Suatu saat, Celina pergi berlibur bersama Calven di pulau seberang. Namun, tak hanya mereka saja melainkan Mikhael pun turut serta dalam liburan tersebut.
°Pulau Seberang Barat° "Kakak tidak perlu mencemaskan aku, aku mendapatkan pendidikan terbaik di akademi militer. Itu semua karena kemurahan hati dari yang mulia Grand Duke." Ucap Calven yang sedang mengayuh sampan berdua bersama Celina. "Aku turut bahagia, jika kau begitu menikmati pendidikanmu. Aku harap, kau memiliki masa depan terbaik." "Tentu saja kak, setelah pendidikan militerku berakhir, aku akan segera menjemput kakak dari duchy milik yang mulai Grand Duke." Ucap Calven antusias, tanpa tahu, jika Celina bahkan tak bisa pergi kemanapun tanpa seijin dari Mikhael. "Ah, kakak, beberapa bulan yang lalu, aku bertemu dengan Deego. Ternyata dia sudah menjadi seorang Viscount." "Deego?" sontak aliran darah Celina terasa begitu mendidih. Tatkala mengingat mantan tunangan laknat yang telah menjadikannya jaminan hutang piutang ayahnya. "Kuharap kau tidak perlu mengenalnya lagi, pria bajingan itu! " Ucap Celina mengumpat. "Benar kak. Aku bersyukur kakak sudah putus dengan Deego. Karena waktu itu, aku melihatnya bersama seorang wanita, mereka terlihat cukup mesra." "Ya, pria itu memang bajingan. Calven, bisakah kau menjaga rahasia, dan kakak harap kau tidak bicara dengan siapapun termasuk yang mulia Grand Duke." Ucap Celina setengah berbisik. "Apakah hubungan kakak bersama yang mulia tidak baik?" "Calven, dengarkan aku, kau harus berhasil dan buktikan janjimu padaku, jika kau akan membantuku untuk pergi dari tempat ini." "Aku tidak akan bertanya banyak, karena kakak tentu memiliki alasan tersendiri atas keputusan kakak saat ini. Namun, kuharap kakak tidak menahannya sendiri, jika kakak berada di situasi yang sulit." "Calven, kuharap kau memiliki masa depan terbaik." Keduanya pun saling berpelukan. Dari sebuah gazebo, Mikhael memandangi Celina dengan saksama. Entah mengapa, senyuman tulus Celina pada Calven membuat suasana hati Mikhael tak karuan. "Tidakkah wanita itu memiliki dua kepribadian, Ian?" ucap Mikhael. "Apakah maksud Tuan, karena nyonya Celina jarang tersenyum lepas pada tuan?" "Bahkan tidak pernah sakalipun. Jikalaupun tersenyum, sudah pasti itu hanyalah formalitas tanpa ketulusan." "Apakah sekarang tuan ingin nyonya tersenyum tulus pada Tuan?" "Aku tidak yakin, dan aku juga tidak tahu." Setelah beberapa saat kemudian... Mereka pun makan siang bersama di gazebo, dengan hembusan angin sejuk di bibir danau. "Apakah makanan ini tidak sesuai dengan seleramu?"tanya Mikhael dan tatapannya mengarah ke Celina. "Tidak, Tuan. Makanan ini sangat lezat." Balas Celina singkat. Lagi-lagi, perasaan Mikhael dibuat tak karuan, tatkala Celina hanya menjawabnya dengan datar. Mikhael seakan mendambakan tutur kata manis penuh kehangatan dari Celina. "Celina, apa kau begitu membenciku?" tanya Mikhael dengan tiba-tiba. "Tuan, aku tidak membenci tuan." Balas Celina dengan ekspresi yang sama. "Tidakkah kau bisa bicara lebih hangat lagi padaku?" "Maaf, aku kurang mengerti inti dari ucapan tuan." Celina terlihat bingung dengan sikap dari Mikhael hari ini. Siang hari itu, mereka makan berdua, terpisah dari Calven dan yang lainnya. "Lupakan saja." Mikhael tak tahu harus memulainya dari mana. Namun, sikap yang Celina tunjukkan semua berawal dari sikap dingin dari Mikhael. Setelah menikmati kebersamaan dengan Calven, Celina pun harus berada di vila terpisah dari Calven sesuai dengan keinginan Mikhael. °Vila II bagian pinggir danau° Kamar tempat Celina menginap, tak seperti biasanya, Mikhael pun datang berkunjung. "Nyonya, tuan Grand Duke akan segera tiba." "Mila, kumohon cegah Calven, jika Calven mencoba untuk mencariku." "Baik nyonya." Celina duduk menuju ke arah balkon, sembari menyeruput secangkir teh hangat. "Selamat malam, Tuanku, Grand Duke." Ucap Celina memberikan hormat pada Mikhael. Mikhael hanya diam dan menatap dalam ke arah Celina. Celina pun terlihat sangat canggung. Tanpa banyak bicara, Mikhael mengajak Celina untuk pergi berkuda berdua. *** "Malam-malam seperti ini mengajakku pergi berkuda. Ah, ada apa dengan pria ini?" batin Celina. "Keduanya pun berhenti di pinggir danau, dan Mikhael mengajak Celina untuk duduk berdua di sana. Suasana terasa begitu canggung, karena selama ini Mikhael bersikap sangat cuek pada Celina. Datang hanya ketika membutuhkan tubuh Celina saja, dan setelahnya kembali mengabaikan. Begitulah seterusnya, selama Celina hidup di bawah kendali Mikhael. Mikhael mendekap Celina dan mencumbu Celina di sana, keduanya berbaring di atas rumput hijau dan terus bercumbu. "Tuan, tidakkah di sini terlalu terbuka?" ucap Celina di sela kegiatan panas itu. "Setelah ini kita akan pergi ke pondok di sana." Ucap Mikhael. Setelah beberapa saat kemudian, keduanya menuju sebuah pondok kayu dan masuk ke sana. Semua terlihat sudah dipersiapkan dengan baik. Bahkan terdapat tempat pemandian air panas di dalam sebuah kolam batu. "Kemarilah, Celina," ucap Mikhael dan kali ini sikap Mikhael jauh lebih lembut dari biasanya. Mereka berdua mandi bersama dan masih melanjutkan kegiatan sebelumnya. Meskipun seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya basah, Celina tak ingin bertanya lebih. Karena Celina yakin, jika sudah tersedia pakaian ganti di pondok tersebut. Ahh.. Pekik Celina, tatkala Mikhael mulai bernafsu untuk bercinta di dalam kolam.Dengan sorot mata yang sudah dipenuhi kabut gairah, Mikahel pun menyerang Celina di sana.
Ah.. Hhh.. Desah Mikhael, ketika cacing berototnya di lahap oleh Celina. Mikhael bahkan menekan kepala Celina agar mr. P miliknya masuk lebih dalam, hingga membuat Celina hampir memuntahkan makansn yang ia santap malam itu. Setelahnya Mikhael berbalik untuk memberikan Celina kenikmatan luar biasa juga. Sembari membiarkan Celina berdiri tanpa tumpuan, Mikhael melahap area liang senggama milik Celina. Hmmpp.. Ahh... Celina susah payah menahan suara desahan nakalnya, karena pondok itu terbuat dari kayu, dan tentu suara mereka akan lebih jelas terdengar dari luar. Setelah dirasa foreplay, Mikhael pun dengan penuh gairah menghujam tubuh Celina tanpa ampun. Suara gemercikan air kolam tak dapat lagi dihindari, namun bersamaan dengan itu, terdengar suara instrumental di segala penjuru duchy De Gonzalez. "Aku benar-benar tidak tahan lagi, sepertinya aku sudah mencapai batas ah.." batin Celina. Celina akhirnya mengeluarkan air mancur dari liang senggamanya, sungguh hal yang sangat membuat Celina merasa begitu malu. Hahh hh hh.. Deru napas terus memburu, setelah Mikhael sudah merasa cukup puas. Namun, lagi-lagi Mikhael membiarkan Celina seorang diri di sana dengan sebuah handuk. Celina membasuh dirinya, dan menuju sebuah kamar utama dam satu-satunya di pondok tersebut. Suasana kembali terasa begitu canggung dan tanpa ada komunikasi seperti biasanya. "Ah, hampir saja mengharapkan sesuatu yang mustahil.. Dasar Celina bodoh.." Batin Celina, tatkala harus menerima perlakuan dingin dari Mikhael. Ketika pajar mulai menyinsing, Celina teebangun dalam kondisi seorang diri di sana. "Ah, bukanlah ini sudah menjadi hal biasa.. Mengapa aku merasa sedikit kecewa? Sial!" Celina mengenakan pakaiannya yang sudah tersedia di sana.Setelah kunjungan ke kerajaan Barat, Celina bersama Knox juga Moreel beserta rombongan lainnya pun kembali lagi ke kerajaan Timur.Kerajaan Wilayah Timur°Istana Kaisar Jhonsou Raphael•"Baginda, saya bersama Putri akan kembali ke wilayah perbatasan Timur. Kami harap, Baginda selalu berada di dalam perlindungan dewa suci." Ucap Knox, sembari menggenggam tangan Celina."Pangeran Knox, apakah kau tidak ingin tetap tinggal di kekaisaran?" ucap Kaisar Jhonsou cemas."Tidak, Baginda. Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, saya ingin menghabiskan waktu berharga saya bersama keluarga. Namun, jika Putra Mahkota akan dinobatkan sebagai Kaisar baru, tentu kami akan datang berkunjung.""Pangeran Knox, aku tidak pernah terobsesi dengan kekuasaan ini, bahkan mendiang ibu juga mengatakan bahwa semua ini ialah milikmu. Meskipun aku yang lebih dulu terlahir, itu tidak akan mengubah fakta.""Putra Mahkota, aku tidak ingin membahas hal itu lagi, semua sudah berlalu. Aku juga ingin hidup damai di w
"Yang mulia, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk berbohong darimu.. Kejadian itu terjadi begitu saja, tanpa bisa kuhindari.." ucap Celina yang terhuyung di pelukan Knox."Baiklah, aku memahami keresahan hati Grand Duke. Walau bagaimanapun, kau pernah menjadi bagian dari hidupnya selama bertahun-tahun. Kepergianmu bahkan disebabkan oleh fitnah keji dari seorang duchess. Namun, bukan berarti aku akan diam saja, jika kejadian ini terjadi lagi. Aku tidak bisa membayangkan, tangan yang sama untuk menyentuhmu, akan berlumuran darah.." Ucap Knox, gemetar ketika sedang menyentuh wajah Celina."Terima kasih... Terima kasih, suamiku.. Aku sungguh beruntung, menjadi bagian dalam hidupmu." Lirih Celina."Ya, istriku.. Sudah cukup aku melihat penderitaan mendiang ibuku, itulah sebabnya aku bertekat. Jika aku menemukan seorang istri, aku akan menyayanginya dengan segenap hidupku." Ucap Knox, lalu mengecup bibir Celina.Masalah malam hari itu pun terselesaikan dengan baik, dan Knox berusaha untuk
Istana kekaisaran Barat - Edward De Romeos°Semua orang benar-benar dibuat heboh, ketika mengetahui yang datang bersama rombongan kekaisaran ialah Celina.Tepat di ruang pertemuan resmi, anggota pejabat tinggi kekaisaran Barat.Di sebuah meja persegi panjang, dan masuklah Celina, Knox, Moreel serta asisten masing-masing dari mereka."Selamat datang di Istana kami, Yang mulia Putra Mahkota, Pangeran dan Putri." Ucap salah seorang pimpinan pertemuan.Di sana juga sudah ada Mikhael, yang langsung membulatkan kedua matanya, ketika melihat Celina berpasangan dengan seorang pangeran dari kerajaan Timur."Terima kasih, atas sambutan yang luar biasa ini." Ucap Moreel.Mereka pun duduk berbaris, tatapan Celina lurus tanpa menunduk bahkan berkedip sedikitpun. Menunjukkan bahwa, betapa bermartabatnya Celina saat ini.Semua pasang mata menatap ke arah Celina, seakan hendak melahapnya hidup-hidup."Kami sangat berterima kasih, atas kunjungan dari anggota kaisar, meskipun hal ini cukup mendadak." U
"Apakah kalian sudah menemukan keberadaan lady Bellroze?" tanya Mikhael yang kini dirundung kegelisahan."Maafkan kami, Yang mulia. Namun, menurut informasi terkait, kepergian Lady Bellroze dan dayang Mila sangat tertutup. Ditambah lagi, peraturan dari kekaisaran Barat sangatlah ketat dan disiplin.""Ian, kau sudah berapa lama bekerja denganku, dan performamu justru kian merosot, hanya dalam hal ini.." Ketus Mikhael. Sosok Mikhael yang kini sudah jaih lebih arogan. Kembali ke sosoknya di masa lalu, penuh ketegasan dan arogansi.Ian hanya menunduk, merasa dirinya begitu payah, dan apa yang Mikhael katakan tidak sepenuhnya salah."Seharusnya, sejak awal, Celina kukirimkan ke wilayah lain, yang jauh dari jangkauan Luna. Namun, aku terlalu cemas, jika saja wanitaku akan berpaling dariku. Namun, kali ini, kupastikan akan membawanya kembali." "Yang mulia, maaf jika ini terdengar lancang. Namun, mengapa anda begitu terobsesi pada Lady Bellroze? Bukankah, lady Bellroze juga berhak mendapatka
Sudah beberapa tahun berlalu, dan Celina pun mulai membuka hatinya kembali bagi Knox. Namun, rasa trauma masa lalu, membuat Celina kembali bimbang dan memilih untuk berserah pada takdir mereka kelak.Celina juga telah menceritakan semua kepedihan masa lalunya pada Knox. Bukannya menjauh dan berpikir ulang. Knox justru semakin ingin melindungi Celina. Untuk mewujudkan harapan itu, Knox pun tentu harus memiliki kekuatan. Istana Kaisar Jhonsou Raphael°"Baginda, inilah wanita pilihanku dan aku juga sudah mengatakan segalanya pada Baginda." Ucap Knox, memohon restu dari Kaisar."Baiklah, pangeran Knox. Namun, keputusanmu untuk menetap di ujung perbatasan wilayah, apakah sudah bulat?""Benar, Baginda. Saya akan hidup sebagai masyarakat biasa, bersama lady Celina." Ucap Knox, yang kini sudah menganggap Celina sebagai seorang wanita bangsawan juga, setelah mengetahui semua kisah hidup Celina."Knox, kau adalah pangeran di kekaisaran ini, dan jika kau begitu ingin pergi, maka aku akan melepa
Cellia Store•Cellina sedang sibuk dengan tokonya yang sudah makin ramai pengunjung, dan juga Cellina menyelesaikan pembukuan bulanannya."Selamat siang, apakah benar toko ini milik nona Celina?" tanya seorang pria muda, dan bernampilan sebagai seorang kesatria."Ya, benar Sir. Apakah ada yang bisa saya bantu?" balas Celina, yang langsung mengetahui bahwa pria itu ialah seorang kesatria."Saya ingin memilih beberapa asesoris untuk anak gadis yang beranjak remaja. Apakah nona bisa memilihkannya untuk saya?""Baik, Sir. Silakan." Celina pun membiarkan kesatria itu untuk memilih. "Nona ini sangat ramah dan memang begitu menarik. Pantas saja Yang mulia terus memperhatikannya.." batin si pria, yang ternyata sedang melakukan tugas dari anggota kerajan.***Istana Kaisar Jhonsou Raphael°"Selamat sore, Baginda. Saya telah berkunjung ke toko milik dari nona yang bernama nona Celina." Ucap kesatria yang siang hari ini datang ke toko milik Celina."Apakah benar seperti yang selama ini kudengar
Akhirnya, Celina pun resmi diasingkan dari kerajaan Barat. Celina bahkan tidak diperkenankan untuk membawa barang berharga sebagai jaminan hidupnya. Bisa dikatakan, Celina dibuang dan dicampakkan dengan kejam.Wilayah kerajaan Timur°Sampai tibalah Celina dan Mila di kerajaan Timur."Nyonya bagaimana bisa? Bukankah, kita akan di cegat oleh petugas?" icap Mila, cemas."Sebelumnya, aku sudah mempersiapkan semua ini. Semenjak Luna berulah, aku sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk.""Nyonya benar-benar hebat. Apakah, kita sudah bisa dikatakan sebagai masyarakat kerajaan Timur?""Ya, dengan sedikit lagi proses. Aku beruntung, karena keberadaanku di kediaman Yang mulia tidak terlalu disorot media masa.""Benar, nyonya. Kerajaan Barat sangat tidak terbuka dengan popularitas. Pihak kerajaan lebih bangga dengan kemakmuran negara, dibandingkan harus ikut serta dalam pemberitaan media luar.""Mila, bukankah kau sudah resmi lulus dari akademi kecantikan?""Benar, nyonya. Apakah bisa kukembang
Mansion Kediaman Grandduchess De Gonzalez°Ugh.. Huekk... Luna terus mual sejak dini hari dan terus saja seperti itu sepanjang hari."Nyonya, apakah perlu kita panggil saja dokter?" tanya Jean."Dasar bodoh! Kau sudah tahu, namun kau masih saja bertanya!" Bentak Luna, kasar seperti biasanya."Baik, nyonya. Tunggulah sebentar lagi."Jean pun memanggil dokter keluarga, dan dokter tersebut segera tiba di mansion kediaman duchess.Di dalam kamar milik Luna, Luna terbaring lemas akibat cairan tubuhnya yang terus terkuras."Selamat, nyonya. Anda sedang mengandung. Untuk memastikan usia kandungan, anda dapat memeriksa langsung ke dokter kandungan." Ucap si dokter."Aku hamil! Yes!" Ucap Luna girang, dan merasa rencana berjalan mulus seperti yang diharapkan."Cepat beritakan hal ini pada Yang mulia Grand Duke." Ucap Luna pada si dokter."Baik, nyonya. Saya mohon pamit."Tak butuh waktu lama, berita mengenai hamilnya Luna pun tersebar luas. •••Mansion Utama Kediaman Grand Duke Mikhael De Go
Siang hari itu, Celina bersama dayang Mila dan sir Arnold pergi k toko pakaian khusus bagi wanita bangsawan."Hari ini, pergilah bersantai ke taman hiburan. Bagaimana?" ucap Celina pada Mila dan Arnold."Apa kita akan menyamar lagi, nyonya?" tanya Mila."Ya, aku ingin menikmati suasana hari yang baik." Ucap Celina.Mereka bertiga pun pergi ke taman hiburan, bermain beberapa wahana permainan dan tentunya dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Hanya petugas yang mengetahui identitas mereka dan diminta untuk tetap bersikap biasa saja."Nyonya, apakah nyonya menyukai Yang mulia Grand Duke?" tanya Mila tiba-tiba, saat sedang menikmati kuliner setempat."Mengapa kau tiba-tiba memberikanku pertanyaan seperti itu, Mila?""Tidak, nyonya. Aku hanya ingin memastikan saja.""Apa kau cemas, jika aku akan cemburu pada sikap orang-orang di mansion?""Aku sangat tahu, jika Yang mulia hanya mencintai nyonya dan bukan wanita iblis itu!" Ucap Mila dengam sedikit emosional."Mila, apapun yang akan terjadi