Dalam peristiwa yang terjadi, merupakan proses pembelajaran untuk menjadikan seseorang lebih tangguh dari sebelumnya. Kiara pun begitu, rumah tangganya dengan Dirga membentuk dia menjadi Kiara yang tidak manja. Kiara yang lebih kuat dari sebelumnya.Minggu yang cerah Dirga bersama anak dan istrinya menghabiskan akhir pekan dengan berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Sekarang Dirga sudah bisa membelikan mainan untuk Amel, juga baju yang bagus untuk Kiara. Berbeda dengan waktu dia terpuruk dulu, jangankan untuk baju dan mainan, untuk makan saja, Kiara harus rela menjadi buruh cuci.Terkadang Kiara sedih jika mengingat kejadian itu, tapi dia juga bersyukur karena telah mampu melewatinya dan masih menggenggam setia bersama Dirga."Alykas," panggil seseorang, saat keluarga kecil itu masuk dalam sebuah restoran, ingin makan siang.Dirga menoleh ke arah suara. Dia tahu siapa yang memanggil dengan nama itu, Vino. Tidak ada yang lain memanggilnya dengan Alykas, hanya Vino.Lelaki metro
Segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendakNya, bahkan daun yang gugur pun tak lepas dari izinnya. Berserah merupakan jalan agar hati lebih tenang.Kiara melangkah pelan menuju kamar Amelia, perempuan itu merebahkan tubuhnya di samping sang anak. Isi kepalanya kacau, dia masih terngiang pengakuan rasa yang diucapkan Alkena. Ya… Alkena, sang teman maya, telah menyatakan perasaannya, meski dia tahu Kiara adalah wanita bersuami.Sejak kemarahan Dirga waktu itu, sang suami melarang Kiara untuk siaran. Perempuan itu pun menyetujuinya. Dia tidak ingin Dirga sibuk dengan segala dugaannya, Kiara juga ingin melenyapkan debar yang kerap timbul ketika dia ngobrol dengan Alkena. ***Perempuan cantik nan seksi memasuki ruang kerja Dirga, kemeja krem ketat membentuk tubuhnya yang ramping. Dirga mengamatinya dari atas hingga ke bawah, kemudian kembali fokus pada laptopnya."Kita sudah tidak ada urusan pekerjaan, Vit. Jadi tolong jangan mendatangiku ke kantor. Aku tidak ingin menimbulkan fitnah
Malam semakin larut, Kiara masih bangun demi menjaga suaminya yang sakit. Amelia sudah tertidur pulas di samping ayahnya. Kiara menyandarkan kepalanya pada dinding, lalu tiba-tiba suara Dirga mengejutkannya. "Kia... ," panggil Dirga pelan."Iya, Mas. Apa yang sakit," tanya Kiara sambil mengusap kepala suaminya. "Maaf… ," ucap Dirga lirih. Kiara tersenyum lembut dan mengangguk. "Apa yang sakit?" Kiara mengulangi pertanyaannya. Dirga menyentuh dadanya. Dengan pelan Kiara meraba dada Dirga, tidak ada memar di sana. "Tapi tidak ada memar, Mas." tambah Kiara. "Hati…," Suara Dirga pelan. Kiara diam. "Maafkan aku selama ini belum bisa jadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan Amel," ucap Dirga. Mata Kiara berkaca-kaca mendengar ucapan suaminya."Aku janji akan berubah. Memperlakukanmu dengan baik dan tidak berjudi lagi," tambah Dirga. "Aku akan membahagiakan kamu dan Amel." Dirga berkata dengan suara yang serak. "Iya, Mas. Aku maafkan kamu. Sekarang kita mulai kehidupan yang lebi
Kiara yang mengantuk berjalan perlahan menuju pintu."Lama amat sih buka pintunya," ucap wanita paruh baya itu ketus. "Maaf, Ma," jawab Kiara sambil menunduk. Wanita itu masuk tanpa dipersilakan, diikuti gadis remaja dengan seragam sekolah. "Aku mau sarapan, Kak," ucap gadis remaja itu yang tak lain adalah Nadia, adik Dirga. Kiara mendengus pelan, Nadia sama sekali tidak memiliki sopan santun. Dengan santainya dia memerintah Kiara seperti menyuruh seorang pembantu. Belum lepas kekesalan Kiara dengan sikap adik iparnya yang bossy. Setiba di dapur Nadia berteriak histeris membuat Kiara dan mertuanya berlari menghampiri. "Ya ampun, ini dapurnya kok berantakan sih? Kulkasnya dimana lagi," Nadia mengomel panjang. "Kamu kemanakan kulkasnya, Kiara?" tanya sang mertua. "Kia jual, Ma," jawab Kiara. "Istri macam apa kamu, bisanya cuma ngejual aja. Sekarang kulkas besok apa lagi yang mau kamu jual. Belum puas kamu menghancurkan usaha anak saya, sekarang juga ingin menghabisi hartanya!" s
Kiara perempuan muda, cantik dan kreatif. Seorang penulis, content creator juga penyiar. Hidupnya berjalan penuh dengan keceriaan. Senyum manis dan mata yang teduh mampu memberi rasa tenang bagi siapa saja yang memandangnya. Mandiri, cantik, cerdas membuatnya menjadi idaman banyak pria. Akan tetapi hatinya telah terpaut pada seorang pemuda. Pemuda biasa, bukan penulis dengan sajak cinta, seperti teman-teman di komunitasnya. Bukan pula seorang bersuara menyenangkan seperti teman seprofesinya, penyiar. Pun bukan seorang dengan puluhan ide di kepalanya layaknya content creator. Tidak ada yang pernah menyangka tentang sebuah perjalanan hidup. Begitu pula dengan Kiara, kehidupannya berubah 180 derajat. Segala keceriaan di wajahnya berubah jadi sendu. Hilang sudah senyumnya, sirna pula cahaya keteduhan di matanya. Bahkan dia nyaris menyayat urat nadinya. Dia terpuruk dalam luka yang begitu dalam. Segala ekspektasinya tentang indahnya romansa cinta berubah menjadi nestapa. Menangis dalam pe
Kiara menemukan kebahagiaan yang baru. Di aplikasi tersebut dia juga bertemu dengan orang-orang penggiat literasi. Hobi menulis yang selama ini terendap akibat tekanan, hidup kembali bergejolak. Kiara bergabung dengan berbagai grup kepenulisan. Di sana Kiara pun mempunyai peran, sebagai orang yang pernah menjadi content creator tak jarang Kiara mendapat tawaran untuk membuat klip sebuah video puisi. Perempuan itu merasa kembali hidup. Kebahagiaan menjadi konselor, juga bebasnya dalam berkreasi membuatnya bahagia. Kehidupan yang nyaris sempurna; keluarga yang bahagia juga pekerjaan yang menyenangkan.Pagi yang cerah, Kiara tengah menyiapkan pakaian sang suami. Ponsel di meja berbunyi, Kiara mengabaikannya, sebab itu ponsel Dirga. Meski sudah berstatus sebagai istri Dirga, Kiara sangat jarang mengecek isi ponsel suaminya. Dia percaya sepenuhnya bahwa sang suami tidak akan berlaku yang aneh-aneh.Ponsel itu kembali berdering. "Mas handpone kamu bunyi terus. Boleh aku jawab gak?" tanya
Ponsel Kiara berdering, nama My Mom tertera pada layar ponsel. Wanita muda berkulit putih itu mencari tempat yang lebih sepi untuk menjawab panggilan telepon."Kamu di mana, sayang?" tanya wanita yang menurunkan sikap lembut pada Kiara."Kia lagi di sekolah Amel, Ma," jawabnya."Minggu depan sekolah libur, kan?" tanya Retno dari seberang telepon. Kiara mengangguk sambil bergumam."Kalau begitu kamu sama Amel bisa liburan ke sini dong," pinta seorang nenek yang merindukan cucunya. "Mama rindu sama kamu dan Amel." tambahnya.Airmata Kiara mulai menggenang. Sebetulnya dia juga rindu pada perempuan yang telah melahirkannya. Akan tetapi rasanya sulit untuk berlibur dengan tabungan yang belum seberapa. Dirga baru bekerja, belum lagi Amel sebentar lagi masuk SD, tentu butuh biaya yang tidak sedikit."Kalau kamu tidak punya budget, biar mama transfer," ucap sang ibu ketika tak mendapati jawaban dari anaknya."Ada kok, Ma. Mas Dirga sudah kerja," jelasnya singkat."Nanti Kia akan bicara sama
Cinta terkadang mampu membuat sesuatu yang tidak wajar menjadi biasa. Pemakluman dan harapan terus tersemat pada orang-orang yang bertahan atas nama cinta. Mungkin bagi sebagian orang berharap berlebihan itu terlihat bodoh, tapi tidak pagi pecinta. Cinta telah menduduki tahta tertinggi hingga mengalahkan logika.Latar belakang keluarga yang harmonis, bertutur kata sopan, membuat Kiara masih belum terbiasa dengan kalimat-kalimat kasar Dirga, meski usia pernikahan mereka sudah tujuh tahun. Kiara masih kerap merasakan nyeri di hati, bila Dirga mengeluarkan sumpah serapah padanya. Pemakluman, Kiara terus memaklumi segala sikap Dirga tanpa berhenti berdoa agar suaminya berubah, berkata sopan.Amel menatap ayahnya yang bersandar di sofa. Tangan kecil Amel mengusap paha sang ayah. Gadis ini pun tau bahwa ayahnya sedang tidak baik. Untuk itu dia pun mengurungkan niat untuk mengatakan inginnya.Dirga masih terpejam, ada suara dengkuran kecil terdengar. Kiara menghampiri putri kecilnya yang mas