BALADA JANJI SUCI KIARA

BALADA JANJI SUCI KIARA

By:  Dellya Ang  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
14Chapters
416views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Banyak perjalanan hidup yang tidak sesuai harapan. Kiara perempuan muda yang pintar dan mandiri, setelah menikah mengalami perubahan hidup yang berbanding terbalik dengan sebelumnya. Sanggupkah Kiara melewati berbagai tekanan atau justru dia menyerah.

View More
BALADA JANJI SUCI KIARA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
14 Chapters
BAB 3: Awal Yang Baru
Malam semakin larut, Kiara masih bangun demi menjaga suaminya yang sakit. Amelia sudah tertidur pulas di samping ayahnya. Kiara menyandarkan kepalanya pada dinding, lalu tiba-tiba suara Dirga mengejutkannya. "Kia... ," panggil Dirga pelan."Iya, Mas. Apa yang sakit," tanya Kiara sambil mengusap kepala suaminya. "Maaf… ," ucap Dirga lirih. Kiara tersenyum lembut dan mengangguk. "Apa yang sakit?" Kiara mengulangi pertanyaannya. Dirga menyentuh dadanya. Dengan pelan Kiara meraba dada Dirga, tidak ada memar di sana. "Tapi tidak ada memar, Mas." tambah Kiara. "Hati…," Suara Dirga pelan. Kiara diam. "Maafkan aku selama ini belum bisa jadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan Amel," ucap Dirga. Mata Kiara berkaca-kaca mendengar ucapan suaminya."Aku janji akan berubah. Memperlakukanmu dengan baik dan tidak berjudi lagi," tambah Dirga. "Aku akan membahagiakan kamu dan Amel." Dirga berkata dengan suara yang serak. "Iya, Mas. Aku maafkan kamu. Sekarang kita mulai kehidupan yang lebi
Read more
BAB 2: Tamu Di Pagi Hari
Kiara yang mengantuk berjalan perlahan menuju pintu."Lama amat sih buka pintunya," ucap wanita paruh baya itu ketus. "Maaf, Ma," jawab Kiara sambil menunduk. Wanita itu masuk tanpa dipersilakan, diikuti gadis remaja dengan seragam sekolah. "Aku mau sarapan, Kak," ucap gadis remaja itu yang tak lain adalah Nadia, adik Dirga. Kiara mendengus pelan, Nadia sama sekali tidak memiliki sopan santun. Dengan santainya dia memerintah Kiara seperti menyuruh seorang pembantu. Belum lepas kekesalan Kiara dengan sikap adik iparnya yang bossy. Setiba di dapur Nadia berteriak histeris membuat Kiara dan mertuanya berlari menghampiri. "Ya ampun, ini dapurnya kok berantakan sih? Kulkasnya dimana lagi," Nadia mengomel panjang. "Kamu kemanakan kulkasnya, Kiara?" tanya sang mertua. "Kia jual, Ma," jawab Kiara. "Istri macam apa kamu, bisanya cuma ngejual aja. Sekarang kulkas besok apa lagi yang mau kamu jual. Belum puas kamu menghancurkan usaha anak saya, sekarang juga ingin menghabisi hartanya!" s
Read more
BAB 1: Sebuah Permulaan
Kiara perempuan muda, cantik dan kreatif. Seorang penulis, content creator juga penyiar. Hidupnya berjalan penuh dengan keceriaan. Senyum manis dan mata yang teduh mampu memberi rasa tenang bagi siapa saja yang memandangnya. Mandiri, cantik, cerdas membuatnya menjadi idaman banyak pria. Akan tetapi hatinya telah terpaut pada seorang pemuda. Pemuda biasa, bukan penulis dengan sajak cinta, seperti teman-teman di komunitasnya. Bukan pula seorang bersuara menyenangkan seperti teman seprofesinya, penyiar. Pun bukan seorang dengan puluhan ide di kepalanya layaknya content creator. Tidak ada yang pernah menyangka tentang sebuah perjalanan hidup. Begitu pula dengan Kiara, kehidupannya berubah 180 derajat. Segala keceriaan di wajahnya berubah jadi sendu. Hilang sudah senyumnya, sirna pula cahaya keteduhan di matanya. Bahkan dia nyaris menyayat urat nadinya. Dia terpuruk dalam luka yang begitu dalam. Segala ekspektasinya tentang indahnya romansa cinta berubah menjadi nestapa. Menangis dalam pe
Read more
BAB 4: Masa Lalu Yang Datang
Kiara menemukan kebahagiaan yang baru. Di aplikasi tersebut dia juga bertemu dengan orang-orang penggiat literasi. Hobi menulis yang selama ini terendap akibat tekanan, hidup kembali bergejolak. Kiara bergabung dengan berbagai grup kepenulisan. Di sana Kiara pun mempunyai peran, sebagai orang yang pernah menjadi content creator tak jarang Kiara mendapat tawaran untuk membuat klip sebuah video puisi. Perempuan itu merasa kembali hidup. Kebahagiaan menjadi konselor, juga bebasnya dalam berkreasi membuatnya bahagia. Kehidupan yang nyaris sempurna; keluarga yang bahagia juga pekerjaan yang menyenangkan.Pagi yang cerah, Kiara tengah menyiapkan pakaian sang suami. Ponsel di meja berbunyi, Kiara mengabaikannya, sebab itu ponsel Dirga. Meski sudah berstatus sebagai istri Dirga, Kiara sangat jarang mengecek isi ponsel suaminya. Dia percaya sepenuhnya bahwa sang suami tidak akan berlaku yang aneh-aneh.Ponsel itu kembali berdering. "Mas handpone kamu bunyi terus. Boleh aku jawab gak?" tanya
Read more
BAB 5: Rencana Liburan Amel
Ponsel Kiara berdering, nama My Mom tertera pada layar ponsel. Wanita muda berkulit putih itu mencari tempat yang lebih sepi untuk menjawab panggilan telepon."Kamu di mana, sayang?" tanya wanita yang menurunkan sikap lembut pada Kiara."Kia lagi di sekolah Amel, Ma," jawabnya."Minggu depan sekolah libur, kan?" tanya Retno dari seberang telepon. Kiara mengangguk sambil bergumam."Kalau begitu kamu sama Amel bisa liburan ke sini dong," pinta seorang nenek yang merindukan cucunya. "Mama rindu sama kamu dan Amel." tambahnya.Airmata Kiara mulai menggenang. Sebetulnya dia juga rindu pada perempuan yang telah melahirkannya. Akan tetapi rasanya sulit untuk berlibur dengan tabungan yang belum seberapa. Dirga baru bekerja, belum lagi Amel sebentar lagi masuk SD, tentu butuh biaya yang tidak sedikit."Kalau kamu tidak punya budget, biar mama transfer," ucap sang ibu ketika tak mendapati jawaban dari anaknya."Ada kok, Ma. Mas Dirga sudah kerja," jelasnya singkat."Nanti Kia akan bicara sama
Read more
BAB 6: Pesan Singkat Dari Vino
Cinta terkadang mampu membuat sesuatu yang tidak wajar menjadi biasa. Pemakluman dan harapan terus tersemat pada orang-orang yang bertahan atas nama cinta. Mungkin bagi sebagian orang berharap berlebihan itu terlihat bodoh, tapi tidak pagi pecinta. Cinta telah menduduki tahta tertinggi hingga mengalahkan logika.Latar belakang keluarga yang harmonis, bertutur kata sopan, membuat Kiara masih belum terbiasa dengan kalimat-kalimat kasar Dirga, meski usia pernikahan mereka sudah tujuh tahun. Kiara masih kerap merasakan nyeri di hati, bila Dirga mengeluarkan sumpah serapah padanya. Pemakluman, Kiara terus memaklumi segala sikap Dirga tanpa berhenti berdoa agar suaminya berubah, berkata sopan.Amel menatap ayahnya yang bersandar di sofa. Tangan kecil Amel mengusap paha sang ayah. Gadis ini pun tau bahwa ayahnya sedang tidak baik. Untuk itu dia pun mengurungkan niat untuk mengatakan inginnya.Dirga masih terpejam, ada suara dengkuran kecil terdengar. Kiara menghampiri putri kecilnya yang mas
Read more
BAB 7: Liburan
Di meja makan, Amel telah duduk rapi mengenakan seragam sekolahnya. Gadis itu tersenyum senang melihat ayahnya. Dengan sangat semangat, dia menceritakan keinginannya untuk berlibur ke tempat kakek dan neneknya."Hmmm… Amel mau libur ke rumah kakek dan nenek?" tanya Dirga, yang dijawab anggukan oleh putrinya."Boleh kok," ucap Dirga lagi.Amel bersorak riang. Senyum terkembang dari bibirnya yang mungil. Bando berbentuk kelinci yang menghias kepalanya pun ikut bergoyang."Mas…" bisik Kiara."Uangnya?" tanya Kiara pelan, tak ingin terdengar oleh putrinya."Ada kok," jawab Dirga santai."Dari mana?" tanya Kiara bingung."Aku dapat bonus karena mampu menjual mobil lebih dari target. Vita jadi membeli beberapa unit mobil dari showroom," jelas Dirga.Kiara mengangguk, mengerti."Mas… Aku boleh nanya sesuatu?" tanya Kiara hati-hati, takut memancing amarah Dirga."Tanya aja," jawabnya santai."Hmmm… Vino siapa?"Dirga mengernyitkan kening, berfikir sejenak. "Vino adalah teman lamaku. Kenapa k
Read more
Bab 8: Sebuah Nama
Di antara bentangan sawah, Kiara tersenyum simpul membaca penggalan puisi dari Alkena. Perempuan itu pun seketika membalas chat tersebut dengan kalimat yang tak kalah puitis.[ Ada rindu yang tak utuh ketika bunga mekar di bawah langit jingga. Juga ada rindu yang sembunyi saat semilir angin bawa kesejukan. Aku masih menatapmu dari sudut sepi berharap temu meski dalam mimpi.]Amelia menghampiri sang ibu, bertanya tentang kenapa ada kaleng yang digantung. Kiara menjelaskannya dengan sabar, putri kecilnya memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Namun, Kiara selalu memenuhi rasa ingin tahu anaknya. ***Dirga masih berjibaku dengan pekerjaannya. Semenjak Vita membeli beberapa unit mobil darinya, Dirga dipercaya menjadi kepala cabang. Hal itu juga membuat pundi-pundi yang dihasilkannya semakin meningkat. "Sibuk, Bang?" sapa seorang wanita cantik.Dirga terkejut akan kehadirannya. "Kok bisa masuk?" Wanita itu hanya tersenyum. Dia duduk di hadapan Dirga. Bibirnya yang merona, membuat
Read more
BAB 9: Jaga Hati, ya.
Perjalanan hidup, selalu menjengangkan. Kerap kali kita dikejutkan oleh hal-hal tak terduga. Seperti sore ini, saat Kiara bertemu seseorang bernama Dimas yang mengaku sebagai teman kecilnya."Kamu tidak kenal aku, tapi aku tahu kamu," ujarnya.Lelaki yang tidak terlalu tinggi itu duduk di sisi Kiara. Kiara sedikit tidak nyaman, lalu menggeser posisinya."Kamu adalah Kiara anaknya Tante Retno, sepupu dari Bara. Benar, kan?" Dimas tersenyum.Kiara menatap lelaki itu sekilas, "Anda siapa?" tanyanya tetap sopan, meski sebetulnya risih."Aku Dimas, sahabatnya Bara, sepupumu," jelasnya singkat.Kiara mengangguk, Bara memang sepupunya. Dulu sewaktu Kiara kecil, ketika liburan di desa, Bara lah yang mengajaknya bermain. Hal itulah yang membuat Dimas mengenal Kiara. "Masih suka puisi?" tanyanyaKiara mengernyitkan kening, bagaima lelaki ini tahu hal yang disukainya. "Bagaimana kamu bisa tahu?" selidiknya."Aku follow sosial mediamu yang aku temukan dari follower Bara," jelasnya.Lagi-lagi Ki
Read more
BAB 10: Sebuah Foto
Suara gemerisik dedaunan menemani Kiara yang duduk di teras rumah. Dia baru saja menerima chat berupa kata-kata puitis dari Alkena.[Biarlah aku tetap melukis namamu dalam tubuh rindu. Hujan sore itu pun tidak pernah benar-benar menghanyutkan kenangan akanmu]Perempuan itu tersipu malu, seakan sajak itu khusus tercipta untuknya. Dengan segera Kiara membalasnya[Belum jelaga masa menghanguskan kisah. Rekam segala hari yang tidak pernah suram, bersamamu]Kiara masih bercengkrama dengan smartphone-nya, bahkan dia tidak mendengar ketika Retno memanggilnya."Ada apa, sih. Kok senyum-senyum sendiri?" tanya wanita paruh baya itu."Gak kenapa-kenapa, Ma. Baru ngobrol sama Mas Dirga," jelas Kiara. "Yakin, Nak?" "Mama kok tanya begitu?" Kiara penasaran. "Nak, kehidupan rumah tangga itu akan selalu menemui banyak goncangan. Kamu harus bijak dalam menyikapinya. Sekarang, kamu adalah seorang istri, mama harap kamu bisa membatasi pertemananmu dengan lawan jenis." Retno menasehati putrinya.Kiara
Read more
DMCA.com Protection Status