Share

Delapan

“Dho, ayo!” wanita itu menarik lengan lelakinya. Lelaki bertubuh tinggi itu mengikuti wanita dengan mini dress marun yang sudah menggelayuti lengannya dengan manja. Mereka memasuki VIP room di seberang ruangan yang Srikandi masuki.

Tak berapa lama, Arjuna bersama tiga orang berkewarganegaraan Jepang berjalan dari arah lift. Mereka terlihat mengobrol santai. Arjuna terlihat lebih keren, ketika dasi dan jasnya dia lepas, style lebih terlihat casual. Beruntung dia melihat tamunya mengenakan pakaian casual, ketika baru saja tiba di parkiran. Disimpannya jas miliknya, satu kancing kemeja bagian atas dia buka, lengan kemeja panjangnya dilipat sedikit.

Dua jam lebih mereka mengurung diri dalam ruangan karaoke. Pastinya ditemani oleh beberapa singer yang khusus dipesan oleh tamunya. Srikandi tetap stay tune bersama mereka. Sesekali sudut matanya melirik wajah bosnya yang tampak mencoba bersikap ramah.

Waktu mereka sudah hampir habis, pelayan sudah memperingatkan lima belas menit yang lalu. Para tamu memaksa Srikandi untuk bernyanyi, karena dari tadi wanita itu hanya ikut manggut-manggut saja tanpa berkontribusi. Srikandi tergagap, dia kebingungan mau bernyanyi lagu apa. Setelah berpikir beberapa detik, akhirnya Srikandi berdiri dan mengambil microphone dari Mr. Hosoda.

Ini kali pertamanya membawakan lagu lagi, setelah beberapa tahun tidak pernah tampil ke depan. Akhirnya dia memilih salah satu lagu britpop kesukaannya. Dia biasa mendengarkan lagu itu ketika hidupnya terasa sumpek dengan omelan-omelan bosnya yang menyebalkan. Kapan lagi bisa menyanyikan di depan orangnya langsung, kalau bukan sekarang.

Fix You

Coldplay

When you try your best but you don’t succeed

When you get what you want but not what you need

When you feel so tired but you can not sleep

Stuck in reverse

When the tears come streaming down your face

When you lose something you can’t replace

When you love someone but it goes to waste

Could it be worse?

Lights will guide you home

And ignite your bones

I will try to fix you

High up above or down below

When you’re too in love to let it go

But if you never try you’ll never know

Just what you’re worth

Lights will guide you home

And ignite your bones

And I will try to fix you

Tears stream down your face

When you lose something you cannot replace

Tears stream down your face

And I

Tears stream down your face

I promise you I will learn from my mistakes

Tear stream down your face

And I

Light will guide you home

And ignite your bones

And I will try to fix you

Tepukan riuh dari Mr Hosoda dan team-nya mengiringi berakhirnya lagu yang dinyanyikannya. Arjuna sudah menyanyi beberapa lagu sejak tadi. Lelaki itu sepertinya sudah terbiasa.

Nice voice, nice girl, could i get your phone number?” Mr Hosoda menggodanya, tatapan matanya serius.

Thank you Hososda-san, but for phone number I already give you my name card right?” Srikandi mengulas senyum. Orang Jepang itu manggut-manggut sambil tertawa.

Joke only,” ucapnya lagi sambil menepuk bahu Srikandi.

Arjuna san , next time please arrange more karaoke time, I like her voice, want to hear more,” ucap Mr Hosoda seperti begitu tertarik pada penampilan Srikandi barusan.

Of course, she multitalent girl.” Baru kali ini dia mendengar bos menyebalkan itu memujinya. Pencitraan di depan para tamu.

Obrolan berlanjut sebentar, sebelum akhirnya sebuah ketukan pintu dari pelayan yang mengingatkan waktu mereka selesai. Semuanya keluar. Mr Hosoda terus mengajak Srikandi mengobrol sepanjang perjalanan menuju lift, sampai ke depan lobi. Namun wanita itu undur diri, karena harus mengurus dokumen ke resepsionis.

Hosoda-san, I need to discuss with the reception, Arjuna-san will accompany you.” Srikandi mengangguk hormat. Lelaki bertubuh sedang itu tersenyum. Mata sipitnya semakin mengecil. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

Sweet chocolate for sweet girl,” ucapnya sambil memberikan satu batang cokelat premium. Ah, lelaki itu ternyata romantis juga. Srikandi menerimanya dengan penuh senyuman.

Arigatoo gozaimsu, watashi no happy desu,” ucapnya mencoba berbicara bahasa jepang walau dia sebetulnya hanya tahu itu saja. Mr Hosoda terkekeh, dan membalas anggukan Srikandi.

Do itashimasta,” ucapnya, kemudian obrolan mereka berlanjut dengan Arjuna yang mengantar mereka ke depan lobi.

Srikandi memisahkan diri menuju bagian resepsionis.

“Mbak, nanti untuk billing-nya atas nama PT Sejahtera Bagaskara dikirim by email aja ya.” Srikandi menyodorkan satu buah kartu nama pada resepsionis. Wanita itu menerimanya.

“Baik Bu, terima kasih sudah berkunjung,” ucap resepsionis itu dengan ramah. Srikandi kemudian berjalan menuju pintu keluar dari lobi.

Arjuna masih berdiri di depan lobi setelah melepas ketiga tamu jepangnya. Dia berbalik mencari Srikandi. Terlihat wanita itu sedang berjalan ke arahnya. Namun yang membuatnya terkesiap, ketika matanya melihat  wanita berpakaian mini dress marun yang baru keluar dari lift.

“Cantika,” gumamnya dalam dada. Dilihatnya wanita itu tengah menggandeng lelaki yang sama, yang ditemukannya malam itu.

Beruntung Cantika tidak melihatnya. Namun lelaki yang berada di sampingnya yang tidak lain adalah Ridho, kembali melihat Srikandi yang tengah berbincang dengan Arjuna. Dia kembali mengeluarkan ponselnya dan melihat sebuah foto dalam galerinya. Namun ketika dilihatnya lagi, Srikandi sudah menghilang. Wanita itu sudah masuk ke mobil yang dikemudikan Pak Slamet. Sementara Arjuna berjalan tergesa untuk menghindari bertatap muka dengan wanita yang sudah melukainya.

“Pak Slamet suka cokelat?” Srikandi bertanya ketika sudah merasa duduknya nyaman.

“Enggak terlalu sih, Mbak, tapi anak saya yang doyan banget,” ucap Pak Slamet masih fokus mengemudi. Srikandi mengambil cokelat yang diberikan Mr. Hosoda.

“Ini Pak, tadi orang jepang itu ngasih saya, tapi saya nggak suka cokelat, buat anak Bapak aja, dibuang sayang cokelat mahal.” Srikandi menyodorkan cokelat itu pada Pak Slamet yang menyambutnya dengan sumringah.

Mobil avanza silver yang mereka tumpangi melaju sedang. Membelah malam dan keramaian yang tidak berkurang. Srikandi menyandarkan tubuhnya dan memeriksa ponselnya yang sejak tadi disilent dan disimpan ke dalam tasnya. Ada dua panggilan tak terjawab dari nomor Ibu. Kemudian ada satu pesan sekitar satu jam yang lalu.

[Sri, keluarga Bu Yunita udah nanyain lagi, kamu kapan ada waktu buat pertemuan keluarganya?] Pesan ibundanya.

Srikandi menutup ponselnya kembali. Dia menghela napas dalam-dalam. Sejak adiknya meninggal, ibunya terus mendesak dirinya segera meresmikan pertunangannya. Bu Sartika, ibunya Srikandi memiliki sahabat yang tinggal di kota Bekasi. Karena kedekatan mereka sejak SMA, tercetuslah ide untuk menjodohkannya dengan anak lelaki sahabatnya itu. Srikandi sama sekali belum pernah mengenal lelaki itu, dia baru tahu namanya saja, Ridho.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status