BAHAGIA SETELAH BERPISAH 6
**
PoV YuniAku teringat tadi pagi saat aku meninggalkan Mas Hamdan ketika dia hendak sarapan. Rasanya aku begitu puas. Puas melihat wajah kecewanya. Biasanya dia yang selalu mengecewakanku. Ini ku anggap belum apa-apa karena masih banyak sekali kejutan-kejutan manis untuknya dan keluarganya.
Aku membuka gawaiku dan duduk manis di ruang kerjaku. Aku merasa bahagia bisa menjadi bos. Ternyata menjadi bos itu menyenangkan. Aku tak pernah berpikir buat membuka usaha karena uang itu kubiarkan mengendap di bank. Hanya sebagian kuberikan buat usaha Bapakku dan Wira di kampung.
Aku tidak bekerja lagi di Hongkong karena Ibuku sudah tiada sehingga aku harus ambil alih buat mengurus anak ku, Fatih. Lagi pula majikan ku sudah meninggal dan me
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 7**Netraku membola membaca pesan dari Mas Hamdan. Apa maksudnya? Sudah berani dia mengirim pesan pribadi lewat inboks.[Terima kasih, boleh aja] balas ku sambil mencibirnya.[Kamu keren sekali. Nama kamu siapa, sih?] balasnya lagi.[Nama aku seperti yang tertera di profil][Nama kamu unik juga ya. Kamu orang luar ya?][Asli negara ini dong. Cuma keluargaku pernah tinggal di luar negeri][Oh, pantas kamu kayak unik gimana, gitu. Emangnya kamu dulu pernah tinggal dimana?][Di dekat-dekat China lah] jawabku asal. Dasar kepo.&
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 8.*Suara adzan berkumandang. Aku terbangun dan mendapati Mas Hamdan sedang tidur sambil memelukku. Ih, entah mengapa melihatnya aku langsung merasa kesal. Segera ku lepas kasar tangannya. Dia menggeliat dan beralih membelakangi ku. Netraku teralih ke Sesil. Aku menciumi gadis kecil yang masih enam bulan itu.Aku keluar sambil merenggangkan otot-otot tubuhku karena habis bangun tidur. Ku dapati anakku sudah rapi dengan peci dan baju Koko."Bun, hari ini jadikan temani aku ke masjid. Fatih sudah minta izin mau ambil video Pak Ustadz yang lagi ceramah di sesi tanya jawab." Fatih berdiri berharap aku mau menemani dia membuat konten. Sungguh anak ini semangat sekali setelah ada gawai dan laptop baru."Di masjid sini, kan?" tanyaku sa
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 9.**"Kamu mau beli apa dengan uang sepuluh juta?" tanya Mas Hamdan saat aku sedang di kamar dan menggendong anakku sekaligus mengambil tas."Apa sih kamu, uang itu buat Fatih," kataku mencebik padanya."Yun, aku sebenarnya butuh uang buat modal usaha. Kapan-kapan aku bisa pinjam ya. Nanti kalau usahaku berjalan lancar dan uang nya kembali banyak ke kamu," dia mendekati dan duduk di kasur. Aku menatapnya tajam, Mas Hamdan benar-benar keterlaluan. Bila aku ada uang maka dia akan sibuk untuk menguasai."Gak bisa. Fatih mau khitan dan aku mau buat acara untuknya sekaligus buat biaya sekolahnya!" kudengar Mas Hamdan menarik napas panjang."Ka
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 10.**Aku tertegun melihat undangan yang di berikan Pak Irsyad. Dia adalah Bos Mas Hamdan. Aku sama sekali tak tahu. Aku tak pernah diajak berinteraksi dengan rekan-rekan kerjanya. Sudah dua tahun menikah namun baru sekali dua kali aku diajak ke resepsi pernikahan temannya itupun saat pengantin baru. Pergi ke acara kantor sama sekali tak pernah."Insya Allah saya datang, Pak," kataku ke Pak Irsyad."Saya tunggu Yuni," kata Pak Irsyad mengulas senyum."Maaf, Pak. Boleh saya tanya, hmm … Apakah Hamdan Irawan karyawan Bapak?" tanyaku dengan ragu. Dahi Pak Irsyad mengernyit."Sepertinya saya pernah dengar nama itu. Oh, Hamdan Irawan ya
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 11**PoV Yuni"Kamu pikir aku gak tahu apa yang kamu lakukan di belakangku, Mas!""Kamu bicara apa sih, Yun.""Gak perlu bohong lagi, Mas Hamdan. Aku tahu kamu pernah punya affair dengan sesama karyawan di bagian pemasaran dan sekarang pindah ke bagian gudang!""Kamu tahu dari mana?""Benar kan gosip itu. Kamu pernah tidak setia di belakangku?""Itu hanya gosip, Yun. Semuanya cuma kabar burung dan gak perlu dipercaya belum tentu benar adanya.""Gak
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 12.**PoV Yuni"Emang kenyataannya kamu jelek, kusam dan bau bawang." ucapan itu lagi beberapa kali menggores hatiku. Walau dianggap bercanda. Dia tak tahu kalau hati wanita itu lebih luas dari dalamnya lautan. Perkataan yang menyakitkan dan menambah luka bisa diingat wanita sampai kapanpun."Apakah aku dan Sesil pernah berarti dalam hidupmu?" tanyaku tanpa melihatnya karena perkataannya selalu menggoreskan luka itu."Ya biasa aja, sih. Kamu bicara apa sih, Yuni!" sentaknya kesal padaku. Seakan dia di tuntut masalah uang."Kalau begitu lebih baik kita berpisah saja, Mas." Kali ini ku alihkan pandangan ke dia. Mas Hamdan terlihat kaget.
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 13.**PoV YuniSeorang pria mengulas senyum membuka pintu ruangan ku."Apa kabar, Mbak?" tanya nya."Wira!" seruku terkaget. Aku mendadak berdiri menyambut adik lelakiku. Dia menghampiri dan mencium tanganku sebagai tanda hormat."Kapan kamu datang. Kok gak bilang-bilang. Mbak bakal nyusul.""Nyusul bagaimana aku bawa mobil dari kampung dan mau di tukar di kota," katanya dengan logat daerah."Sudah sukses kamu sekarang, Wira. Mau ganti mobil segala. Eh, Bapak bagaimana?" tanyaku sambil membimbingnya untuk duduk.
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 14.**PoV YuniBagaimana rasanya jika suami memberikan perhatian ke wanita lain. Memberikan hadiah dan kejutan. Apakah selama ini ada rasa yang tersimpan di hatinya buat wanita itu. Mbak Lia, sejak kapan mereka dekat? Apakah setelah peristiwa mobilnya mogok mereka baru saja dekat? Atau sudah lama? Aku sama sekali tak pernah tahu. Yang aku tahu, Mas Hamdan tidak akan mungkin mau berbagi hati karena berbagi pendapatan dengan ku saja dia mikir 1000 kali.Ternyata dugaan ku salah. Dia suka tebar pesona dengan banyak wanita. Entah sudah dapat keuntungan lebih atau belum, yang jelas sikapnya sungguh membuat miris."Kanapa kotak nya gak ada isinya, Mas?" tanya Mbak Lia memasang wajah