Home / Pendekar / BODYGUARD KESAYANGAN / Jangan Asal Bicara

Share

Jangan Asal Bicara

Author: Rosa Rasyidin
last update Huling Na-update: 2023-10-03 08:51:06

Pagi menjelma di Gunung Kalastra. Terasa dingin sangat luar biasa sampai menusuk tulang. Amira tidur dengan menggunakan baju serba panjang, ditambah dengan kaus kaki dan tutup kepala. Jangan lupakan pengawasan Taksaka di atas batu, tanpa berpaling sama sekali. Manusia harimau itu senantiasa patuh pada perintah Gusti Prabu.

“Kok sepi banget, pada ke mana yang laki-laki?” Amira keluar dari tenda. Ia menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba saja dia menoleh ke batu besar itu lagi. Rasanya tadi ada lelaki yang memperhatikannya.

“Perasaan aku aja kali, ya. Tapi kata orang-orang gunung ini, kan, emang keramat. Keramat apaan cobak. Zaman modern gini masih percaya mitos? Banyak siluman gitu. Kalau ganteng nggak apa-apa, sih. Aku pacarin sekalia. Aku putusin Roni sekarang jugak,” ucap Amira takabur lagi.

Taksaka hanya menghela napas saja. Gadis itu seperti mempersilakan Gusti Prabu Abhiseka untuk menjamah dirinya. Tawaran tadi terlalu nyata dan terang benderang. Lelaki yang sedang kedinginan dan baru saja kehilangan pasangan tentu akan menyambutnya dengan suka rela.

“Amira, udah bangun!” Roni datang dari arah berbeda. Ia membawa perlengkapan mandi.

“Udah baru aja. Kalian dari mana? Kok, nggak ngajakin?” tanya gadis cantik itu.

Dia baru bangun saja masih terlihat menawan. Kulit putih dibalik baju tebal. Rambut panjang yang terawat. Serta wajah tanpa satu titik pun dosa. Wajar jika Roni terbuai, Gusti Prabu Abhiseka saja bisa terpikat, bahkan sudah mulai mempersiapkan malam pertama di dalam kamar yang dulu dihuni bersama sang permaisuri.

“Kami habis mandi. Di air terjun sana. Seger banget airnya,” jawab Roni.

Tadi malam aksi mereka gagal. Jadi mereka berempat meredam nafsu dengan berendam seharian. Tentu saja pagi ini bangkit kembali melihat Amira sudah sadar.

“Aku juga mau mandi, donk. Tungguin,” rengek Amira pada Roni. Kesempatan emas bagi para pemuda itu.

“Ya udah ayo, bawa perlengkapan mandi kamu. Aku tungguin sampai selesai,” jawab Roni. Siapa, sih, yang menolak dirayu seperti itu oleh gadis cantik masih perawan ting ting pula di zaman serba bebas.

Taksaka menyadari niat jahat mereka berempat bangkit kembali. Titah sang prabu telah turun. Habisi kalau ada yang berani menyentuh Amira walau hanya seujung kuku. Taksaka menganggguk. Kemudian ia menghilang dari batu besar dan pindah ke air terjun. Menanti beberapa onggok daging segar bisa dibagikan untuk rakyat gusti prabu di sekitar gunung.

Mereka—para manusia harimau jumlahnya ada banyak. Hanya saja tidak pernah menampakkan diri. Pada umumnya tidak suka ikut campur urusan manusia biasa yang gemar membuat onar. Kecuali untuk Amira. Dia mendapatkan perhatian khusus dari sang raja.

“Ayo, Ron, cepet. Duh, air terjunnya cantik banget.” Amira meletakkan perlengkapan mandinya di atas batu kecil. Ia tak menggunakan alasan kaki agar merasakan lebih dalam dinginnya air sungai.

“Hadep sana, Ron. Aku mau ganti baju,” pinta gadis cantik itu.

Roni membalikkan badan. Taksaka memejamkan mata. Beberapa detik kemudian gadis yang telah dipilih oleh Gusti Prabu Abhiseka telah menukar pakaiannya dengan baju renang one piece.

Sekali lagi mereka tidak mengindahkan larangan para penduduk. Wanita tidak boleh ke gunung menggunakan baju di atas lutut. Baju Amira sekarang, bahkan sanggup membuat aliran darah Taksaka memanas. Hanya saja kepatuhannya pada sang prabu jauh lebih besar daripada nafsunya sendiri.

Amira menceburkan diri ke dalam sungai di bawah aliran air terjun yang sedang tidak deras. Gaya renangnya sanggup membuat Roni menelan ludah berat. Tiga teman lelakinya kemudian turun ketika mendapatkan kode darinya.

“Kita mulai sekarang, ya. Gue udah nggak sabaran,” ucap salah satu teman Roni.

Matanya hampir keluar memandang lekuk tubuh Amira yang baru saja naik ke atas batu lagi dan menceburkan diri kemudian.

“Gue duluan.” Roni membuka baju kaus tebalnya.

Dia berjalan mendekati Amira yang kembali naik ke atas batu dan sudah mulai menggigil kedinginan. Pemuda beringasan itu memeluk pacarnya tiba-tiba saja. Amira terkejut, biasanya Roni selalu jaga sikap dengannya.

“Kenapa, Ron, tumben?” Masih saja Amira tak sadar dengan perbuatan Roni.

“Amira. Lepas keperawanan kamu di sini. Kalau kamu memang sayang sama aku,” ucap Roni berbisik di telinga pacarnya.

“Maksud kamu?” Gadis itu berpikir sejenak. Lalu ia sadar apa yang diinginkan pacarnya. Amira mendorong Roni. “Gila kamu, nggak mungkin! Bisa marah papa sama mama aku. Oke, mendaki dibatalin. Aku mau pulang!” Amira meninggalkan Roni dan mencari baju panjangnya. Sayangnya sudah diamankan duluan oleh teman-temannya yang bejat.

“Jangan gitu, donk, Amira. Emang kamu nggak ngerasain dingin di air terjun. Ayolah, aku bisa, kok, kasih kamu kehangatan. Nanti kamu pasti nagih. Malah cari-cari aku buat ngulang lagi.” Roni terus berjalan maju mendekati Amira. Gadis cantik itu mulai ketakutan dan mencoba melarikan diri. Namun, tiga teman lelaki Roni justru telah menghadangnya.

“Jangan ngelawan, Cantik. Nanti sakit, kalau mau sama mau nggak akan kerasa, malah kamu jadi keenakan.”

“Bajingan, bangsat kalian! Cuih!” Amira meludahi salah satu wajah lelaki itu. Justru air liurnya dihirup. Seperti psikopat.

Napas Amira naik turun karena kini ia sudah terdesak di sebuah batu. Roni datang dan meraih tangannya. Namun, pada saat yang sama tangan pemuda itu telah telah terlepas dari tubuhnya. Taksaka memotong tangan Roni dengan belati kesayangannya. Mulut Amira menganga begitu juga dengan teman-temannya yang lain. Darah segar Roni mengotori wajah putih bersih Amira.

“Hantu,” bisik Amira perlahan.

Roni menjerit sekuat tenaga, dan seketika itu ia diam. Mampus, adalah satu kata yang layak mewakili tubuh Roni sekarang. Tidak hanya itu saja, jasad Roni menghilang dan masuk ke dalam tanah di antara bebatuan. Ulah siapa lagi kalau bukan rakyat Gusti Prabu Abhiseka yang dijanjikan daging segar oleh tuannya.

“Setaaan! Lariii!” Teman-teman Roni ketakutan.

Mereka kabur sambil kocar-kacir bahkan kencing di celana saking takutnya. Namun, mereka sudah ditandai oleh Taksaka. Pengawal setia Gusti Prabu itu, menyerang mereka dengan gerakan secepat kilat. Tak sampai satu menit waktu yang dibutuhkan, tubuh mereka semua telah teriris belati tajam. Darah membasahi Gunung Kalastra, sampai air sungai berubah menjadi merah. Mereka mati tanpa pesan.

“Oh My God, oh my god. Apaan ini?” Amira semakin ketakutan. Ia takut akan jadi korban berikutnya. Yang laki-laki saja mati tanpa perlawanan apalagi dirinya yang perempuan.

Tak lama setelah itu suara auman harimau yang sangat ganas terdengar sampai ke telinga gadis cantik itu. Hal demikian merupakan titah lanjutan dari sang prabu agar membawa Amira ke singgasananya. Akan disiapkan sambutan untuk gadis yang akan menjadi permaisuri sang prabu.

Gadis cantik tersebut sudah telanjur berujar akan bersedia tinggal di Gunung Kalastra selamanya bahkan menjadi kekasih siluman penunggu gunung. Tak hanya kekasih saja. Sang Prabu akan menjadikannya permaisuri pula.

Amira terduduk di batu besar, tanpa tahu harus melakukan apa. Gadis itu bingung. Pulang nanti pasti ia akan ditanya di mana teman-temannya yang lain. Sedangkan kalau jujur apa ada yang akan percaya padanya. Dari dulu manusia harimau di Gunung Kalastra hanyalah dongeng dan mitos di kalangan anak muda milenial seperti dirinya.

“Oh my god, help?” Amira menangis.

Seketika itu juga air sungai meluap karena air terjunnya semakin besar. Tubuh Amira hanyut di dalamnya. Ke mana ia akan dibawa oleh Taksaka—sang pengawal yang jangan ditanyakan lagi kesetiannya pada Gusti Prabu Abhiseka.

Bersambung ...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BODYGUARD KESAYANGAN    94

    Abhiseka membuka mata secara tiba-tiba ketika ia merasakan tubuhnya terasa sakit. Lelaki itu sedang menyendiri di puncak Gunung Kalastra. Tanpa kehadiran satu pun pengawalnya termasuk Cakra Buana. “Ada apa ini?” Ia memegang jantungnya yang berdetak kuat. Lelaki itu berdiri perlahan dan hendak turun ke istana. Perlahan-lahan ia melangkah bahkan serasa nyaris tumbang karena raganya tak kokoh lagi. Abhiseka semakin kesakitan. Pada saat ia hampir sampai di depan istana, rasanya lelaki bermata biru itu tak sanggup lagi melangkah. Abhiseka duduk di dekat pohon dan memandang semua pencapaiannya selama menjadi raja di Gunung Kalastra. Anak, cucu, dan cicit yang sudah tewas dan sekarang tergantikan oleh tiga putra yang kini sudah tinggi ukuran tubuhnya. “Apakah ini saatnya?” gumam Abhi sambil menahan rasa dingin yang tiba-tiba merambat dari dari telapak kakinya. Dari kejauhan Amira berjalan ke arahnya, tetapi langkah wanita itu tertahan ketika salah satu putranya mengajaknya bermain. Abhi

  • BODYGUARD KESAYANGAN    93

    Saka mencakar-cakar tabir gaib yang dibuat oleh Sanaha beberapa kali. Namun, benda itu bahkan tak berkurang sedikit pun kadar ketebalannya. Harimau kuning itu mengubah wujudnya menjadi manusia. Ia menarik pedang di pinggang kemudian berkali-kali menacapakannya. Tak menyerah terus diulang Saka tetapi tidak juga ada perubahan. “Tuan, bagaimana ini, nanti Tuan Putri kesakitan di atas sana,” ucap Mei yang tak bisa membantu apa-apa. “Aku juga bingung. Aku belum menguasai dengan baik wilayah ini, aku takut semua akan berakhir tak baik.” Menetes peluh di dahi Saka saking ia telah lelah mencoba. “Kita kembali ke Gunung Kalastra, meminta pertolongan pada Gusti Prabu Abhiseka,” bujuk Mei. “Jangan. Ini bukan urusannya lagi, ini menjadi urusanku. Mei kau tunggu di sini, aku akan kembali ke istana dan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghantam tabir gaib ini.” Saka menghilang begitu saja. Mei tidak bisa melakukan apa pun. Begitu juga dengan peri capung yang menatap dari kejauhan sa

  • BODYGUARD KESAYANGAN    92

    Abhiseka membuka matanya. Ia tidak tidur, hanya sedang mengawasi tiga anak lelakinya bermain bersama Amira. Sang prabu mengulang dari awal lagi membangun keluarga besar ketika semuanya meninggal. “Apa yang kau harapkan dengan mengirim Cahaya ke sana, putraku?” Ratu Swastamita muncul. Abhiseka menoleh. Sang ratu duduk di sisinya. “Aku berharap Cahaya dan Saka bisa membangun semua peradaban kita dari awal lagi, Ibu.” Hanya Abhiseka saja yang bisa melihat Ratu Swastamita yang bentuknya tembus pandang. “Bahkan ibu saja tidak bisa melawan ular hijau itu. Apalagi Cahaya yang setengah manusia biasa.” “Ada Saka yang melindunginya.” “Bagaimana kalau Saka juga tewas, lalu putrimu tak bisa bertahan?” Pertanyaan sang ratu membuat Abhiseka terdiam sejenak. “Kalaupun Cahaya tewas, aku masih memiliki tiga putra yang akan meneruskan takhta.” Abhiseka menjawab sambil menahan nyeri di hatinya. Sang ratu kemudian menghilang. Tak pernah ada yang menyangka Abhiseka tega berbuat demikian pada putri

  • BODYGUARD KESAYANGAN    91

    Ratu harimau tewas di tangan Sanaha. Jantung binatang itu masih berdetak ketika diambil paksa oleh sebuah tangan berkuku panjang. Ibunda sang pangeran berubah wujud menjadi harimau lalu berpendar menjadi abu. Tak ada lagi yang tersisa dari dalam istana. Semua sudah habis. Sanaha mengubah wujudnya menjadi manusia seutuhnya, ia melayang di atas istana. Siluman ular tersebut menyaksikan sendiri betapa banyak darah yang tumpah akibat murkanya. Murka yang disebabkan oleh perbuatan panglima elang dan harus ditanggung oleh seluruh rakyat. “Apakah semuanya mati?” tanya Sanaha pada jantung gusti ratu yang masih berdetak. “Apakah Abhi juga tewas?” Siluman ular itu meneteskan air mata walau tanpa terisak. Walau bagaimanapun mereka punya kisah yang sangat manis. Abhiseka tidak mati, ia terlihat berlari dan melompat menuju istana. Hingga terlihat olehnya Sanaha menggunakan sutera campuran berwarna hijau hitam dan di tangannya ada sesuatu yang membuat Abhiseka tak mampu lagi melangkah. “Terlamb

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Balas Dendam

    Sanaha tersenyum ketika beberapa hari lagi bayi dalam kandungannya akan lahir ke dunia. Akhirnya ia tak akan kesepian lagi. Selama hamil ular hijau itu memang melemah kekuatannya, ditambah Abhiseka tak pernah datang ke tempatnya lagi. Sanaha tak tahu kalau di atas sana panglima elang dan beberapa anak buahnya datang mengawasi dan menunggu saat yang tepat baginya untuk menghabisi keturunan ular hijau penghuni telaga. Pernikahan dilangsungkan oleh Abhiseka bersama seorang putri dari kerajaan lain. Sanaha tahu dari desas-desus yang ia dengar. Ular itu tidak bisa mencegah takdir yang terjadi. Malam itu kerajaan sedang berbahagia atas penobatan pangeran dan putri makhota serta dua selirnya. Selama tujuh hari tujuh malam para duyung menyanyikan lagu-lagu bahagia hingga Abhiseka tak sempat memikirkan Sanaha. Gusti Ratu Swastamita tak melihat kedatangan panglima elang. Artinya makhluk yang setia padanya masih mengawasi telaga dan menunggu waktu yang tepat. Tengah malam ketika pesta perni

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tak Bisa Memilih

    Abhiseka bangky dari pembaringannya. Di sana ia tidur bersama Amira. Manusia biasa yang ia jadikan permaisuri setelah semua istrinya tewas di tangan siluman kelabang. Meski sudah hampir ribuan tahun tinggal di Gunung Kalastra. Harimau putih itu masih merindukan kampung halaman tempatnya lahir. Tempat itu ia tutup rapat dari pandangan baik manusia atau siluman, bahkan Guru Wirata tak bisa menemukannya. Hingga pada akhirnya ia serahkan pada Cahaya dan Saka agar tempat itu hidup kembali. Apakah ia tak memikirkan apabila Sanaha bangkit dari tidur panjangnya dan tak akan mengganggu Cahaya. Abhi memikirkan semua itu. Ia yakin putrinya yang dari garis manusia biasa bisa menangani ditambah kehadiran Saka—pengawal yang sangat ia percaya. Walau demikian ia termasuk mempertaruhkan semuanya. Bisa saja Cahaya mati. “Sanaha, aku harap kemarahanmu tidak seperti dulu lagi. Sudah ribuan tahun berlalu, biarkan putriku mengambil tempat nenek moyangnya kembali. Aku sudah menepati janjiku untuk tidak k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status