POV Darto
Akhirnya selesai semua, berkas-berkas dari KUA yang harus aku tanda tangani sudah selesai, tinggal besok diserahka ke kantor KUA, tugas itu di handle sama Kak Darman,
“Makan gih, sudah ibu siapin, urap-urap ikan asin dan sambal teri” tawar ibu
Aku langsung menrima tawaran ibu, tentu saja, sehabis dari kulakan Spare Part langsung kesini, belum sempat isi perut, masakan ibu baagiku paling enak,” ingeh bu” jawab aku tanpa basa basi,
Derrrt, derrrt
Selagi makan, Hand Phone aku berdering, “Halo...!” seruku dngan HP di ku gepit di antara bahu dan telinga,
“Mas, Cincinnya sudah jadi, sudah bisa diambil, kami tutup jam 9 malam mas, kalau ada waktu bisa segera diambil” suara wanita diseberang
“Oh ok, segera saya ambil mbak, sebentar lagi saya akan meluncur kesana” jawabku semangat, ‘asik... aku bisa ketemu lagi dengan Ninik dong sekarang’ batin darto senang
”Keterlaluan sampean Mas” kata Nini sambil berurai air mata,Darto dan Kakak Ninik bingung dengan tingkah Ninik, apanya yang keterlaluan, apa nilainya kurang atau bagaiman?“Kamu kenapa toh Nik, apanya yang keterlaluan,” celutuk Ayu, Darto yang bingung merasa terwakili oleh perkataan Ninik“Ini_ini_terlalu mahal, aku merasa tidak enak sama Bulek, dikira saya meminta-minta” ceerocos Ninik sambil sesenggukanHaem, Darto dan Ayu merasa lega, dikira ada apa, Nik itu kan Bulek sendiri yang pilih, itu pertanda Buleksangat menghargaimu, Ayu mengelus pipi Ninik, melihat itu Darto menelan saliva, sebenarnya dia juga ingin mengelus pipi itu,“Itu benar Dek, Ibu yang memilihkan itu, dan aku menyetujui, karena Adek pantas menerimanya..., lagian aku juga nggak keberatan, dan mampu, jadi dek Ninik jangan merasa nggak enak” Darto menimpali dan tersenyum semanis mungkinNinik yang mendengar itu menjadi terdiam
Setelah tersedaknya reda Ninik langksung mengklarifikasi menjawab ocehan pria itu yang ngawur“Ini memang Kak Ayu, sedangkan beliau adalah calon suami Nini Kak” ucap Ninik mengaskan“OoooH masih calon toh... sebelum janur kuning melengkung kan masih bebas, masih ada peluang toh...?” Tukas pria ituUHUKS UHUKSKini gantian Darto yang tersedak, untung, semburannya dia arahkan ke samping, hingga tidak mengenai meja, matanya mendelik, dia merasa kesal dengan pria ini, hampir memancing marahnya, tapi dia masih waras, tidak mau citra kasar tersemat gegara memukul orang di hadapan Ninik, tidak, dia tidak mau, Darto benar-benar kesal sekarang“Nih Kak, undangan kami, tolong datang ya... seminggu lagi,” Ninik mengambil kartu undangan dari dalam tas segera, dan memberikannya kepada pria itu, berharap dengan itu menghentikan kekonyolan pria itu,“Ooooh_masih satu minggu toh, dalam satu minggu masih ada waktu&rd
Setelah sampai dirumah, belum jam sepuluh malam, aku sudah lega Ninik dan Kakaknya sudah aman, dia mengiring sendiri sampai masuk rumah, dan dia hanya mampir ssejenak, hanya untuk berpamitan pada Ibu dan Ayah Ninik.Aku segera masuk rumah, disambut Mayang seperti biasanya, Mayang menggamit lenganku, menuntunnya ke meja makan, dia akan menyuguhkan segelas air, menyuruh aku bersandar, kemudian Mayang memijat pundak aku dengan lembut, pijitannya sungguh mantap, setelah lelah hilang, aku akan menyantap hidangan di meja, tentu dengan dilayani Mayang, yah itulah keseharian Mayang dalam melayani aku, sungguh aku merasa bagai Raja, itulah mengapa aku janji akan memperlakukan Mayang juga dengan baik, layaknya istriTiba-tiba aku merasa tubuh Mayang berada di pangkuannya, nampaknya Mayang ingin bermanja,*Hantu ternyata juga suka dimanja heheheTerasa ada bibir yang menempel di bibirnya, bibir Mayang dingin seperti es, tapi berselang sesaaat ak
Sesasmpai dirumah tasdi Ninik dan Ayu masuk ke kamar, sedangkan Darto hanya mampir untuk pamit doang, secara kan sudah malam, Ibu dan Ayah Ninik tidak berkenan Darto bertamu malam-malam, meski dia calon mantu, sebelum Ijab Sah, maka belum sasha juga berada di rumah itu seorang laki-laki asing, begitu prisip orang tua Ninik, memegang agamanya dengan kuat.Ninik yang sekarang sendirian teringat kejadian tadi di Mall, kejadian yang sangat menggetarkan jiwanya, bagaimana tidak orang yang pernah mengisi relung hatinya tiba-tiba ada di depannya, dalam kondisi dia akan segera menikah, dia sudah melupakan dengan susah payah perassaannya pada lelaki itu, tapi memang tidak mudah, manakala mendekap Darato tadi sebenarnya dia sedang menyalurkan rasa takut dan juga mencari perlindungan kenyamanan di dekapan Darto, dia seoalah merasa sedang terancam, seolah hatinya sudah berada di tangan lelaki tadi, dan siap di kunyah habis, sedang pikiran warasnya berada di genggaman Darto, Hati da
Darto mengepak pakaiannya, dia memilih beberapa pakaian yang cocok, dia akan berangkat menikah besok, hari ini dia berangkat kerumah Ibunya, agar esok pagi bisa segera bersiap bersama keluarga untuk menuju kepernikahan, iring-iringan berangkat jam 6, perjalanan sekitar 1 jam, dan ijab kobul di pastikan jam 7,30, jadi dia sudah harus stand by subuh, usai mengepak semua pakaiannya, dia segera melangkah keluar kamar, menuruni anak tangga, hatinya sangat berbunga, tapi juga ada sedikit sedih mengingat Mayang, hatinya terasa ada yang teriiris juga, “Mayang_Yang,” kemana dia, Darto terus menuruni anak tangga, Darto celingukan, mengedarkan pandangan, kalau-kalau ada pergerakan Mayang, “Yang_Yang...!” suara Darato agak sedikit rasa khawatir, apakah Mayang marah, atau sedih, atau bagaimana, dia tidak pernah tahu ekspresi Mayang, “Yang_kemarilah” Darto merentangkan tangannya, “Yang_jangan begitu, aku kan sudah berjanji padamu, kita akan baik-baik saja” Darto be
Mayang menempelkan bibir dinginnya seperti es batu ke bibir Darto, dia tahu Mayang sedang sedih, jadi dia menghiburnya sebentar, dia menanggapi keinginan Mayang,DERRRT DERTPonsel Darto berbunyi, dia segera mengambil gawainya dari dalam saku, dilihatnya ibu memanggil, dia segera melapaskan diri dari Mayang, dan menerima panggilan ibu“Darto cepetan, ada yang harus segera dibahas sama Ayah Ninik, dia menunggumu, bahas acara besok biar, nggak kacau,” suara ibu keras, bahkan tanpa salam, mungkin saking keburunya,Darto terperanjat, dia sudah ada janji sama ayah Mayang, untuk membicarakan acaranya, “Ah kenapa aku lalai,” Darto menpuk jidaatnya,“Yang aku pergi dulu yah” pamit Darto, tentu saja tanpa jawaban, tega tidak tega dia harus segera pergi, Darto segera berlalu pergi***Akhirnya hari pernikahan tiba, Darto sudah sejak dari kemarin di rumah Ibunya, Darto didandani Make Up Artis, laki-laki dengan
Suasan menjadi gempar, banyak orang yang bergerombol mengelilingi asal suara itu, beberapa orang panik, dan berteriak-teriak memberi perintah, dan sebagian orang merangsek maju untuk mengetahui apa yang terjadi, suasana benar-benar kacau,“Cepat_cepat_angkat, ayo bantu_bantu, hati_hati” seseorang berteriak-teriak memberi perintah dengan panik“bawa ke kamar, ayo-ayo_kasih jalan, kasih jalan” seseorang yang lain mengatur orang-orang yang menggerombol mengelilingi TKP, Tempat Kejadian Perkara,“sekitar tiga orang mengangkat tubuh besar itu dengan susah payah, keringat sampai bercucuran, sedang yang lain membuka jalan dari orang-orang yang selalu saja mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi,“disini saja” beberapa orang sudah secepatnya membuat ruang kosong untuk penanganan lebih lanjut“Tolong yang lain mundur, biar ada ada oksigen” kata bapak Sony, seorang Mantri Puskesmas warga kampung ini
Saat aku menjabat tangan Ayah Ninik untuk Ijab Kabul, tiba-tiba ada suaara BRUGG, suasana menjadi kacau dan heboh, banyak orang berlarian dan berteriak-teriakAku berdiri melihat apa yang terjadi seorang Wanita dengan tubuh tambun tersungkur dari kursinya, kemungkinan dia pingsan, atau kena serangan jantung atau yang lainnya, aku tidak tahu, acara dihentikan sementara, semua orang berusaha merangsek maju unutk mengetahui apa yang sdang terjadi, tak terkecuali aku, si Ibu itu mendapat pereawatan dari Pak Mantri tetangga Ninik, kami lega, ada ahli kesehatan menanganinya, tak terduga kejadian mengejutkan itu terjadi, tiba-tiba si ibu Tambun itu membuka matanya, tanpa diduga tangannya mengulur mencekik Pak Mantri, semua orang masih terbengong, belum sadar apa yang sedang terjadi,ERRRRGGHIbu Tambun menggeram, ekspresinya mendelik dengan mulut menyeringai seram sekali, dan tangannya mencekitk pak Mantri dengan kuat, semua orang masih terbengong, tidak ada tindakan m