Share

11. PISAU YANG MERAYAP DI PUNGGUNG

Setelah bulak-balik memilih pakaian yang pantas dia kenakan malam ini untuk menyambut kedatangan Regi, akhirnya pilihan Sandra jatuh pada tank top hitam bermodel korean waffle backless, di mana Sandra memutuskan untuk melepas Bra yang dia kenakan, agar punggung mulusnya terlihat lebih jelas dari balik tali-tali tank topnya yang bersilangan.

Untuk bawahannya sendiri, Sandra tak memiliki pilihan lain selain koleksi hotpants nya yang memang itu-itu saja.

Semenjak Ibunya meninggal dan Sandra menganggur, sudah sangat lama dia tak pernah berbelanja apapun dalam hal fashion. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk biaya hidupnya sehari-hari saja susah, terlebih dia memang sempat hutang pada rentenir sewaktu Ibunya masih dirawat di rumah sakit karena persediaan uangnya sudah habis akibat dia yang terlalu boros. Alhasil, belum apa-apa, Sandra sudah kelimpungan tutup lobang, gali lobang.

Bahkan, kini dia harus terpaksa pindah ke kontrakan jelek ini karena kontrakan lamanya itu uang sewanya sangat mahal.

Setelah menyemprotkan parfume ke area leher dan telapak tangannya, Sandra juga menyemprot wewangian itu ke beberapa titik sudut rumahnya agar bau apeknya hilang.

Dalam sekejap, rumah Sandra pun rapi dan wangi.

Kini, Sandra hanya tinggal duduk manis saja menunggu pangerannya datang.

Setelah menonton TV selama kurang lebih setengah jam, akhirnya orang yang Sandra tunggu-tunggu pun datang juga.

Regi masuk setelah mengetuk pintu dan Sandra membukanya.

Tersenyum manis menyambut kedatangan Regi, Sandra mempersilahkan sang tamu duduk.

Regi memberikan dua bungkusan plastik besar yang isinya penuh dengan makanan instan dan cemilan. Lelaki itu memberikannya pada Sandra yang menerimanya dengan senang hati.

"Waw, banyak banget makanannya?" Pekik Sandra sambil mengecek isi kantong-kantong belanjaan itu. "Bapak mau kopi apa teh?" Tanya Sandra kemudian.

Aroma pekat yang terhirup oleh indra penciuman Regi begitu lelaki itu memasuki kediaman Sandra membuat lelaki itu terbuai sejenak, karena aromanya yang memang sangat lembut. Terlebih dengan penampilan Sandra yang memang tak berubah, bahkan malam ini, tank top yang Sandra kenakan lebih terbuka dari tank top yang sebelumnya dia kenakan di waktu Regi datang ke kontrakan ini untuk pertama kalinya.

"Kopi aja," jawab Regi yang tiba-tiba disergap perasaan gugup. Entahlah, Regi sendiri bingung dengan apa yang dia rasakan. Rasanya seperti dia masih ABG saja.

Sandra pun berlalu dari hadapan Regi, pergi menuju dapur untuk membuatkan kopi.

Tali-tali yang bersilangan di bagian punggung Sandra sedikit menarik perhatian Regi terlebih saat Regi mendapati bahwa Sandra tak mengenakan Bra lagi di balik tank top tersebut.

Regi jadi tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya pelan, berharap pikiran kotor yang sudah sejak lama hinggap di kepalanya itu pergi.

Sialnya, bukannya menghilang, pikiran-pikiran itu justru semakin menyiksa Regi tatkala di dengarnya Sandra berteriak dari dapur yang membuat Regi reflek bangkit untuk melihat apa yang terjadi pada Sandra di sana.

Tangan Sandra yang langsung memeluk lengan Regi, membuat tubuh lelaki itu semakin menegang, dilanda hawa panas dan dingin secara bersamaan.

"Ada kecoa Pak!" Jerit Sandra yang memang hanya berpura-pura saja. Menunjuk ke arah kamar mandi, sambil sesekali bergidik geli.

Regi melongokkan kepala ke dalam kamar mandi tapi tak menemukan kecoa di sana. Dia melepas tangan Sandra dari lengannya. "Nggak ada apa-apa, kok. Kecoa doang aja takut," ucapnya yang hendak berlalu.

Saat itu, tangan Sandra memang melepas lengan Regi, namun hanya turun dan malah menggenggam jemari Regi hingga Regi menahan langkahnya di pintu dapur dengan tangannya yang kini bertaut dengan tangan Sandra.

Tatapan Sandra yang begitu dalam seolah membuat Regi hilang kewarasan, hingga tanpa dikomando, Regi menarik tubuh Sandra dan menghimpitnya di dinding dapur.

"Apa yang sebenarnya kamu pilkirkan tentang aku selama ini, Sandra?" Tanya Regi dengan deru napasnya yang mulai memburu. Wajahnya yang hampir menempel dengan Sandra membuat hangat terpaan napas mereka saling beradu.

"A-aku nggak berpikir apa-apa, Pak. Yang aku tahu, sejak pertama aku melihat kamu di ruangan kerjamu, aku sudah jatuh cinta sama kamu, Pak Regi," ungkap Sandra pada akhirnya.

Regi membasahi bibirnya yang mendadak kering. Masih menatap sepasang netra Sandra yang indah. "Kamu taukan kalau aku sudah memiliki istri? Tapi, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?" Tekan Regi dengan gigi gerahamnya yang saling menyatu. Masih sekuat tenaga menahan gejolak panas yang membuncah di dadanya. Masih berusaha mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menuruti hawa nafsu yang menyesatkan ini.

Regi masih berusaha waras untuk tidak benar-benar mengkhianati Tazkia, istri yang begitu dia cintai.

Hanya saja, pesona Sandra memang tak mampu terelakkan lagi.

Dalam dua bulan, dunia Regi seolah penuh dengan Sandra, Sandra dan Sandra.

Seperti ada yang kurang ketika satu hari saja mereka tak berkirim pesan.

Seperti ada yang kurang ketika satu hari saja mereka tak bertanya kabar melalui telepon, bahkan usai mereka bertemu seharian di kantor.

Entah perasaan gila macam apa yang kini bersarang di hati Regi, yang pasti hal ini benar-benar membuatnya tersiksa.

Tersiksa secara batin karena sejauh dia bersenggama dengan Tazkia, semenjak dirinya dekat dengan Sandra, Regi tak pernah lagi merasakan kepuasaan yang sesungguhnya.

Kepuasaan seperti saat dirinya memperlakukan Tazkia di dalam ruangan pribadinya.

Bahkan, sudah tiga bulan berlalu sejak mereka melakukannya di dalam ruangan itu terakhir kali, lalu Tazkia keguguran dan masuk rumah sakit, Regi tak pernah berani mengajak Tazkia memasuki ruangan itu lagi karena dia terlalu takut tidak bisa mengendalikan diri.

Itulah sebabnya, Regi tersiksa karena tak bisa mendapatkan kepuasaan sejati yang dia inginkan.

Lantas, apakah dengan dia melakukannya bersama Sandra, Regi bisa terbebas dari siksaan itu?

Entahlah, Regi sendiri tidak tahu.

Sejauh ini, hanya ada Tazkia dalam hidup Regi, dalam hati Regi, tapi kini, kehadiran Sandra seolah mengikis perlahan peran penting Tazkia dalam hidupnya.

Membuat Regi bingung menentukan sikap.

Bingung harus melakukan apa?

"Kalau aku bisa memilih pada siapa aku harus jatuh cinta, mungkin aku nggak akan menjatuhkan hatiku pada Pak Regi, tapi semua sudah terjadi Pak, aku capek harus terus menyembunyikan perasaan ini,"

Hingga pada akhirnya, ucapan Sandra sukses menghancurkan kewarasan Regi. Lelaki itu benar-benar tak kuat lagi menahan apa yang sudah dia tahan sejak lama.

Terhadap Sandra.

Lelaki itu menarik tengkuk Sandra, hingga bibir mereka bertaut satu sama lain. Regi mulai memagut bibir seksi Sandra, bergantian atas dan bawah dengan tempo yang agak cepat, membuat Sandra kewalahan untuk mengimbangi. Bahkan setelah beberapa menit berlalu dan Regi terus saja menyerang bibirnya, Sandra pun terpaksa menyudahi hal itu dengan mendorong dada Regi sedikit. Memberi ruang untuk dirinya bernapas.

Menatap penuh arti ke dalam mata Regi yang berselimut kabut gairah, Sandra tersenyum menggoda. Membalik tubuhnya, dan mengisyaratkan Regi untuk menarik tali temali tank top di punggungnya.

Saat itu, Regi tak melakukan apa yang Sandra perintahkan, dan Sandra justru dibuat terkejut ketika tiba-tiba tangan Regi mengambil sebilah pisau dapur yang memang sejak tadi menarik perhatian lelaki itu.

"Regi..."

Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibirnya kembali, dengan menjalin ciuman.

Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status