Share

2. Desas-Desus Legenda

Ketukan suara ujung highheels berirama konstan berdengung di indra pendengaran Jeff. Ah, itu pasti si Kutilang Darat.

Memang bastard! Pukuli saja wajahnya yang seenaknya body shaming itu. Walau julukan tersebut tak salah jika disematkan pada sosok Syahla Monique, tetap saja mantan player sepertinya minim adab.

Sementara si pemilik sepatu berirama itu menghela napas berkali-kali. Terhitung sudah 7 kali ia dipanggil oleh bos barunya hari ini. Padahal semua karyawan telah pulang ke hunian masing-masing lantaran jam kerja telah usai.

Bukan Syahla yang tak beres dalam menyelesaikan berkas-berkas perusahaan, namun bosnyalah yang senantiasa memberi job tambahan baginya tiap kali ia selesai dengan berkas sebelumnya.

Kelar, tambah, kelar, tambah. Begitu seterusnya.

Wanita itu meyakinkan diri bahwa ini adalah ujian sementara baginya. Sesuai info dari karyawan senior di sini, bos barunya adalah orang yang disiplin, kaku, kritis, serta memiliki intelektual tinggi. Tak heran bila baru 5 tahun masa baktinya menggantikan sang ayah, ia mampu membawa nama Leonardo Group ke kancah internasional.

Mengharumkan sekali, bukan?

Ah ya, ada satu lagi. Baru sebulan bergabung bersama Leonardo Group, Syahla disuguhkan dengan desas-desus menggelikan. Bahwa ternyata bosnya ini adalah seorang gay kelas kakap. Begitu kata beberapa karyawan lawas di sini.

Syahla bergidik ngeri membayangkannya. Mimpi apa ia sampai bekerja dengan kaum-kaum penentang kodrat seperti Jeffrin?

"Permisi, Tuan. Ini berkas terakhir yang Tuan berikan, sudah selesai saya kerjakan semua," Syahla mematung di depan Jeff yang sibuk mengecek satu per satu berkas hasil garapan Syahla.

"Uhm, maaf. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, bolehkah saya pulang, Tuan? Mengingat hari telah senja dan--"

"Pulanglah. Besok aku minta kamu, pagi-pagi sudah harus stand by di tempatmu. Menungguku datang sembari mempersiapkan materi presentasi kita terkait pembangunan mega proyek yang akan segera dirapatkan bersama Ruitten Corporate."

Syahla tergelak. Apa-apaan?! Baru juga kerja sebulan.

"Maaf, tapi bukankah presentasinya masih 3 minggu lagi? Dan kemarin sempat saya baca rekapan berkas penting sepeninggal Claire selaku sekretaris lama, bahwa materi tersebut telah ia persiapkan bersama Tuan beberapa hari sebelum ia mengundurkan diri."

Jeff menyeringai. Tak mudah memang mengelabuhi manusia-manusia kritis, "Aku dan dia baru menyelesaikan garis besarnya saja. Tugasmu adalah membuatnya menjadi kerangka materi presentasi yang utuh untuk meminimalisir keraguan dari pihak Ruitten Corporate. Karena ini adalah mega proyek yang telah lama aku tunggu. So, segera kerjakan dan jangan membantah!"

Hahaha, pria dan kekuasaannya memang selalu mampu membuat siapapun bertekuk lutut.

Syahla segera undur diri dari hadapan bosnya. Bisa-bisa pecah kepalanya jika terus-terusan mendengar titah Jeff yang seenak jidat.

Keluar dari ruang kerja CEO, wanita itu berpapasan dengan Marco yang baru akan masuk ke ruangan bosnya.

Tunggu, sang CEO yang berhasil membuat sekretaris pribadinya dongkol itu terkikik. Dan lagi, ia tadi asik memperhatikan pantat Syahla yang flat-flat saja. Jeff berani bertaruh, daging kenyal itu tak memiliki lemak di sana. Apalagi dengan pakaian sedikit ketat seperti tadi, Syahla makin terlihat datar atas hingga bawah. Mungkin bila Marco di sini dan menyaksikannya, pasti mulut jahanam pria itu akan melontarkan kata-kata pedas yang membuat Jeff terbahak-bahak.

"Cerah sekali wajahmu di senja yang terik ini. Apa gerangan yang membuatmu senyum-senyum sendiri bos?"

Baru juga diomongin, si doi sudah nangkring di sofa panjang. Jeff melemparkan majalah dewasa ke arah Marco membuat orang kepercayaannya itu mengaduh lantaran majalah tersebut mendarat di kepalanya.

"Apa para model di majalah itu mampu membuat jhonymu bangun?"

"Ya kalau cuma gambar tak bisa jadi patokan, bos. Kadang iya kadang tidak. Masalahnya denganmu apa?"

"Kira-kira adakah pria di luar sana yang terangsang hanya dengan melihat body Syahla?"

"Pffft, bahahaha."

Whats wrong? Bukannya menjawab, Marco malah menertawakan dirinya.

"Apanya yang lucu?!"

Marco menjeda sejenak gelak tawanya. "Pertanyaanmu aneh. Apa jangan-jangan jhonymu yang bangun saat melihatnya?"

"What the hell?! Do you crazy?!"

"Little bit."

Ah, otak bos dan asisten itu memang sama-sama gesrek.

"Jangankan terangsang, menatap pun enggan," ujar Jeff sembari berdecih.

Marco mendengus sebal lantas melemparkan jaket kulit ke arah Jeff, "Wanita macam papan selancar itu tak usah kau pusingkan. Baiknya kita fokus saja berpesta jalang nanti malam."

Yaya, keduanya akan menghadiri acara launching club ilegal milik salah satu teman sejawat Jeffrin. Acara intinya adalah pesta jebol lobang para pelacur yang telah disiapkan oleh si owner club malam ini secara cuma-cuma.

****

Jeffrin menggulung lengan kemeja formalnya saat memasuki sebuah club di sudut kota. Ia dan Marco terpaksa langsung meluncur ke club tanpa pulang dulu. Bos brengsek itu mengumpat sejadi-jadinya di dalam mobil lantaran arus jalan dipadati kendaraan serupa yang terpaksa harus putar balik karena terjadi insiden kecelakaan beruntun di tengah-tengah ruas jalan.

Duduk di kursi dekat bartender, ia meneguk tequila hingga tandas. Matanya memicing tatkala sesosok pria berpakaian ala bangsawan mendekatinya.

"Hal apa yang membuat wajahmu tampak kusut malam ini, kawan?"

Pria yang barusan adalah Aldric Van Emroyeen, sahabat lama Jeffrin yang juga seorang CEO billioner yang namanya tak asing lagi di kalangan para pelacur kelas kakap.

"Tiap hari wajahnya memang selalu kusut macam sempak tak dicuci seminggu kalau kamu lupa, Tuan Aldric," sahut Marco dengan berani.

Jeff memilih mengabaikan celetukan asisten kurang ajarnya itu, "Sendirian saja, Al?"

"Kamu berharap aku datang bersama siapa, huh?"

"Cih, seperti tidak tau tabiatmu saja. Sejak dulu juga kemana-kemana pasti dikelilingi jalang-jalang dengan bayaran mahal melebihi gaji pejabat."

"Kalau iri bilang, Bos. Kamu nelangsa sebab tak bisa menikmati pesta lobang gratisan ini dengan baik, kan?"

"Tutup mulut sialanmu itu Marco atau aku akan menyumpalnya dengan kaus kakiku saat ini juga!"

Gertakan Jeff mampu membuat Marco terdiam seribu bahasa. Tampaknya mood bosnya ini sedang buruk, baiknya ia tak mengoceh lagi atau nanti nasib buruk menimpanya.

Jeff memberi isyarat pada salah seorang wanita penggoda yang berada di dekatnya. Tubuh semok, bahenol, serta pakaian yang bisa disebut kurang bahan itu berlenggak-lenggok merayu Marco sesuai arahan Jeff.

Huh, biarkan saja mereka bermain-main. Kalau Marco masih di sini, ia pasti makin diolok-olok di depan kawan-kawan bejatnya nanti. Toh wanita barusan tampak begitu lihai menari sensual ala pelacur kelas tinggi, sesuai selera Marco sekali itu.

"Frustasi dengan impotenmu, hm?"

"Haha, sialan kamu Al!"

"Wow wow wow. Lihat siapa ini yang datang? How are you brader? Long time no see."

Seorang pria bertubuh atletis menghampiri keduanya. Remang-remang lampu club tampaknya tak mampu menghalau gemerlap berlian dari jas yang ia kenakan.

Benar-benar serupa bangsawan titisan kerjaan Inggris kuno.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status