Share

2

Penulis: lxmonozero
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 12:06:41

Jam istirahat kedua sudah habis dari lima belas menit yang lalu. Tapi, guru belum juga masuk ke kelas. Alhasil, suasana kelas tidak terkondisikan.

Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kegiatannya seperti ghibahin orang, nonton K-pop sambil teriak-teriak, nonton XXX dipojokan, gitaran sambil nyanyi-nyanyi tidak jelas dan sebagainya.

Sama halnya dengan cowok yang duduk diatas meja dengan menyandarkan punggunya ditembok. Dia asyik dengan handphonenya. Entah apa yang dia mainkan.

"Lang!"

"Anter gue, yuk!" ajak Roney menyadarkan Elang dari kesibukan memainkan ponselnya.

"Kemana, Ron?" tanya Elang dengan mata fokus ke ponselnya.

"Gue mau ketemu orang" jawab Roney pelan.

Elang mengerutkan dahinya "Siapa?"

"Ayolah, anterin gue dulu" jawab Roney sekenanya.

Elang memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Tanpa basa-basi menuju ke parkiran. Roney tersenyum senang dan membuntuti Elang dari belakang.

"Anterin gue ke jalan Cassablanca" ucap Roney menyuruh Elang.

"Hum?" Elang menghidupkan

mobilnya.

"Bukannya itu..." Elang tidak melanjutkan ucapannya.

Jalan itu terdengar familiar di telinganya. Tapi, Elang tidak tahu itu tempat apa dan dimana letaknya.

"Iya. Buruan ah" titah Roney setelah memakai seatbeltnya.

"Emang itu dimana si?" tanya Elang.

Roney menepuk jidatnya.

"Gue kira lo tau"

Elang menggelengkan kepalanya.

                               ***

Ting!

Maya membuka pesan yang masuk ke ponselnya.

Gue lagi otewe

"Okay!" ucap Maya tanpa membalas pesan tersebut.

Maya kini sedang di Cambria Club. Tepatnya, berada didepan clubnya. Maya ingin masuk. Tapi, dia sedang sakit. Dua jam lagi club itu baru buka. Bisa saja sih, Maya masuk. Karena Maya juga memegang kunci cadangan. Tapi, lagi-lagi Maya sedang tidak mood dan perutnya sedang bermasalah.

Tidak lama kemudian, mobil sport hitam terpakir tidak jauh dari tempat Maya berdiri.

"kayanya itu deh" batin Maya.

Seorang lelaki keluar dari mobil itu. Tapi, bukan dari bagian pengemudi.

"Ngegrab kah dia?" batin Maya menebak.

"Hai...  " sapa Roney dengan senyuman.

"Manis" batin Maya memuji.

"Hai, juga" balas Maya. Maya dan Roney saling berjabat tangan.

"Maya Imelda,ya?" tanya Roney ramah.

"Iya. Anda?" tanya balik Maya.

"Roney Satria"

"Masih SMA?"

"Iya. Kelas tiga"

"Ohh.."

Roney terdiam bingung harus mengeluarkan kalimat apa lagi.

"Sebentar ya" pamit Roney.

Kemudian Roney berlari menuju parkiran menghampiri Elang.

Tok .. tok .. tok.

Roney mengetuk kaca mobil.

"Kenapa?" tanya Elang.

"Elo cabut duluan aja" jawab Roney.

"Terus elo balik sama siapa?" tanya Elang yang membuat Roney berfikir.

Roney menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Hee.. gatau" jawab Roney dengan cengiran polosnya.

"Gue tungguin disini"

"Pulang aja, Lang. Takutnya gue lama. Gue gapapa" bujuk Roney.

Elang terdiam untuk berfikir. Jika itu maunya Roney. Yasudah.

"Yaudah. Gue duluan ya"

Roney mengacungkan jempolnya.

"Makasih, Lang" ucap Roney tulus.

Elang mengangguk.

"Selamat bersenang-senang!"

"Haha.. bisa ae lu"

Mobil Elang keluar dari parkiran. Roney bergegas menemui Maya lagi.

"Siapa? Grab?" tanya Maya penasaran.

"Haha. Bukan. Itu temen gue" jujur Roney.

"Oh.. elo gak punya mobil?"

"Nggak..." jawab Roney pelan. Kepala Roney menunduk malu.

"Aishh.. salah sasaran gue" batin Maya.

"Oh.." Maya menanggapi sewajarnya.

"Gue pengen ketemu elo, bukan buat make elo kok" jelas Roney.

Hati Maya mencelos mendengar salah satu kata yang diucapkan Roney. Maya teringat sesuatu.

"Elo dapet nomer gue dari siapa?" tanya Maya nyolot.

"Dari Rere"

"Rere?"

"Iya. Rere partner lo kan?"

"Kampret lu,Re" umpat Maya pelan. Namun, terdengar oleh Roney.

"Gue kira dapet dari apps. Kalo dari apps kan cowoknya gak main-main. Pasti berduit semua" batin Maya.

"Lucu banget lo May. Haha"

Maya mendelik menatap Roney yang sedang menertawakannya.

"Lucu, lucu. Kucing lo tuh lucu!" ucap Maya sebal.

"Haha. Yaudah, gemes aja deh"

Maya menatap tajam Roney tanpa membalas ucapannya.

"Hehe" Roney nyengir memamerkan giginya yang rapi.

Maya terdiam.

"Kok cakep?"

Roney menjadi salah tingkah dengan diamnya Maya. Maya diam dengan mata tidak berkedip memandangi Roney.

"Ikut gue, yuk" Roney tidak sadar menarik lengannya Maya.

Maya memandangi tangannya Roney yang kini sedang menggenggam lengannya.

"Ayo! Kok diem?"

"Seriusan mau jalan kaki?"

"Iya. Terus?"

Maya melepaskan lengannya dari genggaman Roney dan memanyunkan bibirnya.

Roney mengerti.

"Deket sini kok. Ngga nyampe 15 menit"

Maya teringat sesuatu.

Kalau bukan untuk mempertahankan hidupnya agar tidak menjadi gelandangan. Maya tidak akan repot-repot berjalan bersama Roney dibawah panasnya matahari. Ditambah perutnya yang sedang tidak baik-baik saja.

"Yaudah. Ayo!" ajak Maya semangat.

Gantian, kini Maya yang menarik tangan Roney.

"Gue masih pengen tidur dikasur"

Roney tersenyum dengan tingkahnya Maya yang menurutnya sangat lucu. Apalagi kini tangan Roney melekat dengan pas di genggaman tangan Maya.

Lagi-lagi Roney tersenyum memandangi Maya yang kini berjalan didepannya. Tangan mereka tidak lepas. Entah Maya sadar atau tidak. Roney tidak peduli.

"Salah.  Belok kanan" pandu Roney.

Maya berhenti sejenak.

"Salah ya" gumam Maya tanpa menoleh.

Kemudian Maya berbelok kearah kanan.

                          

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BERONDONG   61

    Lelaki berperawakan tinggi, atletis dan berambut cepak tengah berlari mencari tempat berteduh. Hujan tidak terlalu lebat, namun cukup membasahi kaos oblongnya.Setelah berada didepan toko roti, pria itu mengibas-ngibaskan tangannya karena terkena tetesan hujan. Lumayan dingin karena tidak memakai jaket."Oon Lang Lang!" umpatnya pada dirinya sendiri."Gue kan pake mobil, ngapain gue turun buat neduh"Elang mendesah kesal merutuki kebodohannya. Namun, sepertinya tidak sia-sia Elang melipir mencari tempat teduh. Kebetulan perutnya juga sangat lapar. Jadi Elang memutuskan untuk makan dulu sebelum menjemput Rere disalon.Akhirnya Elang pun memasuki kedai makanan khas Jepang. Karena hanya itu yang ada didepan mata Elang. Ia malas muter-muter mencari makanan lain. Takut keburu lemas cacing-cacing diperutnya.Setelah masuk kedalam resto, ia langsung memesan beberapa menu."Mas, soba satu. Aoijiru sama air mineralnya satu" pesan Elang pada pelayan resto tersebut."Ada lagi mas?"Elang menggel

  • BERONDONG   60

    "Lo niat kerja apa ngga si nyet?" tegur Elang pada Roney.Sedangkan Roney sedang asyik bersama ponsel ditelinganya. Entah apa yang Roney bicarakan, tapi sesekali Roney tertawa disela pembicaraannya."Oke, siap! Bisa diatur Don. Time and place lo yang atur deh" ucap Roney tanpa mempedulikan Elang.Elang melengos jengah. Kemudian berjalan cepat diremang-remangnya malam. Elang menyusuri bangunan yang sedang dalam tahap pembangunan.Terjun langsung ke lapangan di malam hari memang tidak efektif.Sulit.Tapi apadaya Elang yang berstatus pelajar hanya bisa menggunakan sisa waktunya yang sudah gelap. Namun, disela kegiatan sekolah, Elang tetap terhubung dengan bawahannya yang sedang dilapangan agar tidak ada yang teledor pada saat pengerjaan.Bau rokok menggelitik Indra penciuman Elang. Untung saja bukan rokok lintingan yang bercampur menyan. Bau-baunya sudah lama tidak Elang hirup namun tidak asing di hidungnya."Kumat lagi Lo?" tanya Elang pada orang yang kini sedang menghisap rokoknya.Ro

  • BERONDONG   59

    Maya sangat mengeluhkan kenapa di dunia ini ada hari Senin? Hari Senin terlalu zombie baginya. Bahkan malam Jumat kliwon pun kalah dengan yang namanya hari Senin.Seperti Senin sore kali ini."Jagain adek gue ya, May!" titah Roney dari balik kemudinya.Maya tidak menjawab. Hanya menyuguhkan wajah yang tertekuk berlipat-lipat. Roney terkekeh saat melihat Maya yang manyun sambil melihat jalanan."Nyampe kontrakan lo setrika tuh muka lo. Kusut amat" ucap Roney sambil tertawa.Maya tidak menjawab lagi.Roney kemudian terdiam karena hanya dirinya yang tertawa,"Euh, gak lucu ya?" ucap Roney kikuk.Maya tidak keberatan kalau saja hubungan antara dirinya dan adik Roney dalam kondisi baik. Maya masih menyimpan sedikit kesal dengan Melan yang cantik dan tidak sopan itu. Setelah kejadian salahpaham di rumah Elang dulu tentunya.Padahal sudah sangat lama. Tapi, Maya masih sulit berdamai."Dari tadi lo belom ada ngomong loh May. Gak gatel tu mulut dari tadi ham hem ham hem doang kek Nissa Sabyan?"

  • BERONDONG   58

    "Emhhh.."Tubuh Elang yang menggiurkan menggeliat di sela tidurnya. Tidak lama kemudian ia menguap dan perlahan membuka matanya yang terasa berat.Cahaya matahari yang begitu hangat menelisik masuk melalui jendela yang tertutup tirai putih. Rupanya hari sudah pagi. Ah, ataukah sudah siang?Elang tidak tahu."Pagi sayang" sapa seorang wanita dengan suara serak.Mata Elang menyipit mengadaptasikan dengan cahaya yang memenuhi ruangan bernuansa putih itu. Agar terlihat jelas siapa kini wanita yang ada disampingnya.Wanita cantik dengan badan yang tertutupi selimut tebal. Pundaknya yang putih terlihat menggoda dengan hiasan rambut yang jatuh terurai.Elang terpana sebentar. Lalu akhirnya...Sadar.Elang tidak memakai celana kolor. Ia coba raba-raba sekali lagi memastikan memang tidak ada sehelai kainpun yang menempel diselangkangannya."Sial!"Elang memejamkan matanya sambil mengepal tanda menyesal."Re, pake baju kamu!" Ucap Elang tegas.Raut wajah Rere pucat pasi. Tidak menyangka sambuta

  • BERONDONG   57

    Tangan Elang yang terkepal ia pukul-pukulkan ke pahanya. Hatinya terasa panas. Nafasnya pun memburu. Apa yang tadi ia lihat sungguh diluar dugaan. Elang tidak rela Maya berpenampilan seperti itu. Elang juga tidak suka ketika Maya bermanja pada orang lain.Semua tentang Maya, Elang tidak suka."Ck... Sebenci ini gue sama dia" batin Elang.Elang masih tidak mengerti ini perasaan apa. Seperti benci namun tidak berkepanjangan. Elang benci hanya pada saat tertentu saja. Selebihnya...Nyaman."Door!!"Seorang wanita cantik menepuk pundak Elang lumayan keras dengan suara yang nyaring. Wanita itu kemudian memeluk leher Elang dan mencium pipi Elang dengan gemas."Kaget gak yang?" tanya Rere disertai tawa renyah."Jantung aku kaya mau turun ke usus tau Rere.." jujur Elang sambil berusaha melepaskan pelukan Rere."Haha... Lagian ngelamun aja si. Ngelamunin aku yah yang?" Rere mencium pipi Elang lagi.Elang mulai risih,"Udah ya Re. Malu diliat orang-orang" tegur Elang dengan lembut.Elang tidak b

  • BERONDONG   56

    "Apa jangan-jangan lo udah dimasukin sama dia Tan?"Maya melotot kaget,"Ngawur lo setan!"Jantung Maya hampir copot saat ditembak pertanyaan seperti itu. Bukan "udah" tapi "hampir". Setelah pengakuan malam itu...Maya dan Elang saling menikmati manisnya bibir-bibir mereka yang polos.Mereka awam dan belum pernah melakukan deep kissing.Sayang sekali.Maya menggeleng-gelengkan kepalanya berharap momen itu tersapu dari otaknya.Ngeri-ngeri sedepNgeri hamilNgeri ngeliat badan bugil laki-lakiMaya begidig sendiri membayangkannya."Lah kok mukanya merah?" skak Toro dengan tawa renyah."Ahhh.. udah sih ini mah anjir. Si Elang beruntung banget bangke" Toro tertawa lagi.Plak!"Apaan si Tor!" Maya memukul lengan Toro."Gue ga pernah anu sama Elang ya. So tau aja lo!" Maya kemudian mencubit lengan Toro karena merasa tidak puas kalau hanya memukulnya saja."Aaaa... deuh deuhh deuh! Sakit woy!""Ngapain kalian nyebut-nyebut pacar gue?"Toro dan Maya menoleh dengan terkejut. Rere sudah ada disa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status