"Kau mau lepaskan atau tidak aku akan --" ucap Esme terpotong dengan wajah kesalnya
"Akan apa ? Menendangku ? Cobalah kalau kau memang berani." balas Austin tidak takut
"Kau belum tahu rasa tendanganku yah. Kalau begitu rasakan saja jika memang kau penasaran." balas Esme terpancing masuk ke dalam perangkap Austin
Sebelum Esme ingin meluncurkan aksinya ia sudah terlebih dahulu di gendong oleh Austin. Esme bagaikan butiran kapas bagi Austin, Esme hampir saja menjerit karena tiba tiba Austin langsung menggendongnya dengan sangat cepat dan sangat mudah. Hanya dengan menarik dan mengangkat tubuhnya, sekarang Esme sudah berada tepat di gendongan Austin.
"Gunakan akal sehatmu Austin. Lepaskan Aku !!" ucap Esme terus bergeliat seperti cacin kepanasan saat digendong oleh Austin
"Tidak." balas Austin singkat, jelas dan juga padat. Bahkan Austin sama sekali tidak merasa terkecoh a
Saat sampai di São Paulo International Airport Brazil tidak ada satupun dari Esme maupun Austin yang juga memulai perbincangan di antara mereka berdua. Dan sebenarnya Esme juga tidak mempermasalahkan Austin akan terus berdiam diri sampai satu minggu kedepan tetapi karena yang sedang Esme hadapi adalah untuk kelangsungan project yang ia kerjakan. Maka mau tidak mau ia tetap harus membuat Austin terus menginginkannya. Ketika sudah turun dari pesawat pribadi milik Austin, diluar pesawat sudah terdapat mobil sport yang sudah menjemput mereka."Kita akan kemana sekarang ?" tanya Esme ketika sudah berada di dalam mobil berduaan dengan Austin"Bukan urusanmu." jawab Austin yang terlihat masih menyimpang kekesalannya'Yasudah kalau memang tidak ingin berbicara denganku, toh aku juga tidak peduli' batin Esme berucap dalam hatinya"Kau diamlah di rumah dan jangan kemana mana ..." ucap Austin mengingatka
Esme langsung menyipitkan matanya dan langsung melihat ke salah bentuk tatto yang begitu ia ingat dan kenal dengan orang tersebut. Ia adalah Joseph Busto, salah satu mantan agent CIA bagian IT. Jangan ditanya mengenai kemampuannya ia adalah orang paling handal dalam memecahkan sebuah masalah yang berhubungan dengan IT. Ia sempat menjadi kepala utama di bagian IT tapi sayangnya entah ada angin dari mana, Esme langsung mendapat kabar kalau ia mengundurkan diri."‘Está borracho. Confías en este tipo que está tan borracho" ucap Austin ketika melihat Joseph masuk dengan keadaan yang hampir jatuh(Dia mabuk. Kau percayakan semua ini kepada orang yang Alcoholic seperti dia ?""Créeme, cuando veas sus habilidades. No tiene rival." ucap laki laki yang berpakaian trendy itu(Percayalah padaku bro, jika kau sudah melihat keahliannya maka kau akan tau kalau dia tiada tandingannya.)
Austin langsung menarik dagu Esme dan menatap manik mata Esme dengan begitu lekat hingga tidak mempedulikan hal lain melainkan hanya berpusat pada manik mata Violet nya. Esme rasanya seperti terbakar dengan tatapan Austin yang seperti ingin melahapnya habis habisan seperti hewan buas yang baru menemukan mangsa segarnya. Dalam hatinya Esme sedikit bergidik ngeri dengan tatapan Austin yang membakar seluruh tubuhnya ..."Bukankah harusnya kau mandi karena kau baru saja pulang dari luar." ucap Esme berusaha untuk menepiskan suasana hening dan sepi ini"Sepertinya tidak hanya aku saja yang belom mandi." ucap Austin yang ikut menyadari Esme masih menggunakan pakaian yang sama'Sialan aku juga belom lama sampai makanya belom mandi ...' batin Esme menggerutu ke dirinya sendiri"Kalau begitu aku pun akan segera mandi sekarang..." ucap Esme langsung beranjak pergi dari hadapan AustinTapi
Esme segera keluar dari ruangan kamar mandi setelah beberapa menit berada di dalam yang hanya berdiam diri menatapi dirinya sendiri di pantulan cermin. Esme sudah menduga kalau Austin pasti langsung menoleh dan menunggunya keluar, karena hal itu ketebak dari pertama kali Esme keluar. Tetapi detik setelahnya Esme menampilkan senyum miringnya ketika melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Austin yang tampak tidak percaya ...'Aku tidak akan semudah itu melakukannya di depanmu' batin Esme berucap dalam hatinya"Aku yakin kau akan sakit setelah ini." ucap Austin yang masih melongoEsme sengaja keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe nya yang masih basah walaupun di dalamnya Esme sudah mengenakan lingerie tersebut. Esme memang sengaja dan ia sudah bertekad kalau ia akan mengenakan bathrobe basah ini selama semalam penuh dan berjanji untuk tidak akan melepaskannya."Aku akan lebih memilih untuk saki
Pagi harinya Esme terbangun dengan kondisi tubuhnya yang begitu sehat dan nyenyak karena kemarin malam Esme dapat tertidur pulas tanpa ada sebuah gangguan sedikitpun dari laki laki buaya kelas kakap yang entah tidur dimana ia kemarin malam. Esme segera turun dari kasurnya dan segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Esme juga sempat melihat jam yang baru menunjukkan pukul 5 pagi.Seharusnya Austin masih belom bangun untuk jam segini, batin Esme menebak nebak dalam hatinya. Setelah Esme selesai mandi ia langsung membereskan kembali sofa yang sempat ia dorong ke arah pintu agar pintunya tidak bisa terbuka lalu langsung membuka kuncinya. Suasana dirumah Austin begitu sepi, suram sekali di dalam. Esme tidak melihat ada orang yang berlalu lalang di koridor ruangannya berada. Dan seketika Esme mendapati Kiana yang sedang berjalan menaiki anak tangga ..."Morning Kiana..." sapa Lawrence tersenyum"Mornin
"Apa yang ingin kau ketahui dariku ?" tanya Austin tiba tiba sambil menatap dengan manik matanya yang tajam ke manik mata EsmeEsme diam seribu bahasa, apa yang dimaksud oleh Austin ? Kenapa tiba tiba dia bertanya seperti itu pada Esme ? Apakah Austin sudah mengetahui siapa Esme itu ? Sontak Esme langsung menunjukkan wajah bingungnya dan sekaligus sedikit panik."Apa maksudmu ?" tanya Esme bingung"Apakah sebegitu penasarannya kau dengan ruangan pribadiku Esme ?" tanya Austin memanggil nama panggilannyaSontak Esme tentu saja langsung kaget bukan main ketika Austin mengetahui nama aslinya. Walaupun Lawrence juga merupakan nama aslinya tetapi Esme lebih banyak dikenal dan memang nama umumnya. Dan sekarang Austin mengetahuinya, apakah ia juga mengetahui kalau Esme adalah Agent CIA yang sedang bertugas mengawasinya ? Apakah aku akan mati sehabis ini karena mengetahui identitasnya ?
Suasana pesta pernikahan teman Austin di dalam Ballroom yang begitu besar dan megah. Dipenuhi dengan orang orang yang berpakaian sangat rapi dan juga indah. Saat Austin dan Esme memasuki ruangan ballroom tersebut, tidak sedikit pasang mata laki laki yang menatap ke arah Esme dengan tatapan jahilnya. Tetapi Esme hanya membuang muka tak acuh dan mengikuti Austin yang terus menggemgamnya dengan sangat erat.Ternyata Austin membawanya kepada teman-temannya yang sudah memanggilnya dari arah jauh. Esme sempat mengenali beberapa wajah dari mereka, beberapa pernah Esme temui ketika berada di Sixth sense dan ada satu orang yang masih Esme ingat wajahnya yaitu partner bisnis gelap Austin. Austin dan teman-temannya pun mengobrol menggunakan bahasa Spain yang tentu saja dapat Esme pahami. Sedangkan Esme sibuk dengan mengamati seluruh ruangan terlebih kepada tamu yang diundang.Dan ketika Esme melihat ke arah sebrangnya tepat disitu terdapat dua sepasang
Esme langsung merasakan sebuah tangan yang begitu hangat yang dengan leluasanya menyusuri setiap jengkal kulitnya dengan perlahan dan begitu lembut. Posisi dimana Esme yang hanya mengenakan pakaian dalemannya saja membuat Austin dapat dengan asik melakukan aksinya sekarang. Esme sedikit memejamkan matanya untuk menahan sensasi rasa geli dari perutnya karena tangan Austin yang terus menggodanya di bagian perutnya."Apakah kau takut, Esme ?" tanya Austin dengan suara rendahnya tepat di teinga EsmeEsme berbalik ke arah belakang sehingga sekarang mereka saling berhadap-hadapan satu sama lain. Esme menjawabnya dengan sebuah gelengan dari kepalanya, dan melihat hal itu Austin langsung menerobos dan mencium Esme dengan sangat brutal dan juga sangat menuntut. Dalam tautan mulut mereka yang saling beradu, Austin mengarahkan Esme dengan sedikit mendorongnya membuat Esme terus berjalan ke belakang hingga akhirnya ia terjatuh di atas sebuah kasur