แชร์

BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU
BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU
ผู้แต่ง: Putri putri

BAB 1. MENJENGUK BAYI

ผู้เขียน: Putri putri
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-03-11 20:20:12

“Mas, tolong pegangin Bagus ya, aku mau bikin teh dulu buat kalian.”

Dengan santainya Mbak Nilam, tetangga sebelah rumah meletakkan bayinya di pangkuan suamiku. Mas Bayu pun tampak senang membopong bayi itu sambil tetap duduk.

“Biar sama aku saja, Mbak,” ujarku sembari mengulurkan tangan berusaha mengambil bayi itu dari pangkuan Mas Bayu.

“Jangan! Kamu belum punya anak. Jadi belum punya pengalaman momong dedek bayi,” tolak Mbak Nilam sembari menepis tanganku, kemudian berlalu meninggalkan kami.

Deg.

Aku terperangah mendengar ucapan Mbak Nilam yang terasa menohok. Ada sesuatu yang menyeruak di dalam sana. Memang benar aku belum punya anak, tapi bukan berarti enggak bisa momong dedek bayi. Lagian, apa bedanya aku dan suamiku?

Sejenak, aku berusaha melupakan kata-kata Mbak Nilam yang membingungkan itu, lalu mengalihkan pandangan pada Mas Bayu dan bayi di pangkuannya.

Jika diperhatikan, suamiku tampak lihai menimang bayi itu. Seperti sudah terbiasa. Bayinya Mbak Nilam juga terlihat nyaman dalam dekapan Mas Bayu.

“Kamu kok lihatnya kayak gitu, Lin?” tanya Mas Bayu.

Aku terkesiap mendengar ucapan suamiku. Apa dia sadar aku tengah memperhatikannya?

“Enggak kok, Mas,” sahutku sedikit kaget, “ kamu kok pintar gendong bayinya, belajar di mana? ,” tambahku.

“enggak belajar, naluri doang,” sahut Mas Bayu.

Sejenak, hening terjadi antara kami. Mas Bayu kembali mengalihkan pandangan pada bayi di pangkuannya. Dari binar matanya, aku tahu kalau suamiku senang dengan aktivitas itu.

Aku menatap lekat pada bayi yang sedang tertidur itu. Jika diamati, banyak kemiripan dengan suamiku. Bibirnya, hidungnya, bahkan bentuk wajahnya sangat mirip dengan Mas Bayu.

Sesaat, aku memejamkan mata, lalu kembali memindai wajah keduanya. Benar-benar banyak sekali kemiripan. Namun sebisa mungkin aku menepis pikiran buruk tentang Mas Bayu.

“Silakan diminum tehnya, mumpung masih hangat,” ucap Mbak Nilam sembari meletakkan dua cangkir teh di atas meja, lalu mengambil anaknya dari pangkuan Mas Bayu, membawanya duduk berhadapan dengan kami.

Kata-kata yang baru kudengar itu berhasil membuyarkan pikiran. Memaksa tersenyum ke arah sumber suara tersebut, sambil sesekali mencuri pandang pada bayi di pangkuannya.

“Iya, Mbak. Terima kasih,” sahutku sedikit tergagap.

Tak lama kemudian, aku mengambil benda tersebut lalu menyeruput isinya hingga tersisa separuh saja. Mas Bayu pun melakukan hal yang sama denganku.

“Bayinya ganteng ya, Mbak.” ucapku memuji Anaknya.

“Iya dong. Kulitnya juga putih bersih. Kan mirip sama bapaknya,” sahut Mbak Nilam sembari melirik ke arah Mas Bayu.

Lagi. Aku kembali kesulitan mencerna ucapan Mbak Nilam. Setahuku suaminya berkulit agak gelap. Kenapa dia bilang mirip sama bapaknya? Apa suaminya sekarang sudah menjadi lebih putih.

Mungkin saja sih! Setahun belakangan aku memang mengais rezeki di kota, jadi wajar saja jika banyak yang telah berubah dari mereka.

“Suaminya Mbak Nilam ke mana, kok enggak kelihatan,” tanyaku lagi.

“Lagi kerja, Lin. Baliknya cuma seminggu sekali,” jawab Mbak Nilam.

“Iya, kalau sabtu sore balik, terus senin pagi sudah berangkat lagi,” timpal Mas Bayu santai.

Aku terperangah mendengar ucapan suamiku. Bagaimana bisa dia paham jadwal pulang dan perginya suami Mbak Nilam? Seingatku dulu mereka tak begitu dekat.

“Kok kamu tahu, Mas?” tanyaku penuh selidik.

Kali ini giliran Mas Bayu yang gelagapan. Wajah santainya berubah pias seketika. Dia tampak tak nyaman dengan pertanyaanku.

“eee, anu, Dek...” jawab Mas Bayu kebingungan.

“Anu apa, Mas? Kamu kenapa? Kok aneh begitu,?” cecarku.

“Aku yang cerita sama Mas Bayu, Lin,” sela Mbak Nilam.

“Iya, Mbak Nilam yang cerita. Makanya aku jadi tahu,” timpal Mas Bayu sedikit tenang.

Aku menatap dalam pada sepasang netra suamiku. Berusaha mencari kebenaran dari sorot mata itu. Sayangnya, aku justru melihat kebohongan di sana. Jelas sekali ada yang sedang Mas Bayu sembunyikan dariku.

“oh, begitu,” ucapku sembari menganggukkan kepala.

Bukan! Aku bukan percaya dengan ucapan keduanya. Hanya saja, aku tak ingin berdebat dengan suamiku, apalagi ini di rumah orang. Lebih baik jika aku menanyainya di rumah saja.

“Sejak kapan Mbak Nilam suka cerita sama suamiku?” tanyaku menginterogasi.

Mbak Nilam tampak bingung menjawab pertanyaanku. Bibirnya bergerak, tapi tak ada suara yang keluar.

“Kamu kok tanyanya aneh-aneh begitu sih , Lin?” seru Mas Bayu.

“Iya, kayak enggak ada pertanyaan lain saja,” cibir Mbak Nilam.

Aku terdiam. Mereka berdua kompak sekali menyudutkanku. Membuatku tak betah berada di sini. Sebagai seorang istri, feelingku mengatakan ada sesuatu antara Mbak Nilam dan suamiku.

“Mbak, kami pulang dulu ya, aku baru sampai rumah tadi pagi, jadi masih capek,”

Baru saja beberapa menit di rumah Mbak Nilam, aku langsung pamit. Rasanya kurang nyaman melihat kedekatannya dengan Mas Bayu. Apa ini yang namanya cemburu?

“Yah... kok pulang sih, padahal aku mau minta tolong sama Mas Bayu buat jagain Bagus. Aku mau masak sebentar. Pulangnya nanti saja ya, Mas,” ungkap Mbak Nilam setengah merengek.

What? Mbak Nilam berkata dengan nada seperti itu pada suamiku? Enggak salah dengar? Seingatku dulu mereka tak sedekat ini.

Oke. Anggap saja wajar meminta tolong sama tetangga, tapi seharusnya aku yang dimintai tolong menjaga anaknya Mbak Nilam. Bukan suamiku.

“Maaf, Mbak! Kami harus istirahat. Nanti malam mau ada acara,” tolakku halus.

Kulirik sekilas Mas Bayu yang tampak keberatan dengan ajakanku. Gegas kutarik tangannya agar dia segera berdiri mengikutiku .

“Kami permisi,” tambahku lalu beranjak keluar dari rumah Mbak Nilam. Tak sabar rasanya ingin segera mencecar Mas Bayu.

?

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   ENDING?

    5 bulan kemudian.Pada akhirnya aku bisa bernafas lega karena pengadilan menyetujui perceraian kami meskipun harus melewati drama yang cukup melelahkan.Mas Reyhan bersikukuh tak mau berpisah. Itulah kenapa kasus perceraian ini tak kunjung selesai. Bahkan di pengadilan dia terus meminta perceraian ini dibatalkan. Selama proses persidangan, aku tinggal di rumah orang tuaku. Ini kulakukan agar ada yang menjaga Hanin saat pergi ke toko ataupun urusan yang berhubungan dengan perceraian. Di hari minggu sore ini aku memilih duduk di teras menikmati kesendirian ketimbang melakukan aktivitas lain. Sengaja aku tidak ke toko karena ingin melepas lelah setelah semua yang kulewati. Deru mesin mobil yang memasuki halaman berhasil memecah kesunyian yang tengah kubangun. Sesosok laki-laki yang selama ini mengganggu tidurku turun bersama Bu Erna, perempuan yang sudah seperti ibu bagiku. Benar. Dia memang Daffa. Sejak hari itu kami tak pernah lagi bertemu. Bahkan sekedar say hello melalui jejaring

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SESAL

    POV Reyhan. Aku menatap nanar pada kertas di tanganku. Sedikit pun tak pernah terlintas dalam pikiran bahwa semua terbongkar dan akhirnya Rere akan menggugat cerai. Sebenarnya aku sudah berencana mengakhiri hubungan dengan Dera karena mulai merasakan cemburu melihat kedekatan Rere dan Daffa. Sayangnya semua harus terbongkar sebelum sempat aku mengakhiri. “Aku enggak nyangka kamu berubah menjadi monster yang kejam, Rey,” tutur Elin seusai perginya Rere dan Daffa. Aku mengalihkan pandangan pada sosok yang pernah mengisi hati ini. Entah sejak kapan getaran indah yang dulu kurasakan kini tak ada lagi. “Maafkan aku, Lin.” Aku membuang muka ke sembarang arah. “Bilang maaf itu gampang, Mas! Apa kamu menyadari secara tidak langsung kamu telah menjadikan aku seorang pelakor?” sela Dera yang berdiri tak jauh di samping Elin. Laksana pecundang, aku tertunduk tak berani menatap wajah mereka apalagi menyahut. “Kenapa diam! Ayo bicara, Mas!” bentak Dera. Hening. Hanya sesekali terdengar n

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   HARI TERAKHIR

    Butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke rumah ibu. Tadi aku sempat meminta Daffa memelankan laju motornya agar Hanin tak terlalu kena angin. Kedua orang tuaku menyambut di depan teras. Mereka menatapku dengan tatapan penuh selidik. Wajar. Aku belum menceritakan apa pun pada mereka. “Ada apa ini, Re. Kenapa kamu membawa barang-barangmu ke sini?” Baru saja turun dari motor, ibu langsung memberondongku dengan wajah cemas. Aku meraih tangan ibu dan mencium punggung tangannya lalu berganti pada bapak. Pun dengan Daffa. Dia melakukan hal yang sama. “Mas Reyhan selingkuh, Bu. Dia mau menikah lagi,” jawabku kemudian. Kontan saja bapak dan ibu kaget dengan ucapanku. “Astaghfirulloh...” Ibu menutup mulutnya dengan tangan. Raut kesedihan jelas terlihat di wajahnya, bahkan bulir bening mulai menggenang di sudut mata itu. Lain halnya dengan bapak. Dia tidak menangis. Wajahnya yang memerah, juga suara gemeletuk giginya terdengar jelas menandakan amarah tengah menguasai pikirannya.

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SELAMAT TINGGAL SEMUANYA

    “Tara.... ini dia kejutannya, Mas!” teriakku sedikit keras. “De... Dera...” ucap Mas Reyhan tergagap. Wajahnya memucat seolah darah tak lagi mengalir di sana.Aku tersenyum melihat Mas Reyhan yang tampak seperti ketakutan. “Iya, Mas! Ini aku Dera. Kok kamu kaget sih?” sahut Dera yang belum tahu kenyataan sebenarnya. Mas Reyhan kebingungan. Dia menatap aku dan Dera bergantian. “Kok malah bengong, Mas! Masa ketemu calon istri kok begitu. Enggak romantis!” Aku tersenyum mengejek melihat suamiku yang tengah panik. “Maksud kamu apa ya, Re? Kok bilang dia calon istrinya Reyhan?” tanya Elin. “Tanya saja sama Mas Reyhan.” Aku beranjak keluar lalu segera kembali setelah menitipkan Hanin pada Daffa. Tadi Daffa juga sudah mengambil motornya dan diparkir di halaman rumah. “Bagaimana Mas? Apa kamu sudah menjawab pertanyaan Elin?” tanyaku setelah duduk di sebelah Elin. Mas Reyhan tak menyahut. Dia hanya diam masih dalam posisi semula. “Sebenarnya kamu kenapa sih, Mas? Kok aneh begitu?” sel

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   KEJUTAN UNTUK REYHAN

    Dua minggu sudah Daffa menjadi sopir pribadiku. Selama itu juga setiap hari kami bersama. Demi membuat Mas Reyhan cemburu, terkadang aku pulang sampai jam sembilan malam. Namun, kami tak melakukan apa-apa, hanya sekedar healing atau duduk-duduk di rumah kontrakkan sambil berbagi cerita. Benar! Mas Reyhan terpancing amarah. Dia sering mengajak ribut, tapi aku memilih bermain ponsel ketimbang menanggapinya. Wajar saja dia marah, selama dua minggu belakangan aku tak pernah mengurus keperluannya. Masak, mencuci atau membersihkan rumah tak pernah lagi kulakukan. Salah sendiri dia menganggapku telah mati. Hari ini aku berniat mengakhiri permainan ini. Rasanya sudah tak sabar ingin memberi kejutan untuk Mas Reyhan. Selain itu, terlalu sering bersama Daffa membuat hati merasa nyaman. Aku takut ini tak baik untuk kami. Makanya harus segera diakhiri. “Kayaknya ini hari terakhir kamu menjadi sopirku,” ujarku pada Daffa saat kami sedang santai di teras kontrakkan.“Loh, kenapa, Mbak?” tanya

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   Merekrut Dera

    Seperti biasa, pagi ini aku bangun jam setengah lima. Namun, kali ini tak beraktivitas di dapur melainkan langsung mandi dan berganti pakaian yang luwes. Rencananya hari ini aku akan ke toko lagi. Sejak hamil lima bulan aku memang memilih tinggal di rumah. Tadi malam saat Mas Reyhan terlelap aku sempat menghubungi Daffa. Dia bersedia menemaniku pagi ini. “Kok pagi-pagi sudah rapi, Dek?” Mas Reyhan yang baru bangun tidur menatap heran. “Iya, aku mau menengok toko,” jawabku sambil menyiapkan pakaian Hanin. Kok pagi banget?” tanyanya lagi. “Ya enggak apa-apa, Mas! Aku pergi dulu ya,” pamitku setelah membopong Hanin. Tanpa menunggu lama, aku beranjak keluar kamar. “Dek, apa pakaian kerjaku sudah disetrika?” tanyanya sebelum aku melangkah jauh. “Maaf, aku enggak sempat. Nanti setrika sendiri saja,” jawabku sambil terus melangkah. Baru saja sampai teras, Mas Reyhan mendahului lalu mencegatku. “Kamu apa-apaan sih. Bukannya menyiapkan pakaian suami malah main pergi saja!” teriak Mas

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status