Share

Positive

Author: Rosa Rasyidin
last update Huling Na-update: 2023-11-08 09:47:18

Amira bangun dengan kepala pusing luar biasa. Ia masih berada di kamar dan tangannya diberikan infus. Ketika melihat jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam sebelas siang, artinya ia tak sadarkan diri cukup lama, dan Amira tak tahu apa sebabnya. Padahal fisiknya tidak ada yang terluka sama sekali.

Saat ingin bangkit dari ranjang, tiba-tiba saja gadis cantik itu mencium aroma wangi cendana yang begitu kuat. Ia tahu ada yang mengikutinya. Amira tidak menyukai hal itu. Baginya kebersamaan dengan Abhiseka sudah tidak perlu diingat lagi.

“Pergi kamu dari sini. Aku nggak butuh dijaga sama siapa-siapa. Kehidupan kita berbeda. Aku manusia, kalian semua binatang!” ucap Amira tegas.

Lalu aroma cendana itu menghilang perlahan-lahan. Taksaka tidak sepenuhnya pergi, ia hanya mengawasi sang ratu dari kejauhan. Sudah menjadi tugasnya menjaga istri majikannya selagi Gusti Prabu Abhiseka tidak sadarkan diri.

***

“Amira, Nak, kamu udah sadar. Kenapa infusnya dilepas?” Nyonya Kasih baru saja ingin masuk ke kamar putrinya. Namun, ia justru melihat Amira berjalan begitu saja tanpa menunjukkan bahwa dirinya sakit sama sekali.

“Amira nggak apa-apa, kok, Ma. Mungkin cuman kecapean aja, kan, turun dari gunung. Ya udah cukup istirahatnya,” jawab gadis itu. Ia belum sadar ada yang telah berbeda dari dirinya.

“Terus sekarang kamu mau ngapain? Jangan keluar rumah dulu, Mama takut kamu masih sakit.”

“Mama jangan gitu, deh, bosan kali Amira seharian di kamar. Amira mau makan dulu, lapar.” Gadis itu turun ke dapur dan meminta dihidangkan oleh pembantu makanan kesukaannya.

Amira makan semuanya sampai habis tanpa ada drama apa-apa. Lalu ia masuk ke kamar dan memainkan ponsel yang dibelikan oleh papanya baru saja. Namun, perutnya terasa bergejolak lagi dan ia muntahkan lagi semuanya dengan rasa sakit yang luar biasa.

“Ini masuk angin atau kenapa, ya? Kok, nggak hilang-hilang juga?” tanya Amira sambil memegang perutnya.

Taksaka yang mendengar apa kata permaisuri Abhiseka sebenarnya ingin mejawab apa yang terjadi. Akan tetapi, sekali lagi titah dari gusti prabu agar ia menjauh sangat jelas. Taksaka hanya bisa mengawasi dari jauh saja.

***

Pagi harinya Amira melewati hari seperti layaknya manusia biasa pada umumnya. Atas kuasa dan uang yang papanya miliki, ia diizinkan masuk kembali ke kampus seperti biasa.

Amira mencoba menyapa teman-temannya walau sudah beda semester. Namun, tidak ada yang berani mendekat padanya. Semua karena aura gadis itu sudah jauh berbeda dari biasanya.

“Pada kenapa, sih, orang-orang. Emang aku serem apa?” tanya Amira ketika sendirian saja di dalam kelas.

Biasanya beberapa murid akan duduk-duduk di dalam menjelang dosen datang. Sekali lagi keberadaan seorang istri manusia harimau membuat mereka sungkan.

Kelas berjalan seperti biasa. Tidak ada yang mau duduk dekat-dekat dengan Amira. Normalnya gadis cantik pasti akan dikelilingi oleh beberapa lelaki yang ingin sok kenal sok dekat. Tidak dengan Amira, ia cantik tapi wibawanya luar biasa ketika kembali dari Gunung Kalastra.

Taksaka menjaga tuannya sangat baik. Sembari melihat Amira ia juga memperhatikan pola hidup orang-orang di kota. Ia pelajari bahasa keseharian mereka, cara berpakaian, cara berpikir, dan cara berbaur bersama yang lain. Semua demi andai suatu hari nanti ia terpaksa harus menampakkan diri menjaga sang ratu dari marabahaya, mungkin.

“Aduh, kepala aku kenapa lagi?” Amira merasa pusing luar biasa ketika pelajaran akan segera berakhir.

Gusti Ratu Amira jatuh pingsan lagi, membuat satu kelas geger dan tak ada yang berani mendekatinya. Taksaka ingin menolong. Namun, tidak mungkin baginya untuk menampakkan diri. Lalu ia masuk dalam pikiran tiga orang gadis yang terlihat bingung. Tanpa basa-basi ketiganya sigap menolong. Membawa Amira masuk ke dalam mobil dan mengantar gadis itu ke rumah sakit.

***

Perlahan-lahan mata Amira terbuka. Ia memindai ruangan di mana ia dirawat, kemudian duduk dan memegang kepalanya yang terasa pusing.

Gadis itu menarik napas panjang, dan tak lama kemudian kedua orang tuanya datang dengan raut wajah cemas, disusul seorang dokter dan perawat yang baru saja tiba.

“Mohon maaf sebelumnya, Bapak, Ibuk, tapi ada baiknya Nona Amira ini melakukan tes urine dan darah, karena kami takutnya dia menderita penyakit yang tidak diketahui. Apalagi berdasarkan keterangan dia menghilang di gunung, ya? Kita berharap nggak ada apa-apa, semoga aja.” Ucapan dokter barusan diiyakan saja oleh kedua orang tua Amira. Tentu saja mereka ingin yang terbaik untuk putrinya.

Tercium lagi aroma cendana di antara bau obat di rumah sakit. Amira menoleh ke kiri dan kanan, mencari siapa yang berani mengikutinya. Apakah Taksaka atau Cakrabuana. Sebab dua pengawal itu memiliki kesamaan tinggi, tato, dan cara berpakaian.

“Kamu cari apa, Nak?” tanya Kasih pada putrinya.

“Nggak ada, kok, Ma. Lama banget, ya, hasil testnya keluar. Mudah-mudahan Amira nggak kena penyakit macem-macem.” Gadis cantik itu memainkan jari jemari tangannya karena gugup.

“Sebentar lagi selesai, kok, tunggu aja. Kalau memang harus dirawat ya nggak masalah.” Kasih membelai rambut putrinya. Ia rasakan sejak kembali dari Gunung Kalastra putrinya jadi bertambah cantik dan anggun. Seperti pembawaan seorang ratu di zaman dahulu.

Satu jam lebih menunggu hasil test darah dan urine keluar sudah. Dokter datang membawa dua buah surat. Yang pertama ia serahkan hasil test darah dan mengatakan bahwa Amira tidak mengidap penyakit apa pun. Lalu agak berat hati dokter itu menyerahkan hasil test urine.

“Mohon maaf, tapi berdasarkan hasil test di laboratorium, Nona Amira dinyatakan positif hamil,” ucap sang dokter.

Jantung Amira serasa ingin berhenti berdetak saat itu juga. Papa dan mamanya apalagi, seperti tidak percaya putrinya pulang dalam keadaan berbadan dua. Satu tahun tinggal di dalam gunung, tidak ada yang tidak mungkin terjadi pada Amira yang cantik jelita.

“Dokter salah kali, saya ini belum nikah loh!” Amira tidak terima, padahal dengan jelas ia ingat sendiri, bagaimana ia dan Abhiseka melewati hari yang begitu bahagia selama sebulan di Gunung Kalastra. Tidak mungkin tidak membuahkan hasil.

“Saya tahu Nona Amira akan bilang begitu. Kalau tidak percaya silakan test sendiri. Kalau hasilnya tanda tambah artinya anda benar-benar hamil. Saya tidak akan ikut campur apa pun urusan anda, saya hanya menyampaikan apa yang saya tahu saja.” Dokter itu menyerahkan satu buah test pack pada Amira. Benda yang terlihat berbahaya bagi Amira sekarang.

“Cepetan, Sayang, test. Semoga aja hasilnya negatif.” Tangan Kasih sampai terasa dingin karena gugup mendengar kabar kehamilan putrinya. Sedangkan Pak Bondan memegang jantungnya yang mulai terasa agak nyeri.

“Papa, tenang, Pa, jangan panik. Kalau Papa panik, Mama bingung harus gimana.” Kasih memegang tangan suaminya.

Lelaki paruh baya itu mengangguk sambil menarik napas panjang. Wajahnya serasa dilempar kotoran. Susah payah menjaga putri satu-satunya, saat pulang sudah tidak utuh lagi.

Bersambung …

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BODYGUARD KESAYANGAN    94

    Abhiseka membuka mata secara tiba-tiba ketika ia merasakan tubuhnya terasa sakit. Lelaki itu sedang menyendiri di puncak Gunung Kalastra. Tanpa kehadiran satu pun pengawalnya termasuk Cakra Buana. “Ada apa ini?” Ia memegang jantungnya yang berdetak kuat. Lelaki itu berdiri perlahan dan hendak turun ke istana. Perlahan-lahan ia melangkah bahkan serasa nyaris tumbang karena raganya tak kokoh lagi. Abhiseka semakin kesakitan. Pada saat ia hampir sampai di depan istana, rasanya lelaki bermata biru itu tak sanggup lagi melangkah. Abhiseka duduk di dekat pohon dan memandang semua pencapaiannya selama menjadi raja di Gunung Kalastra. Anak, cucu, dan cicit yang sudah tewas dan sekarang tergantikan oleh tiga putra yang kini sudah tinggi ukuran tubuhnya. “Apakah ini saatnya?” gumam Abhi sambil menahan rasa dingin yang tiba-tiba merambat dari dari telapak kakinya. Dari kejauhan Amira berjalan ke arahnya, tetapi langkah wanita itu tertahan ketika salah satu putranya mengajaknya bermain. Abhi

  • BODYGUARD KESAYANGAN    93

    Saka mencakar-cakar tabir gaib yang dibuat oleh Sanaha beberapa kali. Namun, benda itu bahkan tak berkurang sedikit pun kadar ketebalannya. Harimau kuning itu mengubah wujudnya menjadi manusia. Ia menarik pedang di pinggang kemudian berkali-kali menacapakannya. Tak menyerah terus diulang Saka tetapi tidak juga ada perubahan. “Tuan, bagaimana ini, nanti Tuan Putri kesakitan di atas sana,” ucap Mei yang tak bisa membantu apa-apa. “Aku juga bingung. Aku belum menguasai dengan baik wilayah ini, aku takut semua akan berakhir tak baik.” Menetes peluh di dahi Saka saking ia telah lelah mencoba. “Kita kembali ke Gunung Kalastra, meminta pertolongan pada Gusti Prabu Abhiseka,” bujuk Mei. “Jangan. Ini bukan urusannya lagi, ini menjadi urusanku. Mei kau tunggu di sini, aku akan kembali ke istana dan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghantam tabir gaib ini.” Saka menghilang begitu saja. Mei tidak bisa melakukan apa pun. Begitu juga dengan peri capung yang menatap dari kejauhan sa

  • BODYGUARD KESAYANGAN    92

    Abhiseka membuka matanya. Ia tidak tidur, hanya sedang mengawasi tiga anak lelakinya bermain bersama Amira. Sang prabu mengulang dari awal lagi membangun keluarga besar ketika semuanya meninggal. “Apa yang kau harapkan dengan mengirim Cahaya ke sana, putraku?” Ratu Swastamita muncul. Abhiseka menoleh. Sang ratu duduk di sisinya. “Aku berharap Cahaya dan Saka bisa membangun semua peradaban kita dari awal lagi, Ibu.” Hanya Abhiseka saja yang bisa melihat Ratu Swastamita yang bentuknya tembus pandang. “Bahkan ibu saja tidak bisa melawan ular hijau itu. Apalagi Cahaya yang setengah manusia biasa.” “Ada Saka yang melindunginya.” “Bagaimana kalau Saka juga tewas, lalu putrimu tak bisa bertahan?” Pertanyaan sang ratu membuat Abhiseka terdiam sejenak. “Kalaupun Cahaya tewas, aku masih memiliki tiga putra yang akan meneruskan takhta.” Abhiseka menjawab sambil menahan nyeri di hatinya. Sang ratu kemudian menghilang. Tak pernah ada yang menyangka Abhiseka tega berbuat demikian pada putri

  • BODYGUARD KESAYANGAN    91

    Ratu harimau tewas di tangan Sanaha. Jantung binatang itu masih berdetak ketika diambil paksa oleh sebuah tangan berkuku panjang. Ibunda sang pangeran berubah wujud menjadi harimau lalu berpendar menjadi abu. Tak ada lagi yang tersisa dari dalam istana. Semua sudah habis. Sanaha mengubah wujudnya menjadi manusia seutuhnya, ia melayang di atas istana. Siluman ular tersebut menyaksikan sendiri betapa banyak darah yang tumpah akibat murkanya. Murka yang disebabkan oleh perbuatan panglima elang dan harus ditanggung oleh seluruh rakyat. “Apakah semuanya mati?” tanya Sanaha pada jantung gusti ratu yang masih berdetak. “Apakah Abhi juga tewas?” Siluman ular itu meneteskan air mata walau tanpa terisak. Walau bagaimanapun mereka punya kisah yang sangat manis. Abhiseka tidak mati, ia terlihat berlari dan melompat menuju istana. Hingga terlihat olehnya Sanaha menggunakan sutera campuran berwarna hijau hitam dan di tangannya ada sesuatu yang membuat Abhiseka tak mampu lagi melangkah. “Terlamb

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Balas Dendam

    Sanaha tersenyum ketika beberapa hari lagi bayi dalam kandungannya akan lahir ke dunia. Akhirnya ia tak akan kesepian lagi. Selama hamil ular hijau itu memang melemah kekuatannya, ditambah Abhiseka tak pernah datang ke tempatnya lagi. Sanaha tak tahu kalau di atas sana panglima elang dan beberapa anak buahnya datang mengawasi dan menunggu saat yang tepat baginya untuk menghabisi keturunan ular hijau penghuni telaga. Pernikahan dilangsungkan oleh Abhiseka bersama seorang putri dari kerajaan lain. Sanaha tahu dari desas-desus yang ia dengar. Ular itu tidak bisa mencegah takdir yang terjadi. Malam itu kerajaan sedang berbahagia atas penobatan pangeran dan putri makhota serta dua selirnya. Selama tujuh hari tujuh malam para duyung menyanyikan lagu-lagu bahagia hingga Abhiseka tak sempat memikirkan Sanaha. Gusti Ratu Swastamita tak melihat kedatangan panglima elang. Artinya makhluk yang setia padanya masih mengawasi telaga dan menunggu waktu yang tepat. Tengah malam ketika pesta perni

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tak Bisa Memilih

    Abhiseka bangky dari pembaringannya. Di sana ia tidur bersama Amira. Manusia biasa yang ia jadikan permaisuri setelah semua istrinya tewas di tangan siluman kelabang. Meski sudah hampir ribuan tahun tinggal di Gunung Kalastra. Harimau putih itu masih merindukan kampung halaman tempatnya lahir. Tempat itu ia tutup rapat dari pandangan baik manusia atau siluman, bahkan Guru Wirata tak bisa menemukannya. Hingga pada akhirnya ia serahkan pada Cahaya dan Saka agar tempat itu hidup kembali. Apakah ia tak memikirkan apabila Sanaha bangkit dari tidur panjangnya dan tak akan mengganggu Cahaya. Abhi memikirkan semua itu. Ia yakin putrinya yang dari garis manusia biasa bisa menangani ditambah kehadiran Saka—pengawal yang sangat ia percaya. Walau demikian ia termasuk mempertaruhkan semuanya. Bisa saja Cahaya mati. “Sanaha, aku harap kemarahanmu tidak seperti dulu lagi. Sudah ribuan tahun berlalu, biarkan putriku mengambil tempat nenek moyangnya kembali. Aku sudah menepati janjiku untuk tidak k

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Rawa Berdarah

    Abhiseka menghidupkan kayu kering dengan api biru dari tangannya. Sang pangeran memandang rumput tempat mereka berdua memadu kasih tadi. Sanaha mengajarkan banyak hal padanya. Sayangnya ular itu pergi dan hanya tersisa sisik yang rontok di tanah saja. Abhiseka berenang dan kembali ke danau bagian atas tempat ia pertama kali bertemu dengan ular hijau itu. Sanaha masih tidak ada. Abhiseka berpamitan pada angin di atas tebing. “Aku tahu kau mendengarku, aku akan kembali lagi, aku harus pulang karena masih punya istana,” gumam Abhiseka. Tidak ada yang menjawab, lelaki bermata biru itu turun dengan cara melompat dari atas tebing. Di sana panglima elang ternyata telah menunggu. “Pangeran tidak apa-apa? Mengapa tidak pulang, Gustri Ratu mencari,” ucap penjaga dengan sayap menjuntai sampai ke tanah itu. “Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir, aku bisa pulang sendiri.” “Untuk apa Pangerang ke tebing itu. Bukankah kau tahu larangan?” “Aku tidak apa-apa, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Hadiah

    Seekor ular berwarna hijau seperti lumut menggeliat di dalam danau. Danau itu berada di atas tebing tertinggi, bahkan elang pun belum pernah sampai terbang ke sana. Wilayah yang memang berada dalam kuasa manusia harimau, tetapi tidak ada yang berani mengusik kediaman ular setengah manusia itu. Binatang meleta tersebut menyembulkan kepalanya. Lidah cabang duanya keluar. Mata berwarna hijau itu memandang mangsa di atas pohon. Seekor monyet yang sedang tertidur pulas dan dan tak sadar sebentar lagi akan berpindah ke perut ular. Tubuh licin itu tegak dan dalam waktu cepat, kera yang tadinya baik-baik saja kini telah berada di dalam mulutnya. Empat gigi tajam tersebut mematahkan tulang seekor kera dan tenggorokannya mendorong masuk makanan terus masuk ke perut. Setelah teredam laparnya ular hijau itu masuk ke dalam danau. Kemudian bagian atas tubuhnya berubah menjadi setengah manusia dan ia pun berjemur di bawah sinar matahari yang malu-malu menyapa wajah cantiknya. Sanaha—nama ular it

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Putra Makhkota

    Saka memastikan dirinya terkunci di dalam ruang rahasia yang semalam tak sengaja ia temukan. Di dalam sana tidak ada satu makhluk pun selain dirinya. Di sana juga tidak ada para peri yang akan mengganggunya. “Tempat ini masih banyak misterinya. Aku harus tahu, karena aku seorang raja,” gumamnya perlahan. Saka menyentuh satu demi satu benda asing yang ia temukan. Selama beberapa saat lamanya pun tidak ada perubahan. Termasuk zirah perang yang ia sentuh, seakan-akan tempat itu kosong dari segala sihir yang biasanya memenuhi kediaman mereka. “Kalau tidak ada apa-apa, lebih baik aku kembali saja. Sudah terlalu lama aku meninggalkan Cahaya.” Manusia harimau itu tidak tahu kalau istrinya pun pergi berkelana ke luar. Pendengaran Saka di dalam ruang rahasia itu pun tertutup rapat. Baru saja ingin menggeser dinding, sebuah kitab lama terlempar dan menghantam kepalanya. Saka mengaduh dan menoleh ke belakang. Ia ambil kitab lama yang penuh lukisan itu. Sang raja ingin membaca di sebelah ist

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status