Share

Gedoran di pintu hati

Di tengah malam buta yang dingin, suara gonggongan anjing saling bersahut-sahutan di ujung pendengarannya. Santi terus membawa langkahnya semakin menjauh dari tempat yang selama ini bagai neraka untuknya. Sesekali kaki telanjangnya terantuk batu, sesekali tergelincir karena jalan yang ia lewati adalah jalan tanah yang licin terlebih setelah di guyur hujan seperti malam ini.

Tubuh letih nan rapuh itu mengigil kedinginan, keringat bercampur tetesan air hujan membasahi kain yang melekat di tubuhnya. Nafasnya terengah, seiring dengan langkah yang semakin cepat.

Setelah sekian bulan berada dalam penyekapan dan penyiksaan, Tuhan masih begitu baik memberinya kesempatan untuk menghirup udara kebebasan. Meski, ia tak tahu tanah mana yang ia pijak saat ini.

Malam semakin merangkak naik, semakin dingin dan mencekam jalan yang ia lalui. Hanya satu yang yang ada di pikirannya saat ini yaitu menemukan orang agar dia tahu berada di mana dirinya kini.

Mengabaikan rasa takut, ia terus melangkah. Tanpa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status