Kata orang hantu itu takut dengan matahari, alias kalau siang hantu itu kekuatannya melemah,
Baiknya besok siang saja aku pulang dan mencoba cara tersebut,
***
Alarm ponsel berbunyi keras mengganggu pendengaranku, kucoba meraih benda itu untuk kumatikan alrmnya,
Mataku masih sangat berat, aku baru tertidur menjelang subuh, kududukkan badanku dengan susah payah, mencoba mengumpulkan nyawa, kugelengkan kepala kanan dan kiri hingga berbunyi krek….krek, regangkan tubuh dengan merentangkan tangan seluas mungkin, kuhirup udara yang terasa pengap, maklum udara dalam benkel tentu tidak sebagus di kamar rumah, kalo tidak terpaksa aku tidak akan tidur di bengkel, yang notebane banyak sekali bau-bau khas bengkel,
Masih teringat kejadian malam tadi di rumahku aku masih merasakan kengerian, bulu kudukku kembali meremang, aku mengingat kembali rencanaku semalam, untuk mengusir hantu itu,
Setelah ritual membersihkan diri, aku pakai kembali bajuku semalam, karena saat aku lari tidak kepikiran untuk membawa sepotong bajupun, alhasil aku tidak ganti, ku angkat tangan kanan dan kiri untuk mencium bau badanku, rasanya tidak terlalu asam,
Kubuka roling door bengkel, sambil menunggu karyawanku datang, aku melangkahkan kaki ke warung sebelah, warung mbok Nah, aku pesan secangkir kopi, dan mengambil jajanan yang tersedia di situ, ada singkong goreng, dan lain-lain, lumayan buat sarapan,
Jam delapan karyawanku sudah datang semua, ku delegasikan tugas-tugas kepada mereka, sesuai jobdish, aku pamit pada mereka untuk keluar sebentar ada keperluan mendadak
Kulajukan sepedaku menuju pasar tradisional yang kemarin kudatangi, aku berniat membeli garam grosok, (garam yang masih kasar, bentuknya seperti Kristal kecil-kecil dan bersudut tajam, garam ini masih murni dari petani garam, belum masuk atau diolah oleh pabrik, yang kalo dari pabrik biasanya sudah dilabeli merk, dan biasanya ada tulisan beryodium) menurut artikel yang kubaca di geogle tadi malam itu harus memakai garam jenis ini
Setelah ku dapat garam yang dimaksud, aku melajukan motorku pulang, sampai di depan pagar rumah aku parkir sepeda di luar, dengan asumsi, kalo ada apa-apa aku cepat larinya
Pagar kubuka pelan-pelan, seakan-akan takut membangunkan penghuninya,
‘Tapi apa mungkin hantu itu tidur’ batinku
Pelan-pelan aku melangkahkan kaki, kutaburkan garam grosoknya ke seluruh halaman, dengan sedikit berjingkat kulangkahkan kakiku ke pintu, kubuka perlahan pintu agar tidak menimbulkan bunyi, dengan asumsi atau harapan si hantu tidak menyadari kehadiranku
Kutaburkan garam ke seluruh lantai, sambil berjalan perlahan aku naik ke lantai atas, tak lupa setiap langkah kutaburkan garam hingga mencapai lantai atas
Saat mencapai pintu kamar atas, ada sedikit cemas, jangan-jangan saat aku membuka pintu kamar ini, ada kejuatan dari makhluk itu, dengan berdebar-debar dan berdoa sebisa-bisanya, maklum sudah lama tidak ibadah, jadi sedikit lupa, dengan perlahan pintu terbuka, sepi hening, tidak ada gerakan ataupun tanda-tanda perlawanan dari hantu itu
Aku sudah membayangkan ada perlawanan dari hantu itu seperti lihat di televisi saat sang ustad melawan hantu, betapa sangat susahnya ustad mengalahkan hantu itu.
Aku melangkah masuk kamar dengan menabur-naburkan garam keseluruh lantai ruangan
‘hmm… lega rasanya’ batinku sambil berjalan keluar kamar
kututup kembali pintu dengan perasaan lega, sebab tidak terjadi sesuatu apapun
drrrrt drrrt ponsel berbunyi, tertera karyawanku sedang menelpon
“Ya… ada apa Gung….” dengan ponsel di telinga sambil berjalan keluar
“ini ada pak yahya… mau ketemu sama bos” jawab Agung
“oh…ok, aku segera keana, pak Yahya suruh menunggu sebentar” kataku
“Ok…. bos” jawab Agung dan sambungan telepon itupun berakhir
Aku segera berlari kearah sepedaku setelah menutup pintu pagar dan segera meluncur kembali ketempat kerja
*Tanpa di sadari saking asiknya menerima telpon tadi Darto belum menutup pintu rumah secara sempurna, dan ada seseorang yang menutupnya, dan pintu itupun tertutup kembali dengan sempurna
Secepatnya aku memacu motornya kembali ke tempat kerja Sesampai di tempat bengkel, terlihatnya pak Yahya duduk di bangku panjang yang disediakan untuk pelanggan Kusalami pak Yahya, segera mempersilahkan ke tempat ruanganku, kupersilahkan duduk segera kuambilkan minuman dingin yang ada di show cash pendingin yang ada di ruangan itu, “Baik pak memangnya ada perlu apa?” Tanyaku sopan Nampak pak Yahya membenarkan posisi duduknya, kemudian berdehem “Begini dek, apa adek belum bisa menjawab tawaran saya dulu?” Tanya pak Yahya to the point, tapi dengan suara yang terlihat hati-hati Degg aku baru ingat, sekitar dua tahun lalu pak Yahya, yang satu kampung dengan ibuku ini menawarkan putrinya untuk kunikahi, tapi aku beralasan belum siap, aku ingin beli rumah dulu, dan sekarang beliau menanyakan kembali ikhwal itu, secara kan aku sekarang sudah punya rumah, tak kusangka pak Yahya kekeh menunggu diriku “Maaf dek, dengan tidak tahu
‘sepertinya aku pernah melihat kemarin,’batin Darto, dengan spontan Darto duduk, “Maaf mbak, kog mbak bisa masuk kamarku.?” Wanita itu tersenyum sambil beringsut mendudukkan bokongnya di pinggir ranjang menghadap Darto “Kenalkan namaku Mayang.” Ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya, yang terlihat putih mulus, tepatnya pucat Darto yang introvert itu dengan malu-malu menerima uluran tangan gadis itu “Namaku Darto, aku pemilik rumah ini, oh ya bagaimana cara mbak masuk tadi?” Gadis itu tersenyum, Darto terpesona dengan senyum gadis itu, tanpa di sangka-sangka gadis itu tiba-tiba sudah berada di pangkuan Darto, dan dengan agresif mencium bibir Darto, Darto yang terkejut dan terkesima dengan perbuatan gadis itu, badannya terpaku tak bergerak, dia tiba-tiba tak berdaya dan tak bisa menolak, karena dengan cepatnya tubuhnya memberikan reaksi, secara kan Darto sudah cukup usia untuk menikah dan merasakan surga dunia, dan karena sifa
‘Ah, aku segera mandi saja, nanti aku tanyakan bab ini ke pak Gino karyawanku yang sudah tua, umurnya kira-kira 55 tahun, dan sering cerita alam ghoib, secara kan dia berasal dari desa yang terkenal dengan keghoibannya’ Darto mempercepat mandinya, dan segera berganti pakaian kerjanya, dan bergegas pergi dari kamar itu, sebelumnya dia bermaksud untuk ke dapur dulu membuat kopi, agar badanya kembali segar oleh efek kafein Dengan masih ada debaran di jantungnya atas peristiwa yang dialaminya, Darto bejalan dengan langkah lebar, dan sedikit berlari saat di tangga, dengan agak tergesa dia menuju dapur “Auwh” darto sedikit berteriak kaget, matanya kembali melotot dan dadanya kembali berdebar lebih hebat, bibirnya terbuka, saking hebat rasa terkejutnya kakinya bergetar, lututnya serasa tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya demi rentetan peristiwa yang dialaminya ini Bagaimana tidak kaget, peristiwa kemarin terulang kembali, di atas meja sudah tertata denga
Gerakan ini sontak membuat Darto terpaku, tidak bisa bergerak, Darto diam saja membeku, tiba-tiba otaknya menjadi kosong, dan entah bagaimana kejadiannya, Darto secara tidak sadar telah melingkarkan tangannya ke pinggang obyek tak kasat mata itu, kalau di lihat oleh orang lain Darto seperti merangkul benda kosong, tapi tidak bagi Darto, dia bisa merasakan dan menyentuh seorang gadis, Meski Darto seorang pemalu tapi dia seorang pria normal, dan akan bereaksi kalau menerima godaan dahsyat semacam ini. Darto terbawa arus, menikmati gairahnya, dan kembali merasakan sensasi gairah seperti semalam, tanpa disadari dua insan yang sedang di puncak gairah itu sudah berada di atas sofa, Darto bergerak menggila di puncak gairahnya, dan akhirnya Darto kembali puas Darto tertelungkup di sofa panjang itu, dengan rasa lemas dan puas, kalau saja ada yang melihat posisi Darto, pasti merasa heran dan bertanya-tanya, bagaimana bisa darto tertelungkup dengan sedikit mengamb
Darto tersenyum lalu dia merangkul tubuh Mayang, tentu saja Darto merespon, dan tubuhnya kembali bergairah, Mungkin bisa di samakan dengan kemantin baru, setiap saat penuh gairah, dia kembali menegang, mereka kembali berpelukan dengan rapat, DERRRT DERRRRT Hand Phon Darto bordering, mereka menghentikan aktifitas panasnya, Darto mengambil gawainya di dalam sakunya, “Halo…!” suara Darto agak keras, karena dia sedikit merasa terganggu karena terputus kegiatan menyenangkan tadi “Halo Bos, ini ada pak Eka ingin bertemu, bapak datang apa tidak, ini sudah hampir jam 10 lho bos,” Cerocos Agung, karyawan kepercayaan Darto ‘Ah sial… aku sampai lupa kalau ada janji dengan pak Eka’ “Ok Gung suruh tunggu ya, aku OTW” *kebiasaan orang kita, padahal belum juga berangkat, “Mayang, aku berangkat dulu ya,” pamit Darto Tentu saja tidak ada jawaban, “aku pulang sekitar jam lima, kamu baik-baik dirumah”
Hari masih siang, jam satu saat matahari sangat terik Sampai di depan rumah, dengan tergesa Darto membuka pagar, memasukkan sepeda dan memarkirkan dengan asal, Saking tergesanya sampai mengabaikan sapaan pak Ustad tetangga depan rumahnya, pak ustad mengernyitkan dahi, dengan expresi rumit Setelah masuk kedalam rumah, Darto memanggil-manggil seseorang “Mayang…Mayang…!” Tiba-tiba tangan darto ada yang menggenggam menandakan kehadiran Mayang Darto terenyum, lega tatkala Mayang merespon panggilannya Tangan kasat mata itu membimbingnya ke sofa Darto mengerti maksud dari makhluk itu, yang artinya dia di suruh duduk di sofa Darto menghempaskan tubuhnya di sofa seperti keinginan Mayang, pikirannya sudah berkelana ‘apakah Mayang ingin mengajakku bercinta kembali di sofa?’ batin Darto sambil seulas senyum terbit di wajahnya Dia menunggu apa lagi gerakan yang akan dilakukan Mayang, Darto mendengar suara lan
Kini sudah satu tahun Darto menjalani kehidupan menyimpang seperti itu. Hari ini Hari minggu, Darto libur, sampai jam sembilan pagi dia belum juga bangun, tentu saja seperti sebelum-sebelumnya, semenjak ada wanita tepatnya Hantu yang berperan sebagai isrinya itu, Darto selalu saja minta dilayani, usianya menginjak tiga puluh tahun, dan selama ini tenang-tenang saja dalam menangani hasratnya, tapi semenjak mengenal nikmatnya bercinta dengan ada patnernya, dia jadi selalu menginginkannya, kata orang itu namanya masih hangat tai kucing, masih menggebu-nggebunya seperti kemantin baru, Mayang bekerja selayaknya seorang istri, memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, tentu saja hanya dalam rumah yg bisa dia kerjakan, sebab di luar khan tidak mungkin, bias heboh kampung ini jikalau ada yang melihatnya hingga jam sebelas baru kelar pekerjaanya, Darto terbangun, saat perutnya terasa lapar, dia mengelengkan kepalanya hingga berbunyi kretek-kretek… setelah itu
“Maaf om… ini dari abah, depan rumah, lagi syukuran kakak Lulus sekolah” Seorang anak kecil Usia sekitar lima tahunan berdiri di depan pintu, sambil menyodorkan bungkusan, biasanya sih isinya sekotak nasi dan sekotak jajanan “Eh iya dek… terimakasih ya…semoga berkah…”timpal Darto sambil menerima bungkusan kresek itu Tiba-tiba anak itu mendellik, kemudian menutup matanya dengan tangan, “Waduh pacar om kog nggak pakai baju, hi…malu….” Cicit anak balita itu sambil berlari Darto terjengit, lalu menoleh ke dalam rumah, dia tidak melihat apa-apa, tapi yang di katakana anak itu sepertinya merujuk pada sosok Mayang, Darto berjalan kedalam sambil terus kepikiran kata-kata anak itu, bagaimana mungkin anak itu bisa melihat sosok Mayang, dia yang sampai bercinta dengannyapun sampai sekarang tidak bisa melihatnya, kecuali dalam mimpi “Mayang, apa benar anak itu bisa melihatmu,” <Sepertinya iya mas, dia tadi menatapku >