Share

3. ASISTEN RUMAH TANGGA BARU

"Sus, pasien atas nama Nyonya Tazkia ini pasien lamanya Dokter Ilhamkan?" Tanya dokter Fadli yang hari ini mendapat tugas dari rumah sakit untuk menggantikan pekerjaan Dokter Ilham yang mendadak cuti karena ada salah satu anggota keluarga dekatnya yang meninggal.

"Iya benar, Dok, cumakan Dokter Ilham hari ini berhalangan hadir, makanya sebagian wewenang atas Pasien Dokter Ilham dialihkan pada Dokter Fadli dan Dokter Arinka. Hanya untuk tiga hari ke depan, Dok, sampai Dokter Ilham bisa kembali masuk," jelas Suster bernama Fani itu.

Dokter bernama Fadli itu hanya mengangguk tanda paham, lalu kembali meneliti berkas medis milik beberapa pasien Dokter Ilham yang baru saja diberikan Suster Fani. Di mana salah satunya adalah milik Tazkia.

"Nyonya Tazkia jatuh dari kamar mandi?" Tanya Dokter Fadli lagi.

Suster Fani mengangguk cepat.

Kening sang Dokter tampak berkerut saat dia melihat lebih jauh riwayat medis milik pasien bernama Nyonya Tazkia tersebut.

"Oke baiklah, ikut saya ke ruangan rawat Nyonya Tazkia, saya akan memeriksanya lebih dulu,"

Sang Dokter pun beranjak dari ruangannya menuju ruangan di mana Tazkia kini dirawat.

Setibanya di sana, kedatangan Fadli disambut oleh tatapan kaget Regi yang sekonyong-konyong bertanya ada kepentingan apa Fadli memasuki ruang rawat istrinya, hingga setelahnya Suster Fani pun menjelaskan.

"Kalau memang Dokter Ilham berhalangan hadir, kenapa dia tidak memberi kabar terlebih dahulu pada saya?" Ungkap Regi yang kelihatan kesal.

"Maaf Pak, Dokter Ilham sedang berduka, mungkin beliau tidak ada waktu untuk memberitahukan pasiennya secara pribadi hari ini. Harap dimaklumi. Lagi pula, saya dan Dokter Ilham sama saja, kami sama-sama menangani pasien dengan penyakit umum. Berhubung pekerjaan saya masih banyak, saya akan memulainya dari Nyonya Tazkia. Bisa saya memeriksanya sebentar?" Jelas Fadli panjang lebar. Tak bedanya dengan Regi, Dokter Fadli pun terlihat sedikit kesal atas sikap Regi yang dianggapnya sedikit arogan.

"Saya hanya akan memperbolehkan istri saya diperiksa oleh Dokter Ilham."

Dan ucapan Regi setelahnya, cukup membuat sang dokter paham, bahwa kecurigaan atas adanya hal yang tidak beres sepertinya benar adanya.

"Tapi Pak, Dokter Ilham baru masuk tiga hari lagi, sementara keadaan Bu Tazkia masih harus tetap dikontrol," balas Fani takut-takut.

"Kalau begitu, saya akan bawa istri saya pulang hari ini juga," jelas Regi lagi yang sukses memancing keterkejutan Fadli dan Fani.

"Tapi keadaan Bu Tazkia masih belum stabil, Pak. Dia masih membutuhkan perawatan medis secara intensif di rumah sakit," Fani kembali menjawab, hingga setelahnya, Dokter Fadli pun mengambil tindakan untuk menyudahi percekcokan ini.

"Baiklah, kalau memang Pak Regi mau membawa istri anda pulang, itu hak Bapak, tapi prosedur rumah sakit pun tetap harus dilakukan dengan memeriksa keadaan pasien lebih jauh sebelum keluarga membawanya pulang. Jadi, permisi Pak Regi, saya akan memeriksa keadaan Nyonya Tazkia sebentar,"

Tak punya pilihan, akhirnya Regi pun terpaksa menyingkir dan mempersilahkan Fadli memeriksa keadaan istrinya.

Regi yang terlihat kesal tampak keluar dari ruangan tersebut dan langsung menghubungi Dokter Ilham secara pribadi, meski panggilannya tersebut tak kunjung dijawab oleh Dokter kepercayaannya itu.

"Brengsek!" Maki Regi kesal. Mencengkram kuat ponselnya seraya melangkah kembali ke dalam ruangan rawat Tazkia.

Kebetulan, Fadli sudah selesai memeriksa Tazkia dan hendak keluar dari ruangan ketika dirinya berpapasan dengan Regi di ambang pintu ruang rawat.

"Maaf Dok, sepertinya kita harus bicara sebentar," ucap Regi dengan nada sinis. Tatapan lelaki itu lurus menusuk manik mata Fadli.

Fadli tersenyum lalu mengangguk.

Kedua lelaki itu pun berjalan menuju ruangan Fadli sementara Fani diperintah Fadli untuk berjaga di depan ruangannya.

Dengan terang-terangan Regi mengeluarkan sebuah cek yang sudah dia tulis dengan sejumlah nominal angka yang cukup besar dari dalam dompetnya, lalu memberikannya pada Dokter Fadli.

"Apapun hasil pemeriksaan terhadap istri saya yang sudah anda ketahui, tolong dirahasiakan! Mengerti, Dok?"

*****

Hari itu, selepas pemeriksaan yang dilakukan Dokter Fadli di pagi hari, siang harinya Tazkia sudah diperbolehkan untuk pulang meski kondisinya memang belum stabil.

Hanya saja, jika Regi sudah berkehendak, tak ada yang bisa melawan apa yang telah diperintahkan sang suami.

Uang dan kekuasaan yang dimiliki Regi sudah cukup membuktikan bahwa keadilan di negeri ini memang tak ada harganya.

Semua mampu dimanipulasi dan ditutupi hanya dengan uang.

Dan itulah yang Tazkia yakini telah dilakukan oleh Regi hingga akhirnya Dokter Fadli memberi izin padanya untuk membawa Tazkia pulang hari ini.

Di sepanjang perjalanan pulang, Tazkia hanya diam seribu bahasa. Kesehatannya yang belum pulih, membuatnya tak memiliki cukup tenaga meski hanya sekedar untuk berbicara.

Setibanya di rumah, kedatangan Tazkia disambut oleh dua orang wanita muda yang jelas asing di mata Tazkia.

"Loh, kalian siapa?" Tanya Tazkia saat tubuhnya baru saja dipapah ke atas kursi roda.

"Saya Isah dan saya Lilis, Bu. Kami ART baru di sini," jawab kedua gadis yang masih bisa dikatakan belia tersebut.

"Memangnya Bi Inah kemana?" Tanya Tazkia lagi dengan suaranya yang terdengar pelan.

Regi yang saat itu kebetulan masih di sana pun menjawab dengan suaranya yang terdengar tegas, "Inah sudah kupecat!"

Kedua bahu Tazkia mencelos. Benar-benar tak menyangka, sebab Bi Inah sudah bekerja dengan mereka bahkan sebelum Tazkia menjadi istri Regi.

"Tapi kenapa Mas? Apa salah Bi Inah?" Tanya Tazkia tak habis pikir.

Kursi roda sudah di dorong melewati ruang tamu luas di rumah mewah itu oleh Isah, langkah kaki Regi yang sudah menaiki tangga pun terhenti dan berbalik.

"Beritahu apa kesalahan Inah pada Nyonyamu ini, Isah, Lilis," ucap Regi yang langsung berlalu menuju kamarnya di lantai dua.

Lilis tampak menunduk takut saat tatapan Tazkia kini tertuju padanya.

"Setahu saya, Bi Inah sudah salah menyebutkan kalau Ibu kemarin jatuh dari tangga pada kedua orang tua Ibu. Harusnyakan, Bi Inah bilang, kalau Ibu jatuh dari Kamar mandi. Makanya, Pak Regi marah besar pada Bi Inah,"

Dan penjelasan Lilis tersebut, akhirnya membuat Tazkia paham.

Hingga wanita berusia 27 Tahun itu pun kembali bungkam.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
apa si tazkia ini udah kehilangan fungsi otaknya. tolol banget, kayak dunia cuma selebar daun kelor aja. daripada tiap hamil selalu keguguran lebih baik dimatiin aja wanita g berguna ini. umur 27 th tapi kayak umur 9 th dlm mengatasi masalah.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status