BAWA ANAK LELAKIMU PULANG, BU! (DI ANTARA DUA PILIHAN)

BAWA ANAK LELAKIMU PULANG, BU! (DI ANTARA DUA PILIHAN)

By:  Atiexbhawell  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
51Chapters
18.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ketegaran seorang wanita yang dituntut untuk selalu sempurna. Tulang rusuk yang dipaksa menjadi tulang punggung demi sang putra yang ditolak ayah kandungnya sejak dalam kandungan.

View More
BAWA ANAK LELAKIMU PULANG, BU! (DI ANTARA DUA PILIHAN) Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Sri Welasih
ceritanya bagus
2023-12-22 13:49:52
0
user avatar
Maria Hermina
bagus, alur cerita sangat menarik dan emosional, banyak amanat yg disampaikan dalam buku ini
2023-07-07 01:27:29
0
51 Chapters
Bawa anak lelakimu pulang, Bu!
"Indri!!! Anakmu berisik sekali!! Angkatlah cepat!" Aku yang tengah mencuci di kamar mandi sontak berdiri, lalu tergopoh menghampiri sumber suara yang memekakkan gendang telingaku. Sang pemilik suara yang tak lain adalah suamiku sendiri tengah menatap kedatanganku dengan raut wajah kesal dan mata melotot karena kesenangannya terganggu.Tidak, bukan wajah marah itu perhatianku. Tapi, suara melengking dari putraku yang tergeletak tak jauh dari tempat suamiku duduk. Putraku yang tengah belajar berdiri itu tergeletak dengan menangis kencang. Tubuhnya terlentang tak jauh dari meja di depan suamiku duduk.Segera aku menghampiri putraku, betapa murkanya aku ketika melihat kening putraku benjol membiru. Tak jauh dari kepalanya, kotak tisu tergelak. Segera aku angkat dia dan membawanya ke dalam pelukanku. Saat kuraba kepala belakangnya, semakin mendidih darahku saat tanganku merasai benjolan serupa. Entah bagaimana putraku terjatuh tadi? Yang membuat amarahku memuncak adalah suamiku yang ada
Read more
Keputusan pergi
"A-apa maksudmu, Ndri?Ibu mertua dan Mas Bagus tertegun, mungkin tak menyangka aku akan seberani ini mengatakan hal itu. Mas Bagus tergagap, tapi tidak dengan Ibu mertua."Heh, kamu kira kamu ini siapa? Rumah ini sudah dibayar suamiku untuk 5 tahun, dan baru berjalan 2 tahun. Jangan sok berkuasa di rumah ini!" hardiknya dengan menunjuk wajahku.Kupejampkan mata ini, menarik nafas besar menghadapi mertua ajaib satu ini. "Oke baiklah, kalau begitu biar saya saja yang keluar dari rumah ini. Saya kembalikan anak Ibu tanpa kurang satu apapun." tegasku menatap Ibu mertua lalu beralih pada suamiku."Hanya, setelah ini. Kembalikan aku dengan cara baik-baik seperti dulu kamu memintaku juga dengan cara baik-baik. Biarpun aku orang miskin, tapi aku masih punya orang tua lengkap. Dulu, kamu yang datang pada Bapak memintaku jadi istrimu, sekarang jika sudah tak menginginkan aku lagi maka kembalikan aku pada Bapakku dengan cara yang baik pula." tegasku tanpa ragu. Sudah, cukup sudah selama ini ak
Read more
Pertolongan selalu ada
Hanya butuh waktu 20 menit saja, kini aku sudah berada di kosan milik keluarga Retno. Dia menyambut kedatanganku dengan gembira, di kosan inilah untuk pertama kalinya dulu aku tinggal setelah diterima bekerja di garment yang lama sebelum menikah dan pindah kerja ke tempatku bekerja sekarang."Zaki. .sini sama Tante!" pekiknya girang menyambut putraku yang sedang lucu-lucunya itu. Beruntung, Zaki adalah tipe bocah yang ilon (tidak takut orang dan mudah diajak siapa saja).Zaki sudah berpindah dalam gendongan gadis cantik seumuranku tapi masih lajang itu. Terdengar gelak tawa serta celotehnya saat Retno mendusel-dusel pipi gembulnya.Selagi Zaki ada sama Retno, aku segera membantu pak supir menurunkan barang-barangku ke teras kos-kosan 3 lantai itu. Usai membayar, mobil itu berlalu meninggalkan aku dan Retno di sini."Kamu nempatin yang di ujung itu, ya, Ndri. Soalnya kamar kamu dulu ada penghuninya." ujar Retno dengan menunjuk satu kamar di ujung dekat tangga. Aku mengangguk setuju, ta
Read more
Pulang
"Jawab, Indri! Di mana kamu?" bentak Bapak lagi, aku yakin saat ini beliau tengah murka. Aku memejamkan mata menikmati perihnya luka dalam hati ini. Menarik nafas besar, mencoba tenang menghadapi amarah Bapak. Aku yakin, Bapak hanya termakan hasutan Mas Bagus atau Ibu mertua saja."Assalamualaikum, Bapak. Indri dengar apa yang Bapak ucapkan, kok. Tidak perlu keras-keras juga, takut darah tinggi Bapak kambuh." sahutku pelan, sekuat tenaga menekan suara agar tak semakin keras terisak."Bapak tanya Indri ada di mana, kan? Indri ada di kosan Pak Suradi, tempat yang sama seperti kala dulu setiap Sabtu siang Bapak jemput dan Senin pagi Bapak mengantar Indri. Indri tidak ke mana-mana, Pak." suaraku semakin bergetar tak sanggup lagi untuk tidak menangis mengingat betapa Bapak dulu rela datang jauh-jauh dari Banyu Biru untuk menjemputku kala libur kerja. Tidak naik motor atau mobil, melainkan naik angkutan umum demi memastikan anak perempuannya ini baik-baik saja."Ndri-" suara Bapakpun melun
Read more
Gara-gara game online
Kami saling tatap begitu mesin kendaraan terdengar padam. Bapak memberi kode dengan anggukan kepala, dengan cepat kami menghapus jejak air mata di wajah kami."Assalamualaikum besan!" rupanya ada Ibu mertua juga yang ikut datang. "Walaikum salam, Bu Yati." sahut Emak yang sudah lebih dulu menyambut kedatangan tamu kami di teras."Ini ada gula sedikit, sekedar untuk bikin teh!" ujar mertuaku sok ramah."Oalah, kok malah repot-repot segala, Bu Yati. Kalau sekedar gula kami juga ada, kok." balas Ibu terdengar datar."Mari masuk!" lanjut Emak lagi.Begitu masuk, kulihat wajah Ibu mertua sedikit terkejut melihatku."Oalah, kamu di sini to, Nduk. Ibu kira ke mana, kami sampai panik loh mencarimu." ucapnya langsung duduk di sebelahku sembari mengusap punggungku. Ratu drama, bermuka dua! Biar begitu, kuraih tangan beliau dan kucium punggung tangannya, karena sampai detik ini beliau masih mertuaku. Aku bangkit berdiri, meraih Zaki dari gendongan Bapak lalu duduk melantai di karpet. Mas Bagus
Read more
Talak atau penjara?
Cukup lama Ibu mertua pingsan, entah pingsan betulan atau hanya pura-pura pingsan karena malu. Entahlah, hanya beliau yang paham. Lek Erna dan Lek Tri yang tak tahu apa-apa kebingungan dibuatnya. "Opo, sih, Ndri?" bisik Lek Erna saat sudah duduk di sebelahku."Nanti, Lek Na akan tahu sendiri." jawabku juga berbisik."Bu, bangun! Jangan bikin malu!" kudengar Mas Bagus putus asa membangunkan ibunya. Lek Tri duduk di sebelah Bapak, walau masih bingung tapi beliau tidak banyak tanya. Ibu mertua mulai sadar, dengan dibantu Mas Bagus beliau kembali duduk bersandar pada sofa. Mas Bagus dengan cekatan menyodorkan gelas teh yang mulai dingin karena ditinggal berdebat tadi."Sudah sadar, Bu Yati? Tidak lupa bukan, apa yang saya ucapkan sebelum Jenengan pingsan tadi?" tanya Bapak agaknya sudah tak sabar ingin mengakhiri segala drama yang dibuat Ibu mertua."Pa-Pak Yanto tidak sungguh-sungguh, kan?" gagap Ibu mertua menatap Bapak dan Lek Tri dengan wajah pucat."Kenapa tidak? Ini saya perkenalk
Read more
Semangat baru
Kumandang Azan subuh saling bersahutan dari masjid kampung dan masjid-masjid kampung tetangga, suasana yang dingin menusuk tulang membuat siapa saja enggan untuk meninggalkan peraduan. Sama sepertiku, aku pun enggan meninggalkan hangatnya dekapan selimut tebal semasa aku gadis dulu. Bersamaku ada Emak yang masih terlelap dan juga Zaki di antara kami. Semalam sepulang dari rumah sakit, aku menghabiskan hampir 3 jam untuk bercerita banyak hal dengan Emak. Cerita hidupku yang tragis lebih tepatnya. Emak sampai geleng-geleng kepala, heran denganku yang bisa bertahan hingga 5 tahun lamanya dengan suami parasit seperti Bagus."Pantas saja, kamu sudah tidak ingat pulang, Nduk. Emak pikir karena hidupmu sudah enak di kota sana, sampai lupa pada kami."Begitu keluh Emak, setelah mendengar cerita hidupku. Ah, andai Emak tahu betapa berat perjuangan anak perempuannya ini pasti beliau tidak akan rela aku menikah dengannya.Namun, semua sudah terjadi. Tak perlu disesali apalagi ditangisi, hidup a
Read more
Kejutan lagi
Kuhela nafas besar, menetralkan degub jantung yang sedikit lebih cepat, ya sedikit saja lebih cepat. Di depan sana, ada mantan suami yang baru semalam mengucapkan talak padaku, tapi siang ini sudah bermesraan dengan mantan pacarnya dulu.Cemburu? Iya! Aku memang cemburu, karena aku sungguh tulus mencintai laki-laki itu. Namun, bukan karena rasa cemburu itu yang membuatku ingin menangis sekarang. Sampai di sini aku semakin sadar diri, bahwa kehadiranku selama ini memanglah tidak dia anggap sama sekali, itu yang membuatku terluka. Lalu, selama ini aku dia anggap apa? Hingga semudah dan secepat itu dia berpaling?Fisik? Ku akui kalau Linda jauh lebih cantik dariku, meski dempulannya (make up) yang 80% mendominasi wajah. Sexi? Bahkan meski telah memiliki satu anak, berat badanku tetap ideal, 54 kg dengan tinggi 163 cm. Masih cukup sexi, kan? Hanya memang ukuran dadaku tak sebesar miliknya. Namun, seindah apapun fisik seseorang, bukankah ia akan pudar termakan usia? Wajah se-glowing apapu
Read more
Luka baru
"Indri, aku, aku. . ."Linda tergagap, bahunya bergetar karena tangis. Aku semakin heran dibuatnya."Ada apa, Lin?" tanyaku karena sejak tadi hanya isaknya yang terdengar sedangkan aku harua segera pulang kalau tidak aku tidak akan dapat angkot untuk ke kosan."Maafkan aku, Ndri." lirihnya di sela isak tangis."Iya, aku maafkan. Maaf, Lin. Aku harus segera pulang, ada Zaki yang menungguku." putusku ingin mengakhiri ini semua. Indri mendongak, menatapku masih dengan mata berair."Aku, aku hamil anak Bagus, Ndri!" Duar! Bagai tersambar petir aku mendengar pengakuannya. "Hah?!" pekikku dengan mata melebar."Maafkan aku, Indri!" isaknya kembali terdengar, wajahnya menunduk dalam.Tunggu! Apa dia bilang tadi? Hamil anak Bagus? Itu artinya mereka? Astaghfirullahhalazim! Aku menelan ludah susah payah, air mata yang tadi entah ke mana, sekarang tiba-tiba mengalir membasahi kedua pipiku. Lemas seluruh persendianku, seolah kedua kakiku tak mampu untuk menopang bobotku sendiri."Jadi, benar se
Read more
Pertengkaran
[Alhamdulillah, Ibu sudah menemukan mantu idaman. Lalu, bagaimana dengan Linda, yang katanya sedang hamil anak Mas Bagus?]Beberapa detik, akhirnya pesanku centang dua dan langsung warna biru karena memang Ibu mertua terlihat tengah online. Lalu, tulisan online itu segera berubah menjadi mengetik. Ah, penasaran aku dibuatnya. Kira-kira apa tanggapan Ibu mertua? Satu pesan masuk dari kontak Ibu, buru-buru aku buka saking penasarannya.[Gak usah nebar fitnah! Hubungan Bagus dengan Linda sudah berakhir lama.][Ririn inilah calon menantuku, menggantikan kamu!][Mereka sudah pacaran 4 bulan ini.][Awas kalau karena fitnahanmu ini, rencana pernikahan mereka gagal.]Pesan beruntun masuk dari kontak yang sama, aku terkejut dengan reaksi dan balasan Ibu mertua. Jadi, mana yang benar? Linda berhubungan dengan Mas Bagus sudah 8 bulan dan sekarang sedang hamil. Sedangkan pengakuan Ibu mertua, hubungan Mas Bagus dengan wanita bernama Ririn ini sudah 4 bulan dan akan segera menikah. Ya Allah, Bag
Read more
DMCA.com Protection Status