Share

BOS & HIS SECRETARY
BOS & HIS SECRETARY
Penulis: alistebalsinchan

0. Bos dan Sekretaris nya

Adora terkekeh saat ia melihat penampilan Benjamin saat ini. Kerapihan yang biasanya tersemat manis dalam diri Benjamin kini perlahan mulai kehilangan eksistensinya. Rambut Benjamin yang biasa dibuat klimis dan menampakkan seluruh kening tampan laki-laki itu juga telah terjatuh dan terbelah dua, membentuk poni yang hanya memberikan sedikit celah pada kening mulus Benjamin untuk mengintip.

Sementara itu, jas tebal yang biasa membungkus tubuh Benjamin sudah pergi entah kemana, hanya menyisakan kemeja putih yang dibalut rompi hitam dan dasi yang mengikat leher Benjamin.

Pun Adora yang terduduk santai di sofa panjang di ruangan Benjamin hanya terkekeh saat menemukan Benjamin bergerak mendekat dengan senyum menggoda khas laki-laki itu. Posisi tubuh Adora yang lebih rendah dari tubuh Benjamin tak menyurutkan niatannya untuk menggoda sang bos.

Jari-jemari lentik Adora dengan lincah menarik dasi hitam bergaris milik Benjamin, guna mempersempit jarak di antara mereka, membuat Benjamin tertarik dan mengukung Adora di bawah pelukannya.

Keduanya sama-sama tersenyum. Senyum yang memiliki jutaan arti.

Satu tangan Adora yang lain pun ia gunakan untuk mengusap sebelah kiri sisi wajah Benjamin. Mata Adora menelisik keseluruhan rupa Benjamin, bagaimana mata monolid Benjamin yang tajam itu menatapnya lembut, hidung mancung Benjamin yang begitu sempurna, dan terakhir... Bibir laki-laki itu.

Adora meneguk ludahnya saat matanya terpaku pada bibir merah nan tebal milik Benjamin. Ia dan Benjamin sama-sama tahu apa yang mereka butuhkan saat ini.

Sentuhan.

Mereka sama-sama membutuhkan sentuhan satu sama lain, dan berkobar dalam gelora yang menggairahkan.

"Sudah puas menatapku?"

Adora mengalihkan pandangannya dari bibir Benjamin saat Benjamin berusaha menyadarkannya dari lamunan dengan suara berat laki-laki itu.

"Kalau sudah, apa aku mendapatkan bagianku sekarang, Adora?"

Kedua tangan Benjamin yang sedari tadi bertumpu pada sofa perlahan mulai bergerak meraih tengkuk Adroa, mengunci gerakan gadis itu. "Kamu tidak tahu 'kan betapa aku merindukanmu, Adora?"

"Saya tidak tahu, Pak, dan saat ini saya penasaran seberapa besar rasa rindu Bapak pada Saya." Adora berujar dengan nada rendah, "Keluarkan rasa rindumu, Pak, kalau tidak ingin kehilangan kesempatan lagi. Sekarang atau tidak sama sekali."

Benjamin tersenyum, kemudian bibirnya terbuka, meraih bibir Adora. Keduanya saling mencecap, bercumbu, mencari rasa.

Benjamin mengubah posisinya, mencoba mendalami setiap hal yang ia cecap. Tapi seakan tak cukup, ia membutuhkan hal lain untuk meredam keinginannya saat ini.

Benjamin menghentikan kegiatannya sebentar, menempelkan keningnya dengan milik Adora, beradu napas dengan Adora dan sedikit merasa senang saat menemukan Adora menampakkan hal yang sama dengannya.

"Adora ..." Benjamin menjeda sebentar ucapannya. "... Aku ingin memilikimu. Sekarang. Malam ini juga."

Asora dapat merasakan perasaan hangat berdesir di bagian bawah perutnya. Adrenalin berpacu kencang dalam dadanya. Dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Benjami.

Dia ingin....

"Permisi, Pak... Ini data yang---Bapak inginkan."

Mungkin saja keinginannya bisa terjadi apabila tidak ada Giselle di tengah-tengah mereka.

Terkutuklah kau saat ini, Irish Ayyara.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status