 

Tapi, kenapa bisa kompak begini? padahal nggak janjian.

Perjalanan sampai di rumah Mbak Kanaya, memakan waktu dua jam lebih. Selama itu juga Mas Kenzi sibuk dengan laptop dan ponselnya.

Sesekali dia meminta untuk dibukakan kaleng minum atau makanan ringan yang disiapkan Bude. Persis anak kecil.

Kata Mas Kenzi, Mbak Kanaya memilih persalinan dengan metode gentle birth dirumahnya. Aku nggak ngerti artinya apa. Tapi saat dia bilang lahirannya dirumah, aku pura-pura ngerti. 

Kata Ibu, kan, dulu juga aku lahirnya dirumah.  Ah ... tiba-tiba saja aku jadi kangen sama Ibu.

Sampai di sana, keluarga mereka sudah ramai berkumpul. Di dalam kamar sebuah rumah mewah dengan design minimalis. Kami masuk dan langsung ke lantai atas. Kata Mas Kenzi, suaminya Mbak Kanaya ini seorang arsitek. Tak heran kalau rumahnya terkonsep dengan detail yang sempurna.

"Disty, sini saya kenalkan dengan anak-anak saya!" sambut Bu Arini begitu kami tiba.

Sedangkan Mas Kenzi, dia langsung menyapa bayi yang ada dalam dekapan sang kakak. Aku memerhatikan dia yang terlihat manja di tengah ketiga kakaknya.

"Disty, ini anak saya yang pertama namanya Nala, lalu Fira dan ini Kanaya. Kalau Sakhi, Erina, Keyra dan Ayumi, mereka semua tinggal diluar negeri."

Aku hanya mengangguk saat mendengar penjelasan Bu Arini. Soal nama-nama anaknya, entahlah apa aku masih ingat atau tidak nantinya. Kata Mas Kenzi kan, aku pelupa akut.

"Wah, couple baru, nih! Janjian pakain baju kembaran?" canda Mbak Kanaya sambil menyerahkan bayinya pada Bu Arini. Aku jadi salah tingkah mendengarnya.

"Coba sini. Siapa, Disty ya?" Lanjut Mbak Nala tak kalah ramah.

"Ayo sini, jangan canggung." Mbak Fira menambahkan.

Aku hanya iya iya saja. Malu. Semua anak Bu Arini terlihat cerdas, elegan, namun tetap rendah hati. Sungguh keluarga yang sempurna. Aku salut dengan cara Bu Arini mendidik semua anaknya. Meski berlimpah harta, mereka sama sekali tidak menjaga jarak denganku ataupun ART yang lain.

"Adisty, daripada jadi susternya Kenzi, lebih baik kamu di sini bantu saya urus baby Soula. Mau kan?"

"Mbak bisa ambil dari yayasan kalau untuk mengurus baby Soula. Adisty sudah terikat kontrak sampai saya menikah. Sampai saya ada yang mengurus," timpal Mas Kenzi.

"Kontrak apa? Mami lho yang pilih Disty dan Mami juga yang menentukan sampai kapan dia bekerja untuk kamu," tepis Bu Arini.

"Anak manja mau nikah. Aduh, Ken!" tambah Mbak Fira sambil tertawa.

"Kenzi akan menikah, kalau Mami memberikan restu untuk Kenzi dan Alsha."

Hening. Suasana yang tadi ramai tiba-tiba hening ketika Mas Kenzi menyebut nama pacarnya itu. Aku semakin penasaran dan menunggu kalimat apa saja yang keluar dari salah satu diantara mereka. Setidaknya, aku bisa tahu, kenapa mereka tidak menyukai Mbak Alsha.

Sayangnya, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka. Alih-alih mencairkan suasana, mereka malah saling berebut menggendong baby Soula.

Aku jadi merasa tidak enak berada di situasi seperti ini.

"Dis, bantu aku siapkan buah untuk Naya yuk!" ajak Mbak Fira.

Apakah Mbak Fira sengaja mengajakku keluar dari kamar ini? Tak ada pilihan lain, aku ikut mengekornya ke dapur.

"Kamu pasti bingung ya, tentang hubungan Kenzi dan Alsha?"

Aku mengangguk dan semakin penasaran.

"Saya nggak bisa kasih tahu apapun sama kamu, Dis. Tapi tolong ya, buat Kenzi melupakan Alsha."

Melupakan Mbak Alsha? Bagaimana bisa?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BABY SITTER MAS GANTENG   SIKAP ADI

    Setelah menyalami mereka, aku dan Mas Kenzi langsung kembali ke rumah. Berganti pakaian, lalu mengajak Ibu, Deni dan Dinda jalan-jalan ke Mall.Raut bahagia terpancar dari ketiganya. Apalagi, Mas Kenzi terus menuruti kemauan mereka. Membeli mainan dan perlengkapan sekolah. Juga ponsel baru untuk ketiganya.Rasa bahagia dan sangat bersyukur. Bukan karena materi yang didapatkan, tapi perhatian Mas Kenzi dan Bu Arini.Setelah kepergian Bapak, kami harus terpuruk dan hidup prihatin karena ternyata meninggalkan hutang yang begitu besar. Di tengah keadaan yang menyedihkan, Jaka malah meninggalkan aku untuk menikah dengan wanita lain. Dan kini, melihat Mas Kenzi berada di sini dengan segala kelebihan yang dimilikinya, aku sangat bersyukur."Kapan-kapan, aku sama Dinda boleh ikut ke Jakarta ya, Kak?" celoteh Deni membuyarkan lamunanku."Tentu. Liburan sekolah nanti, jangan lupa ingatkan Mas, untuk jemput kalian, oke?"Dinda dan Deni mengangguk kegirangan.Puas berjalan-jalan, kami kembali seb

  • BABY SITTER MAS GANTENG   AJAK KONDANGAN

    "Kalau begitu kenapa nggak pasang AC aja sekalian di rumah kamu?" tanyanya santai sambil berjalan menuju mobil. Segera kutarik tangannya karena dia salah paham."Eh, bukan begitu maksud saya!"Mas Kenzi berhenti sejenak, dia menatapku, lalu berujar."Nggak usah dipikirin. Pokoknya kita kembali ke Semarang sekarang!"Kalau sudah begini, bagaimana cara aku bisa mencegahnya lagi? Dia terus bersikeras memenuhi keinginannya sendiri.Begitu tiba di Semarang, mataku terbelalak melihat perubahan yang begitu kentara pada rumahku. Cat berwarna kuning gading cerah dan sedang dalam proses memasang pagar. Masuk ke dalam rumah, aku semakin terkejut saat mendapati barang-barang di seluruh ruangan sudah berganti dengan furniture baru, bahkan sudah terpasang AC di setiap kamar. "Ini semua untuk apa?" tanyaku pada Mas Kenzi yang langsung diserbu oleh kedua adikku."Saya nggak tahu, mungkin ini kiriman dari Mami?"Kalau melihat wajah Mas Kenzi, sepertinya dia memang tidak tahu apa-apa. Tapi Bu Arini?

  • BABY SITTER MAS GANTENG   TERIMA LAMARAN

    Berjalan sebentar di sepanjang Malioboro, Mas Kenzi lalu mengajakku makan angkringan di dekat stasiun Tugu. Menurutnya, nasi kucing di sini terkenal enak.Benar saja, begitu kami tiba di sana, tempat makan lesehan itu sudah ramai pengunjung. Membuatku harus duduk berdekatan dengan Mas Kenzi.Sambil menikmati makanan, sesekali aku melirik lelaki tampan di sampingku ini.Benarkah dia dijodohkan sama aku?Kenapa aku masih ragu dan merasa kalau ini seperti mimpi yang tidak akan pernah berubah nyata?Apa Mas Kenzi terpaksa menerima perjodohan ini, atau memang benar-benar menyukaiku?Entahlah ... semakin banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku, semakin pusing juga memikirkannya. Sebagai orang kampung, aku masih nggak yakin bisa mendapatkan keluarga kaya seperti mereka."Makan, jangan lihatin saya terus!" seru Mas Kenzi yang menyadari aktivitasku. Orang-orang yang ada di hadapan kami pun langsung melirik ke arahku. Mereka pasti bisa melihat, kalau wajahku memerah menahan malu.Setelah me

  • BABY SITTER MAS GANTENG   AJAKAN NIKAH

    "Saya baru tahu, saat berada di rumah Mbak Kanaya, secara tidak sengaja, saya dengar obrolan mereka tentang pendapatnya mengenai kamu ketika saya sedang ke toilet," jelas Mas Kenzi tenang. Tidak seperti aku yang gemetar, setiap kali mendengar kalimat yang meluncur dari bibirnya."Tapi Mbak Alsha?"Raut wajah Mas Kenzi tiba-tiba saja berubah. Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu."Saya sudah putuskan mengakhiri hubungan sama dia kemarin. Setelah saya sadar, kalau ucapan Mami benar, saya memang hanya membutuhkan kamu untuk terus berada di samping saya. Bukan Alsha, atau siapapun."Jadi Mas Kenzi sudah mengakhiri hubungan dengan Mbak Alsha? Aku paham sekarang, kenapa tatapan Mbak Tania kemarin bisa menyeramkan seperti itu."Apa Bude dan Ibu tahu tentang perjodohan ini?" Aku masih terus saja penasaran."Kamu ini terlalu naif, Disty. Jelas mereka tahu. Papi itu mengenal Bapak kamu karena Bi Ning. Bahkan mereka berdua sempat menjalankan bisnis bersama dan Papi berinvestasi di sana."Ak

  • BABY SITTER MAS GANTENG   PERNYATAAN MENGEJUTKAN

    Jogja pagi ini terasa menyejukkan dengan kabut tipis yang menyelimuti, saat aku memandangnya dari jendela kamar hotel. Suasana sepanjang Malioboro terlihat dari atas hotel bintang lima ini.Aku baru saja selesai mandi dan menunggu perintah Mas Kenzi untuk turun ke bawah. Namun, pesan masuk darinya, malah membuatku berpikir ulang.[Kamu tunggu di hotel saja, saya hanya sampai jam 3 sore. Sarapan dan makan siang di kamar saja, oke? Kamu sudah ngerti 'kan cara pesannya? Jangan kemana-mana, saya nggak mau kamu nyasar!] Begitu tulisnya dalam pesan.Aku menatap layar ponsel sambil terus berpikir. Kalau Mas Kenzi pergi sendiri, kenapa harus mengajak aku ke sini? Kenapa dia tidak menjemputku sekembalinya dari Jogja saja? Berbagai pertanyaan terus berputar-putar di kepalaku. Seolah menunjukkan bahwa ada sesuatu yang janggal di sini. Tapi, buru-buru kutepis semua perasaan itu. Namanya juga hanya bekerja. Aku bisa apa selain menerimanya?Malam harinya, Mas Kenzi memintaku ke luar dari kamar hot

  • BABY SITTER MAS GANTENG   KEDATANGAN MAS KENZI

    Aku terperanjat begitu melihat Mas Kenzi sudah berdiri di ambang pintu. Di sampingnya, ada Pak Darmo yang ikut menemani."Silahkan masuk. Begini adanya rumah saya Mas Kenzi, Pak Darmo ...," kataku sambil menunduk. Malu rasanya menyambut kedatangan mereka, saat aku masih mengenakkan celana selutut dan kaos butut favoritku jika berada di rumah.Benar saja, Mas Kenzi menatapku penuh kasihan. Apa dengan penampilan begini aku terlihat menyedihkan? Padahal ... ini adalah kostum ternyaman yang tidak mungkin aku gunakan saat berada di rumah Bu Arini."Ibu buatkan minum dulu ya. Pasti capek jauh-jauh dari Jakarta," kata Ibu sambil berlalu.Tadinya aku ingin menahan Ibu. Saat aku mengingat, kalau di dalam mobil Mas Kenzi, sudah tersedia berbagai makanan dan minuman. Apa dia akan mau kalau disuguhi segelas teh manis yang biasa disajikan kalau kami kedatangan tamu?Begitu Ibu pergi, Pak Darmo ikutan keluar. Mau cari angin, katanya. Ada-ada saja dia, angin dicari, giliran masuk angin nanti susah-s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status