Share

BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG
BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG
Author: Dediya

Berita viral

“Gimana kabarnya Amel, Bu? Sudah lama aku gak dengar suaranya. Aku merindukannya, Bu. Ponselnya Amel juga gak bisa dihubungi. Kira-kira dia ke mana ya?” tanyaku pada Ibu. 

Saat ini aku sedang berbicara dengan keluargaku melalui sambungan telepon

“Amel baik-baik saja, Bayu,dia tidak bisa dihubungi karena ponselnya rusak gara-gara kena susunya Arka,” jawab Ibu yang menjelaskan kenapa ponsel istriku tidak bisa dihubungi. 

“Lalu kenapa Ibu gak kasih tau Bayu kalau ponsel Amel rusak? Bayu kan jadi khawatir?”

“Ya Ibu gak mau kamu jadi kepikiran. Makanya ibu gak hubungi kamu sebab takut ganggu kerjaan kamu di sana.”

“Iya, Bayu, kita ini nggak mau ganggu kerja kamu. Makanya kita diam saja. Nanti kalau kita mengadu ini dan itu takutnya bakal mengganggu konsentrasi kerjaan kamu. Makanya kita nunggu kamu telpon duluan aja.” Mbak Sita menimpali. 

Ia kakakku yang tinggal bersama Ibu dan kedua anaknya sedangkan suaminya juga sama sepertiku merantau ke luar pulau. Hanya saja, kami berdua berbeda pulau. 

“Terus sekarang amel ke mana, Bu, Mbak? Tolong berikan ke dia ponselnya, sebab aku mau bicara.”

Posisi ponsel di-loudspeaker, makanya Mbak Sita bisa menimpali obrolan aku dan Ibu. 

“Amel tidak ada di rumah kontrakannya. Dia lagi menginap di rumah orang tuanya. Nanti, kalau Amel pulang, Mbak dan Ibu akan beritahu kamu,” sahut ambak Sita padaku.

“Emangnya ada apa sih? Kok kelihatannya penting sekali. Sebab setiap kamu menelpon pasti selalu menanyakan Amel,” imbuh Mbak Sita. 

“Ya kangen aja, Mbak. Sudah hampir dua bulan kalau kuingat, aku dan Amel tidak bertukar kabar. Bahkan, kabar Arka saja aku tidak tahu. Aku kan juga ingin video call dengan mereka berdua, Mbak. Emangnya gak boleh ya aku mau tahu kabar istri dan anakku?”

“Ya boleh aja sih, Bay. Tapi kan kesannya kamu kayak yang gak percaya aja gitu sama aku dan Ibu. Soalnya setiap kali telepon pasti yang ditanya Amel, Arka, Amel, Arka aja terus. Lagian salah siapa ponselnya rusak.”

“Ya kalau begitu suruhlah dia itu beli, Mbak.”

“Istrimu itu susah kalau dikasih tahu, Bay. Sudah berapa kali Mbak dan ibumu mau belikan dia ponsel dan menyuruh untuk membeli ponsel agar bisa kamu hubungi. Tapi jawabannya selalu sayang uangnya. Ya kita bisa apa kalau dia bersikerasnya seperti itu.” Kali ini Ibu yang menimpali. 

Aku menghela napas sejenak, entah kenapa rasanya ada yang ganjil, tetapi tidak bisa menebaknya. Sudah hampir dua bulan aku tidak pernah bisa berbicara dengan Amel dan Arka. Setiap menghubungi Ibu dan Mbak Sita pasti jawabannya selalu ada saja. 

Namun, untuk terus mencecar keduanya sungguh aku tidak enak hati. Mereka Ibu dan kakakku. Takutnya nanti mereka justru tersinggung. 

 

“Baiklah kalau begitu. Kalau Amel sudah pulang tolong kabari aku ya, Mbak, Bu. Aku merindukan istri dan anakku.”

Setelah berbasa-basi dan mengucapkan salam akhirnya kami menyudahi obrolan. Kuletakkan ponsel di atas kasur yang kutempati ini. 

Sebenarnya aku ingin membicarakan hal penting pada Amel. Aku berniat  untuk mengajaknya tinggal bersamaku di sini. 

Setelah dua tahun lamanya aku berjuang di pulau orang akhirnya kerja kerasku membuahkan hasil. Ini juga pasti berkat doa Amel dan Arka selan doa Ibu tentunya. 

Pekerjaan di luar kota menjadikanku jauh dari keluarga. Aku bekerja di kalimantan di sebuah perusahaan pertambangan. 

Aku baru bisa pulang satu tahun sekali. Aku sangat bersyukur sebab Ibu, kakak, dan istriku sangat akur.

Selama ini banyak sekali berita ipar,mertua dan menantu yang tidak akur, tetapi berbeda dengan Amel. Hubungan keluargaku dengannya terbilang baik. Itulah sebabnya aku bisa lebih tenang meninggalkan anak dan istri di waktu berangkat jauh untuk bekerja.

Selama bekerja di kalimantan nafkah yang kuberikan untuk keluarga alhamdulillah lancar. Aku selalu ditransfer ke rekening Mbak Sita sebab Amel sudah lama tidak mengaktifkan rekeningnya. 

Ia sering lupa nomor pin ATM. Itulah sebabnya selama ini selalu menumpang di rekening Mbk Sita. 

Aku dan Amel sudah menikah selama tiga tahun. Setahun pernikahan belum diberi momongan. pada saat itu hidup kami sangatlah pas-pasan. Sebab saat itu pekerjaanku hanya serabutan dan cukup sulit mendapatkan pekerjaan meski aku lulusan sarjana.

Di tahun kedua pernikahanku barulah kabar bahagia datang dari Amel bahwa dia hamil. Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah Amel, tetapi sayangnya aku harus berangkat ke pulau kalimantan sebab lamaran pekerjaan yang kuajukan diterima. 

Demi merubah nasib, akhirnya Amel merelakanku untuk pergi dan kita pun menjalani hubungan LDR. 

 

Kusudahi lamunanku, kini aku kembali mengambil ponsel dan membuka-buka media sosial yang sedang digandrungi hampir semua orang baik tua maupun muda. 

Saat tangan ini terus men-scroll layar tiba-tiba ada satu postingan yang membuatku tertarik saat membaca tulisan besar di akun bernama Netizen Konoha. Di sana captionnya tertulis huruf besar. 

[Sungguh kasihan ibu ini, ditinggal merantau suaminya tapi tidak pernah dikirimi nafkah hingga mengharuskannya bekerja sebagai pemulung padahal suaminya bekerja di pertambangan. Naasnya lagi, saat ini anaknya sedang mengidap penyakit TB. Bagi yang mau membantu Ibu ini dan anaknya bisa kirimkan donasinya ke nomor rekening yang tertera di caption]

Awalnya aku masih biasa saja saat melihat video seorang wanita berjilbab sembari menggendong seorang anak kecil yang wajahnya ditutupi dengan kain yang digunakannya untuk menggendong. Sepertinya anak itu sedang tertidur. 

Hingga sampai pada saat sosok wanita itu menampakkan wajahnya di kamera. Mataku membulat karena ternyata wanita itu adalah Amel ….

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
@1001lamunan
Lucu, ketawa-ketawa bacanya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status