Share

Tujuh

Author: Evie Yuzuma
last update Huling Na-update: 2021-05-28 16:36:48

Disebuah apartement.

Sementara itu, disebuah apartement seorang wanita cantik terlihat gelisah. Beberapa kali dia mengambil ponsel, kemudian meletakkannya kembali. Digesernya layar ponsel mencari nama seseorang yang sudah dua tahun terakhir ini berstatus sebagai kekasihnya, Arjuna.

Junaku

Itulah tulisan yang terpampang pada layar ponselnya. Wanita itu tidak lain adalah Cantika, seseorang yang baru saja diputuskan oleh kekasih sekaligus pohon uangnya itu. Akhirnya jemarinya mulai merangkai kata, dikirimkannya sebuah pesan, setelah semua panggilannya diabaikan. Mungkin kini lelaki itu benar-benar telah membencinya. Namun setidaknya dia akan berusaha sejauh yang dia bisa.

Ridho, baginya hanya selingan ketika bosan dan sendirian karena Arjuna sering sekali sibuk dengan pekerjaannya. Wanita itu mencari pelampiasan karena selama ini Arjuna tidak pernah mau terlalu jauh menjamahnya. Mereka dekat seperti orang berpacaran biasanya, sementara wanita itu membutuhkan lebih. Dia sudah ketagihan candunya surga dunia yang harusnya hanya dilakukan dengan pasangan halal, namun dia sudah terbiasa melakukannya sejak duduk dibangku kuliah.

[Sayang, angkat dong teleponnya!] Tulisnya. Menunggu beberapa menit namun tidak ada balasan.

[Aku mau menjelaskan sesuatu, aku mau bicara, angkat, please!] Masih tidak ada balasan.

[Junaku, please, kasih aku kesempatan!] Dikirimnya lengkap dengan emoticon mengiba. Namun kembali tidak diacuhkan.

Cantika menghela napas. Dia mengacak rambutnya kesal, merutuki kebodohannya tidak mengunci manual pintu apartementnya malam itu.

Tring

Sebuah pesan masuk. Segera dibukanya layar chat. Namun bukan pesan dari Arjuna yang datang, melainkan Ridho, teman tidurnya selama ini.

[Cin, ada di apartemen?] Tanyanya. Cantika merenung sejenak, bagaimanapun dia butuh teman untuk curhat tentang kegelisahannya.

[Yes.] Jawaban singkat terkirim. Beberapa detik kemudian.

[Aku datang ya.] Tulisnya. Cantika membalasnya.

[Ok.] Pesan terkirim.

Tiga puluh menit kemudian Ridho datang. Cantika menyambutnya dengan wajah yang masih ditekuk. Dibukanya pintu apartemennya.

“Kok cemberut aja?” ucap Ridho sambil mencubit pipi Cantika. Gadis itu mendengus.

“Juna nggak mau angkat telepon aku, dikirim pesan juga nggak dibaca,” ucapnya sambil merengut.

“Ya udah sih, kan ada aku,” ucapnya sambil mengusap pipi gadis itu. Cantika menepisnya, hatinya masih diselimuti kegalauan.

“Apaan, nawarin diri kalo nggak bisa dimiliki,” ucap Cantika cemberut.

“Perjodohan itu masih beberapa bulan lagi, aku juga nggak tau, suka atau enggak, kalo bukan karena ancaman nyokap, males dah, enakan gini,” ucapnya sambil duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya. Cantika membawakan minum untuk kekasih simpanannya.

“Kita jalan yuk, daripada cemberut mulu, ntar cantiknya ilang,” ucap Ridho.

“Nggak tau nih, aku dibikin bad mood banget, Juna beneran marah kali ini, kamu sih, biasanya juga kita nggak di sini.” Cantika menyalahkan Ridho kali ini.

“Udah ah, nggak usah bahas itu lagi, cepetan ganti baju, kita jalan,” ucap Ridho sambil meneguk minuman cola yang dibawakan Cantika.

Gadis itu berpikir sejenak. Kemudian dia bergegas menuju ruang tidurnya dan berganti pakaian. Cantika terlihat cantik mengenakan minidress berwarna marun dengan rambut digerai. Tas kecil bermerek pastinya, diselempangkan di bahu kirinya. Dia menggandeng lengan Ridho menuju mobil yang terparkir di base. Kemudian mereka memasuki mobil tersebut dan menuju salah satu tempat karaoke malam.

***

Di Perusahaan Bagaskara group.

Arjuna masih menatap tidak suka. Sikap supel dan cuek dari sektertarisnya terkadang dirasa berlebihan. Kenapa juga harus melambai-lambaikan tangan pada orang yang setiap hari juga bertemu. Srikandi memang mudah akrab dengan siapa saja, tidak hanya perempuan, namun dengan kaum lelaki pun sama. Hanya dengan Arjuna saja Srikandi selalu berseteru. Wajahnya masih ditekuk, ketika Srikandi berlalu meninggalkan ruangan dengan membawa tas make-up kecil. Sementara orang yang sedang dirutukinya sama sekali tidak tahu menahu dan tidak peduli.

Srikandi masih mengenakan setelan blezer yang pagi tadi dikenakan. Dia mematut diri di depan cermin. Gadis itu mencuci mukanya yang sudah terlihat sedikit kusam, kemudian memakai polesan make-up tipis minimalis. Eyeshadow dan blush on berwarna peach kesukaannya senada dengan lip cream yang dia pakai membuat rona wajahnya terlihat segar. Alis dan bulu matanya memang sudah cantik bawaan dari lahir. Dia tidak usah merombaknya.

Setelah dirasa penampilannya maksimal, gadis itu berjalan kembali ke ruangan.

“Habis dari mana?” Arjuna bertanya, seperti biasa terkadang tanpa menatapnya. 

“Toilet Pak,” ucapnya Srikandi sambil duduk dan menyimpan tas make-upnya ke dalam tas yang akan dibawanya. Lelaki itu terdiam, tak memberikan respon apapun.

 “Hmm, Bapak nyetir sendiri atau ikut mobil kantor?” tanya Srikandi sambil bersiap untuk berangkat.

“Nyetir sendiri, kirimkan ke saya nomor ruangannya?” ucap Arjuna sambil menenteng tas laptop dan menyampirkan jas pada lengannya.

“VIP room nomor empat di lantai dua Pak,” ucap Srikandi sambil berjalan mendahuluinya. Laptopnya sudah dimatikan sejak tadi, dia biarkan saja di atas meja. Tidak perlu dibawa, karena untuk email dan reservasi apa-apa dia bisa akses di ponsel pintarnya.

Arjuna melangkah meninggalkan ruangan. Berjalan cepat melewati sekretarisnya. Seperti biasa tidak ada basa-basi. Srikandi yang tersalip, mengikutinya dari belakang dengan langkah cepat. Seperti biasa juga, dia tidak berani sendirian melewati lorong itu kalau menjelang malam.

Arjuna mengambil mobilnya di parkiran belakang. Sementara Srikandi langsung naik ke mobil operasional perusahaan. Pak Slamet sudah menunggunya di sana.

“Sore Mbak, mari!” ucapnya dengan sopan sambil membukakan pintu belakang. Srikandi mengangguk kemudian masuk ke mobil.

“Ke mana kita Mbak?” tanya Pak Slamet.

“Ke Hotel XXX Pak, hapal ‘kan Pak Slamet jalannya?” Srikandi memastikan. Pak Slamet terlihat mengangguk tanda mengerti. Srikandi menyandarkan tubuhnya. Mobil melaju pelan melewati gerbang. Terlihat dari spion, mobil bosnya mengikuti dari belakang.

Perjalanan ramai lancar. Hanya butuh waktu setengah jam untuk mereka tiba di tempat tujuan. Srikandi turun di lobi, sementara mobil Pak Slamet diikuti oleh mobil Arjuna menuju parkiran. Wanita itu berjalan duluan, memastikan ruangan yang sudah dibookingnya pada resepsionis. Setelah mendapatkan konfirmasi, dia segera menuju lift. Ada sepasang lelaki dan perempuan juga yang sedang berdiri menunggu lift terbuka.

Tring

Setelah menunggu  beberapa menit, pintu lift terbuka. Kedua orang itu masuk. Srikandi mengikutinya dari belakang. Memang nasib apes, di dalam lift dia hanya menyaksikan kemesraan dua orang itu. Mereka mengobrol berbisik-bisik, sementara si wanita menggelayuti tangan lelaki itu dengan manja. Lelaki bertubuh tinggi itu memijit angka dua. Dia melirik ke arah Srikandi yang baru saja masuk dan bertanya.

“Lantai berapa Mbak?” tanyanya.

“Lantai dua, Mas.” Srikandi tersenyum dan mengangguk dengan sopan. Lelaki itu mengerutkan dahi, ketika sekilas melihat wajah wanita itu.

“Ok, sama ya,” ujarnya sambil kembali fokus pada wanitanya.

“Cin, ruangan VIP ‘kan?” bisik lelaki itu. Si wanita mengangguk.

“Aku mau nyanyi sepuasnya, biar kekesalanku ilang,” ucap si wanita. Terlihat wanita itu memasang gaya kesal.

“Dia lagi ngapain, ya? Kok pesan aku sama sekali nggak dibalesnya.” Wanita itu melepaskan gelayutan tangannya dan memeriksa ponselnya.

Tring

 Pintu lift terbuka. Mereka bertiga keluar. Srikandi bergegas menuju ruangan yang telah dipesannya. Sekilas sudut mata lelaki itu memperhatikan jalannya dengan kening yang masih berkerut.

“Kok mirip, ya?” gumam lelaki itu, menatap sebuah foto dalam layar ponselnya. Foto yang dikirimkan ibunya beberapa minggu lalu. Foto calon tunangannya.

“Dho, ayo!” Wanita itu menarik lengan lelakinya. Lelaki bertubuh tinggi itu mengikuti wanitanya dengan mini dress marun yang sudah menggelayuti lengannya. Mereka memasuki VIP room di jhvseberang ruangan yang Srikandi masuki.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BOS VS ME   Empat puluh Enam - session 1 end

    BAB 46 –MENIKAH Tidak berapa lama Arjuna dan Tuan Bagaskara beserta Nyonya Arimbi datang kembali ke kamar Srikandi. Gadis itu tampak masih terduduk dan mencoba mencerna semua keadaan yang terjadi. Rasa trauma kejadian semalam belum hilang. Tubuhnya masih luka-luka dan terasa sakit semua. Pagi-pagi sudah ditangkap basah harus menikah. Kepalanya berdenyut hebat dan tidak bisa berpikir jernih lagi. “Saya sudah memutuskan kalian untuk menikah hari ini!” Srikandi masih duduk menunduk. Dia tidak merespon apapun ucapan ayah dari Arjuna itu. “Saya tidak tahu harus berkata apa? Menolak atau menerima? Tapi saya pun tidak tahu apa yang telah terjadi pada kami malam tadi,” ucap Srikandi setelah terdiam beberapa lama. “Ini demi kebaikanmu juga, Sri! Lelaki itu bisa bebas kapan saja dan mencarimu, dia bisa lebih brutal lagi setelah tidak berhasil mendapatkanmu!” ucap Tuan Bagaskara dengan tenang. “Meskipun kita menuntut dan memasukkan

  • BOS VS ME   Empat Puluh Lima

    BAB 45 –Tertangkap BasahDi tengah keseruan mereka. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Nyonya Arimbi datang membawakan dua gelas susu cokelat. Dia meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidur yang sedang diduduki bertiga.“Juna, Sri, ini diminum dulu susunya mumpung masih hangat.” Wanita itu menyodorkan satu gelas susu kepada Srikandi.“Makasih, Bu!” Srikandi menerimanya. Gadis itu segera meneguk susu hangat tersebut hingga sisa setengah gelas.Bi Ikah menyimpan kembali gelas dengan susu yang masih setengah sisa. Dia melanjutkan memijit lengan Srikandi.Nyonya Arimbi menghampiri putranya yang baru saja menutup kotak P3K. Lelaki itu masih duduk di ujung dipan tempat Srikandi bersandar.“Sini kotak P3K-nya Jun, ini kamu minum dulu mumpung masih hangat!” Nyonya Arimbi menyodorkan segelas susu lainnya pada Arjuna.“Tumben, biasanya Bi Ikah yang buatin?” Arjuna mencebik

  • BOS VS ME   Empat Puluh Empat

    BAB 44 –Pulang Ke Rumah Arjuna Arjuna menghampiri Benny dan menepuk pundaknya. “Saya akan urus kamu setelahnya, ikut dulu saja ke kantor polisi buat kesaksian yang memberatkan dia!” Mata Arjuna memicing ke arah Ridho. Kemudian dia melanjutkan memapah Srikandi yang terpincang-pincang menuju mobilnya. Wanita itu masih terlihat syok. Air mata masih sesekali menggenang di matanya. Arjuna membukakan pintu depan. Srikandi menatapnya merasa sungkan. Bagaimanapun kondisinya kotor dan berantakan. “Nanti mobilnya kotor, Pak!” Arjuna terdiam sebentar. Dia melihat pakaian Srikandi yang basah kuyup. Kemudian lelaki itu membuka pintu belakang mobilnya dan mengambil jas yang menggantung di sana. “Pakailah, nanti kedinginan! Jangan pikirkan mobil saya, pikirkan dirimu sendiri!” Dia menyodorkannya pada Srikandi. Wanita itu masih diam mematung. Arjuna segera melepas hunger dan menyamp

  • BOS VS ME   Empat Puluh Tiga

    BAB 43 – PENANGKAPANSrikandi perlahan melepas heel-nya. Satu tangannya merogoh ke dalam tasnya dan mengambil sesuatu. Dadanya sudah bergemuruh hebat. Dia sama sekali tidak menyangka lelaki yang akan dijodohkan dengannya akan berbuat senekat ini.“Bang, sadar Bang! Kamu akan merusak hubungan kedua orang tua kita, kalau kamu melakukan ini?” Srikandi mencoba mengulur waktu.Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya. Jemarinya mulai menyentuh pipi Srikandi, tetapi wanita itu menepisnya.“Sri, jangan jual mahal! Nggak ada siapapun yang bisa menolongmu di sini! Pilihannya cuma dua, mau dipaksa atau suka rela?” Matanya menatap penuh hasrat.Wajah Srikandi semakin memerah. Darahnya mengalir berdesir hebat. Ketakutan menyelimuti dirinya. Dia mencoba menarik napas beberapa kali. Matanya mengintip ke dalam tas untuk mencari benda pipih miliknya.Dia mengusap layar ponselnya dan mencari nama sese

  • BOS VS ME   Empat Puluh Dua

    BAB 42 – Kau Akan Jadi MilikkuTidak lama, terlihat Srikandi keluar dari gerbang menuju mobilnya. Ridho menyambutnya dengan senyuman ramah ketika gadis itu sudah duduk di sampingnya. Mobil melaju sedang meninggalkan perusahaan Bagaskara Group.Mobil yang mereka tumpangi melesat membelah keramaian. Menuju sebuah kafe yang sudah Ridho booking terlebih dulu.“Sri, akhir-akhir ini kamu jarang banget bales pesan aku? Ada apa, ya?” Lelaki itu menelisik.“Aku sibuk, Bang! Sejak bos aku kecelakaan, banyak banget urusan yang harus aku selesaikan.”“Sekarang bisa ketemu, berarti bos kamu udah sembuh?”“Iya, Bang.”Hanya percakapan-percakapan singkat yang terjadi antara mereka. Srikandi terlihat tidak seperti biasa. Senyum yang indah itu sudah tidak lagi tampak pada raut wajahnya. Ridho benar-benar yakin, jika sudah terjadi sesuatu.Apakah lelaki itu sudah mence

  • BOS VS ME   Empat Puluh Satu

    BAB 41 – Bertemu RidhoAkhir pekan yang melelahkan. Begitulah kira-kira kesan yang diperoleh wanita kelahiran Garut itu. Mereka tiba menjelang malam. Minggu malam yang harusnya digunakan untuk istirahat maksimal, menjadi malam yang menyita waktu.Senin pagi akhirnya tiba. Srikandi sedang berdiri di depan gerbang kost paviliunnya menunggu ojek online yang dipesannya. Wanita itu menenteng satu bag besar berisi oleh-oleh untuk rekan-rekan kantornya.Baru saja ojol datang. Sebuah Chevrolet menepi. Mobilnya diparkirkan di depan tukang ojol yang baru saja menyerahkan helm pada Srikandi.Arjuna turun dari Chevrolet miliknya. Lelaki itu berjalan menghampiri Srikandi yang tengah mengenakan helm."Pagi, Pak! Ngapain ke sini dulu, semalem ada yang ketinggalan?" Akhirnya dia berhasil mengunci helmnya. Menoleh ke arah Arjuna yang mendekat ke arahnya."Iya, ada! Ayo berangkat!"Arjuna mengambil alih tentengan dari tangannya.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status