Share

RENCANA KEPERGIAN

last update Last Updated: 2022-07-15 12:44:36

BIARKAN AKU PERGI (2)

Kutatap foto di akun itu sekali lagi. 

Tiba-tiba mataku mengembun. Aku seperti tak percaya. Baru saja aku merasakan manisnya cinta dari Mas Bayu. Tetapi rupanya begitu cepatnya cinta itu telah ternoda. 

Benarkah Mas Bayu mencintaiku? Apakah kemaren itu bukan cinta? Apakah dia hanya pura-pura mencintaiku untuk menyenangkan hatiku? Jangan-jangan dia bilang ingin punya anak karena desakan orang tuanya. Karena, kami sudah dua tahun menikah dan belum ada tanda-tanda akan memiliki keturunan. Padahal itu semua memang sudah kami rencanakan sebelumnya.

Mendadak aku merasa bodoh dengan sikap Mas Bayu selama ini. Mengapa aku baru menyadarinya sekarang? Kenapa aku terbuai dengan sikap Mas Bayu akhir-akhir ini? Apa itu semua ternyata palsu?

Segera ku sign out akun Mas Bayu. Aku tak ingin dia menyadari kalau akun itu usai dibuka. 

Aku berusaha untuk segera tidur sebelum Mas Bayu pulang. 

Tetapi, mataku tak juga mau terpejam. Bayangan Mas Bayu sedang berdua dengan wanita itu tak mau enyah dari ingatanku. 

Aku bingung harus berbuat apa. Marah? Tentu tidak bisa. Ini sangat memalukan. Bukannya selama ini aku memang tak tahu perasaan Mas Bayu sejatinya terhadapku. Jika aku marah, bukannya bisa jadi Mas Bayu malah menertawakanku. 

Aku sudah merasa kalah sebelum bertanding. Sepertinya, aku yang harus mengalah. Aku yang harus pergi. Aku harus Menyusun rencana kepergianku. Dan rencana ini harus sukses. Aku tak ingin Mas Bayu menghalangi kepergianku. Aku harus segera dapat melupakan Mas Bayu. Melupakannya untuk selamanya. 

Kuhembuskan napas dengan kasar. Kuputuskan untuk bangun dari tidur. Laptop yang tadi telah mati dan kuletakkan, akhirnya kubuka kembali. 

Tiba-tiba ingatanku tertuju pada rencanaku jauh sebelum aku menikah dulu. Sekolah ke luar negeri. Mungkin ini salah satu cara aku pergi dan melupakan Mas Bayu. 

Segera kucari informasi pendaftaran program master.  Beruntung, sekarang sedang dibuka pendaftaran mahasiswa baru. Artinya, aku bisa mendaftar untuk tahun ajaran yang akan segera dimulai. Artinya dalam tiga bulan ke depan aku bisa pergi. 

Ah, tiga bulan. Lama juga ya? Aku menghela napas lagi. Jika aku ingin rencana berjalan mulus, artinya aku harus pura-pura tidak tahu apa-apa hingga tiga bulan ke depan? Bisa kah? 

Ah, tak penting. Yang terpenting aku harus diterima dahulu. Jika sudah diterima, aku bisa berangkat lebih cepat bukan?

Ada banyak beasiswa ditawarkan. Tetapi, proses mendapatkan beasiswa tampaknya memakan waktu. Segera kuteliti uang tabunganku. Selama dua tahun menikah dengan Mas Bayu, aku bahkan hanya sedikit menggunakan uang gajiku. Mas Bayu dengan sangat baik memberiku ATM yang selalu diisinya. 

Aku sedikit bernapas lega setelah melihat biaya hidup di berbagai negara. Sepertinya, tabunganku cukup untuk melarikan diri selama setahun. Toh, nanti di sana aku bisa bekerja, bukan? 

Mataku benar-benar tidak mengantuk. Padahal ini sudah hampir jam 11 malam. Dan Mas Bayu belum menampakkan tanda-tanda mau pulang. 

Aku segera kembali browsing universitas dan negara tujuan yang hendak kudaftar. Berbekal pengalaman di lembaga riset bidang sosial ekonomi, aku sudah bisa memilih jurusan mana yang hendak diambil. Akupun mencari universitas di kota dengan biaya hidup rendah dan tuition fee yang tidak terlalu mahal, mengingat aku akan sekolah dengan biaya sendiri jika aplikasi beasiswa tidak ada yang lolos. 

Deru mobil masuk rumah sudah terdengar. Aku segera mematikan laptop dan meletakkannya di meja kecil di sebelah tempat tidur. Si*alnya aku tidak bisa tidur kalau belum ke toilet dahulu. 

“Kamu belum tidur, Ra?” tanya Mas Bayu saat kami berpapasan karena aku baru dari toilet. Dia sepertinya kaget mendapati aku masih terjaga.

“Dari mana, Mas?” tanyaku tanpa mengindahkan pertanyaannya.

“Ketemu temen,” ujarnya singkat. 

Aku hanya mengangguk lalu beranjak ke tempat tidur. 

Entahlah, malam ini aku merasa dia lain dari biasanya. Atau hanya perasaanku saja karena aku baru melihat faktanya hari ini. Tapi, segera kusingkirkan perasaan itu. Masih ada waktu tiga bulan, dan aku tak ingin sampai rencanaku ketahuan olehnya. Lebih baik, aku bersikap biasa saja. 

--

Di kantor, saat jam istirahat, aku manfaatkan untuk mengirim aplikasi. Beberapa persyaratan yang membutuhkan dokumen baru pun kupersiapkan dengan matang, misalnya hasil tes Bahasa Inggris. Semua persyaratan sudah aku siapkan dalam satu folder. Hal ini memang karena aku pernah berniat sekolah lagi sebelum menikah. Tapi, impian itu kandas karena aku menikah. Aku sendiri tak pernah membahas hal ini dengan Mas Bayu. Sehingga Mas Bayu tak pernah tahu dengan impian ini. 

Hampir tiap hari aku bersemangat mengecek email untuk mendapatkan progress aplikasiku. Aku sudah tak terlalu memperdulikan Mas Bayu lagi. Selama proses aplikasi ini, aku bersikap biasa saja, meskipun masih sering memergoki notifikasi di ponselnya saat dia tinggal mandi. 

Bahkan, aku masih melayaninya tak kurang suatu apapun, termasuk di tempat tidur. Aku melakukannya semua dengan baik agar Mas Bayu tak pernah menyangka kalau aku sebenarnya hanya berpura-pura.

Hingga akhirnya hari yang kutunggu pun tiba. Aku mendapatkan beberapa surat penerimaan dari universitas. Dan yang lebih menyenangkan salah satunya aku mendapatkan beasiswanya juga, sehingga aku tak perlu repot mengeluarkan biaya. Tabunganku bisa aku pakai buat back up jika beasiswanya kurang. 

Aku memang tidak berniat mendaftar beasiswa pemerintah Indonesia. karena aku tidak ingin meninggalkan jejak yang akan mudah dilacak oleh Mas Bayu. 

Akhirnya, aku memilih universitas di Belanda dengan beasiswa dari organisasi pendidikan di Belanda. Tak mengapa beasiswanya tak sebesar beasiswa dari pemerintah Indonesia. konon, memang standar biaya hidup mahasiswa master memang tidak besar. Berbeda dengan mahasiswa PhD. 

Segera visa studi kuurus. Aku ingin berangkat secepatnya. Aku sengaja tidak memberitahu rencana ini ke Ayah atau ibuku. Aku tak ingin rencanaku sampai bocor. Jika Ayahku tahu, otomatis ayah mertuaku juga akan tahu. Artinya, rencanaku pasti akan gagal. 

Aku sudah mempersiapkan resign dari kantorku. Jauh-jauh hari aku beritahu atasan langsungku dan aku memintanya untuk merahasiakan dulu. Aku pun sengaja tidak menyebutkan secara detil kemana aku akan sekolah dan untungnya atasanku hanya bertanya negara, bukan nama kampusnya. 

Sayang, aku tak dapat membagi kebahagiaanku memperoleh beasiswa dengan Mas Bayu. Bahkan aku malah mendapatkan berita yang lebih menyesakkan. 

Sore itu aku membaca notifakasi di ponsel Mas Bayu saat dia sedang di kamar mandi 

[Bay, jangan lupa besok kita belanja buat persiapan pernikahan kita] 

Seketika mataku membulat. Aku mengucek mataku. Apakah aku salah lihat? 

--

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48 E

    EPILOG Setelah beberapa bulan ikut bekerja di tempat Pak Ahmad, Bayu akhirnya memberanikan diri membuka sendiri usaha pencucian motor di dekat kampus tempat Fahira bekerja. Bayu terlebih dahulu meminta izin pada mantan atasannya itu. Dia juga melakukan pengembangan dengan ide-ide yang dimilikinya. Beruntung, Pak Ahmad tidak keberatan. Malah dia merasa bangga ada anak buahnya berhasil mengembangkan idenya. Bahkan Pak Ahmad mengijinkan tanpa harus memberi bagi hasil apapun terkait ide bisnis tersebut. Bayu menyewa tempat di dekat kampus Fahira. Dia pun merekrut para mahasiswa yang memang merupakan ide awal bisnisnya. Dia ingin membantu para mahasiswa yang membutuhkan uang tambahan dengan memberi kesempatan sistem part time. Bayu memberi kelulasaan waktu bekerja meskipun ada jadwal dan insentif khusus, yang membuat bisnisnya tetap berjalan, tanpa terganggu dengan sistem yang dia bangun. Pada awalnya memang sepi. Bayu harus memutar otak untuk memberikan promo-promo di awal pembukaan

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48 D

    "Mas Bayu! Mas! Bangun, Mas!" pekikku saat kulihat dia tergeletak di karpet. Sementara tangan kanannya mengenggam erat sebuah buket bunga. Segera kuletakkan Nayla di atas karpet. Kulepas juga kain gendongan Nayla dari tubuhku.Kutepuk-tepuk pipi Mas Bayu. Aku langsung meraba nadinya. Nafasnya masih teratur. Hanya wajahnya pucat sekali. Aku teringat dengan kejadian di Belanda saat itu. Segera jendela ruang depan ini aku buka lebar agar udara segar masuk. Lalu kuambil minyak angin. Bantal kuletakkan untuk menyangga kepala Mas Bayu. Tak lama matanya dia mulai mengerjap. “Ra…”panggilnya. Alhamdulillah, tak henti-hentinya aku bersyukur. Mas Bayu sudah sadar. “Minum, Mas…” Aku sudah menyiapkan segelas air putih di dekat Mas Bayu. Kulihat dia langsung menegak habis minum itu setelah aku membantunya untuk duduk. “Aku lupa alamat rumah ini. Aku kemarin habis kerja, beli ini.” Mas Bayu menunjukkan buket bunga dan memberikannya padaku.Seketika aku terharu. Buket bunga yang cantik. Entah

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48C

    Aku terduduk di depan depot yang masih tertutup itu sambil menggendong Nayla. Untungnya, Nayla tidak rewel. Wajah imutnya dan damai, membuatku makin teriris saat memandanginya. Maafkan Mamamu ini, Nak. Yang tak mampu menjaga papamu untuk terus bersamamu, gumanku. Sudut mataku tak sadar mengeluarkan air mata. Hatiku makin nelangsa. Namun, aku segera tersadar. Aku nggak boleh lemah. Jika iya, Nayla pun akan turut menjadi lemah. Dia harus tumbuh menjadi anak yang kuat. Biasanya, akhir pekan aku pulang ke rumah orangtuaku. Awalnya, aku pun berencana ke sana jika Mas Bayu sudah pulang. Pasti Ayah dan Ibu akan senang jika tahu Mas Bayu kini sudah bekerja. Meski bekerja apa saja, aku rasa, orang tuaku tak akan pernah mempermasalahkan. Tapi, justru kini ia kembali menghilang.Ada apa denganmu, Mas? Gumanku. Kembali ponselku bergetar. [Ndhuk, kamu nggak ke sini?] Rupanya pesan singkat dari Ibu.Aku tahu, ibu pasti cemas karena aku sama sekali tidak memberinya kabar kalau tidak ke sana. [N

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48 B

    “Di minum, Mbak…” ujar si ibu penjual es kelapa.Aku mengangguk. Pandanganku tetap tak lepas pada lelaki itu.“Bu, saya nitip sebentar,” ujarku.Tanpa menunggu persetujuannya, aku menyeberang mendekat ke depot cucian motor itu. Sayangnya, belum sempat aku mendekat. Pria yang hendak kudekati menyadari kehadiranku. Diletakkannya alat pembersih yang ada di tangannya. Lalu dia berlari ke dalam. Aku hanya diam mematung di depan depot itu, hingga seorang pria berusia empat puluhan dengan perawakan tambun mendekat ke arahku. “Mencari siapa, Mbak?” sapa pria itu menyentakkan lamunanku. “Mas…ee…Mas tadi yang lagi nyuci…yang masuk ke dalam…” ujarku sedikit gelagapan. Pria itu tersenyum simpul, lalu bertanya penuh selidik.“Mbak saudaranya?”Aku menghela nafas. Ada degup jantung penuh harap dengan pertanyaan pria itu. Aku berharap dia betul Mas Bayu. “Apakah dia bernama Bayu?” Aku mencoba meyakinkan sebelum menjawab pertanyaannya. Pria itu mengangguk, lalu mengajakku menjauh dari depotnya,

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 48A

    Kutanyakan ke tetangga sebelah dan depan rumah, adakah yang melihat Mas Bayu. Semua menggeleng. Meskipun Mas Bayu hanya di rumah, setiap sholat lima waktu selalu ke masjid. Tentu saja tetangga banyak yang tidak asing dengannya. Aku pun bertanya pada marbot masjid, katanya sejak sholat dhuhur sudah tidak ke masjid. Deg! Kemana Mas Bayu? Kususuri jalanan di sekitar perumahan tempat kami tinggal hingga sekitar kampus di mana aku mengajar. Tiga bulan lamanya kami tinggal di kota ini, aku jarang mengajak Mas Bayu jalan-jalan. Sesekali setiap akhir pekan aku hanya mengajak Mas Bayu dan Nayla pulang ke rumah orang tuaku. Jadi, mustahil Mas Bayu kenal baik daerah sini. Apalagi, dia tak punya teman di sini. Pikiranku menjadi kalut. Kemana Mas Bayu pergi? Kalau dia tidak tahu jalan, bagaimana? Karena Mas Bayu sekarang bukanlah Mas Bayu yang dulu. Mas Bayu yang baik-baik saja. Belakangan, setelah kepergian Mama Mertua, Mas Bayu hanya banyak diam dan melamun. Tak bisa disebut normal jik

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 47 B

    “Mas, kamu sudah sadar?” Fahira mendekatkan wajahnya ke wajah Bayu saat mendengar lenguhan suara suaminya itu. Orang tua Fahira beserta kakaknya langsung pulang. Hanya Fahira yang berjaga. Baju milik Fahira dan Bayu sudah dibawakan saat mereka datang membezuk. Sementara Nayla diasuh oleh Wulan di rumah Bayu. Terlalu kecil untuk di bawa ke rumah sakit. Bayu membuka matanya. Raut wajahnya menunjukkan penolakan atas kehadiran Fahira. Matanya mencari-cari kalau-kalau ada kakaknya di sana “Mas, hanya aku yang di sini. Aku yang akan merawatmu. Bukan Mbak Wulan,” ujar Fahira seolah tahu isi pikiran Bayu. Fahira menggenggam tangan Bayu. Punggung tangannya terbalut verban. Bayu menatap Fahira. Matanya berkaca-kaca. Lalu ia berkata, “Ra, kamu tidak seharusnya di sini. Aku tak pantas buatmu.” Suara itu terdengar lirih dan putus asa. Fahira menggeleng. “Siapa bilang kamu tak pantas. Justru, seharusnya akulah yang mengurusmu. Bukan Mbak Wulan. Aku berhutang banyak pada Mbak Wulan. Mbak Wulan

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 47 A

    “Fahira?!” Kedua pria itu saling berpandangan. Bayu segera menyeka air matanya. Ia memastikan yang di depan matanya betul Fahira, wanita yang ditinggalkannya enam bulan lalu, di negeri asing belasan ribu kilometer dari Jakarta. “Mas Bayu?! Itu kamu, Mas? Kamu Mas Bayu?!” Fahira tak percaya dengan sosok lelaki di depannya. Wajahnya tirus, matanya cekung, jambang halus memenuhi sisi kanan kiri wajahnya. Rambutnya gondrong. Benar-benar jauh berbeda dengan enam bulan lalu, saat dia meninggalkan Fahira. Dua pria di depannya kembali saling berpandangan. Fahira tak terlalu memperhatikan Faisal. Fokusnya hanya Bayu. Lelaki yang pernah mengisi hari-harinya lalu pergi begitu saja. “Fahira, jangan ke sini. Biarkan aku pergi.” Mendadak, Bayu membalikkan badannya, lalu ia berlari menjauh. Seolah tak mempedulikan apa yang di depannya, hingga tiba-tiba Bayu sudah tiba di jalan raya yang ada di ujung gang. Faisal dan Fahira saling menatap, karena tak mengira Bayu akan kabur. Begitu menyadari Ba

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 46B

    “Aku malu, Sal. Aku tak punya muka lagi. Ini semua salahku, Sal. Aku yang membuat mama sakit. Aku yang membuat mama meninggal. Semua karena aku. Aku yang telah membuat papa meninggal. Aku yang telah membuat Nabila meninggal. Aku yang membuat Fahira pergi.Andai saja aku tak memaksa mama dan papaku menyetujui aku menikah lagi dengan Nabila. Andai saja aku bisa mengendalikan diriku untuk tidak bertemu Nabila. Andai saja aku tidak menutup hatiku dari Fahira saat itu….” Bayu tak dapat menahan uraian air matanya. Dia kembali tergugu dalam tangis penyesalannya. “Bay, semua sudah takdir…maut itu urusan Alloh. Bukan urusan kita sebagai manusia. Kamu sudah berusaha yang terbaik.” Faisal merangkul saudaranya, agar tenang. “Aku tidak mau Fahira merasa bersalah atas kepergian mama. Aku tak mau Fahira merasa bersalah atas kepergian papa. Aku ingin dia bahagia,” lanjut Bayu. Pandangannya kembali menerawang. Faisal menghela nafasnya, “Kembalilah ke Fahira. Dia wanita yang baik. Dia istri yang bai

  • BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA   BAB 46A

    “Faisal?!” guman Bayu. Mata Bayu melebar saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu ruang tamunya. Biasanya Bayu jarang keluar kamar. Hari ini, Wulan sedang keluar dengan Bi Darni. Setelah ketukan ke sekian, Bayu terpaksa beranjak dari kamarnya menuju ruang tamu dan membuka pintu. Dipindainya lelaki muda yang berdiri di depan pintu. Ya, dia yang selama ini menjadi rivalnya dalam merebut hati Fahira. Tapi, siapa wanita muda yang bersama Faisal. Bukan. Dia bukan adik Faisal. Bayu tahu siapa adik Faisal. “Bayu?!” Faisal tak kalah kaget saat melihat Bayu yang sangat berubah. Penampilannya sangat tak terurus. Matanya cekung, pandangannya terlihat kosong, pipinya tirus dengan jambang halus. Sementara rambutnya dibiarkan panjang hingga melewati bahu. Hampir dia tak mengenalnya. Tapi, mengapa, Bayu bisa berubah seperti ini. Kemanakah Fahira? Terakhir kali dia bertemu Fahira saat Fahira ujian tesis, tanpa Bayu. Setelahnya, Fahira seperti hilang ditelan bumi. Mayang satu-satunya yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status