"Maaf ... ak-aku tidak bermaksud menyembunyikan ini darimu. Aku tidak ingin kamu salah paham," ujar Lia sedikit trauma lima tahun lalu di mana Davin meragukannya.
"Jangan mengatakan hal seperti itu lagi," jawab Davin serius, sambil kemudian mengangkat dagu istrinya, sebab wajah itu sempat menunduk dan terlihat takut.
Jujur saja, perasaan Davin cukup tercubit melihat Lia demikian. Penyesalan datang, dan Davin sesak mengingat bagaimana dirinya sudah tidak mempercayai perempuan yang bahkan sudah seperti budak cintanya itu. Bahkan dirinya sampai hati menyakiti dan berulang kali menyiksanya.
Namun apa yang didapatkan olehnya sekarang, itu semua seakan tak adil. Lia sungguh pemaaf atau mungkin keibuan wanita itu yang lebih mementingkan kebahagiaan anak-anaknya, sehingga tetap bertahan di sisi Davin. Entahlah, apapun itu yang pasti selanjutnya Davin hanya ingin membahagiakannya.
"Aku
Linda terlihat sangat marah, saat Lia baru saja pulang. Ibunya itu langsung menghadang dan menginterogasinya. "Dari mana saja kamu? Habis bersenang-senang dengan suamimu yang tidak punya hati itu?!""Ma, dia itu ayah dari anak-anakku. Lagipula sudah seharusnya kami bersama. Setelah papa pulang dari rumah sakit, aku juga akan kembali padanya!" jelas Lia dengan tegas."Apa kamu bilang? Jadi kamu tidak mau meninggalkan pria tak tahu diuntung itu? Dimana akal pikiran kamu Lia, mudah sekali kamu putuskan itu? Dia sudah menyakitimu!" tegas Linda tak habis pikir."Mama juga sudah menyakiti aku, Ma. Bukan hanya Mas Davin!" ujar Lia kelepasan. Dia sudah lelah meladeni ibunya, bukannya tidak hormat, tapi kehidupannya juga adalah miliknya. Dia berhak memutuskannya."Papa, Mama dan bahkan Kiandra. Kalian sama sekali tak mendengarkan aku, kalian membuangku tanpa belas kasih. Memangnya kenapa jika aku
"Selama ini aku sudah tahu Ares bukan cucuku. Aku tahu Liona berbohong dan memalsukan kelahirannya. Dia mendapatkan Ares dari panti asuhan. Namun Aku diam saja, dan terus saja egois berpikir mungkin dengan itu dia akan memberiku cucu yang nyata. Anaknya Davin sendiri.Namun, kemudian Aku mulai menyadari saat aku mulai menyayangi Ares. Selama ini aku memang membutuhkan cucu, pewaris keluargaku, tapi anak asing juga tak masalah. Bukan karena Aku tak mau cucu kandung sendiri, tapi untuk apa cucu kandung jika karena itu anakku tidak pernah tidur lagi dengan nyenyak, tidak pernah menikmati hidupnya lagi dan paling buruk harus dibayangi wanita benalu yang cuma ingin uangnya saja," jelas Amel dengan sangat serius sambil kemudian mengusap air matanya yang terus turun.Dia benar-benar sangat menyesali perbuatannya. Meski selama ini, Lia tak melakukan apapun untuk membalasnya, tapi penyesalannya adalah rasa sakit yang mungkin tidak akan pe
Sejak hari di mana Amel bersujud di kaki besannya, kehidupan pernikahan anak dan menantunya mulai membaik. Hari ini tepat saat hasil tes DNA antara Davin dan Ares akan keluar, setelah dua minggu lalu mereka melakukan tes. Amel harap setelah ini semua masalah dan kesusahan anak juga menantunya akan berakhir.Hari yang sama di saat suaminya Linda keluar dari rumah sakit. Kesempatan yang tepat untuk memberitahu hasil tes dan meluruskan segalanya."Ares memang bukan anaknya Davin, syukurlah Mama senang mendengar hal ini. Setidaknya anakku tidak bersama orang yang pernah berani menghianatinya!" ujar Linda merasa senang, tapi tidak dengan suaminya yang terduduk di kursi roda. Meski tak mengatakan apapun, tapi Dia tak menunjukkan reaksi apapun.Davin merasa lega, begitu juga Lia dan Amel merasa senang karena merasa inilah akhir dari drama yang membuat anak juga menantunya terpisah. Sementara Kiandra tak ada di
“Apa yang Tante katakan, bukankah Kita sudah setuju dan setuju?!” Juga terlihat prajurit berkuda dan kecewa. Sementara ibu Linda Lia justru terlihat merasa bersalah."Maafkan Tante, Nak. Semua ini murni kesalahanku. Aku terlalu terpengaruh oleh balas dendam dan juga emosi. Sampai tidak berpikir panjang. Lia masih punya suami dan sekarang Dia sudah mempunyai dua orang anak. Sangat egois jika Aku memaksamu terus bersama dengan putriku. Terlebih lagi Kamu ini lajang dan pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dari Lia."Alsen mengusap rambut kasar.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Perempuan itu sudah menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam masalah. Dia menikah dengan salah satu CEO yang perusahaannya pernah bekerjasama sama dengan kita, Pak," jelas Kevin memberitahu.Davin menganggukkan kepala, lalu tanpa menyela. Dia menggunakan gesture tubuh yang meminta agar asistennya itu melanjutkan ucapannya."Pak Mahendra pebisnis di bidang properti yang istrinya itu sedang sakit parah, dan di rawat di rumah sakit Singapore. Dia dan saudaranya sengaja menjebak nona Liona, karena wanita itu merupakan saudara seayah dari istrinya.""Bagus. Aku suka kerjamu! Teruslah seperti itu dan dapatkan bonusmu. Hm, tapi mulai sekarang Kau bisa menghentikan pengawasan terhadap perempuan itu. Aku yakin seorang Mahendra tidak akan melepaskannya lagi, sehingga Dia tidak akan bisa lagi menjadi pengacau dalam keluargaku," jawab Davin puas, dan Kevin mengangguk senang.
"Maaf mengganggu waktunya, Pak. Adelia Aryaka Putri, yang merupakan sekretaris baru Bapak sudah di sini."Seorang staf perusahaan mengantar Lia ke ruangan CEO di hari pertamanya bekerja. Namun, anehnya … selain merasa gugup luar biasa, ada perasaan ganjil dan tidak enak yang sedari tadi terus mengganggunya hingga membuat dia tidak nyaman.Kedua mata Lia langsung terfokus pada sosok pria yang berdiri dan menghadap luar ke arah jendela. Sehingga posisinya membelakangi mereka saat ini.Pria yang sepertinya CEO dan akan menjadi bossnya itu sama sekali tak berbalik. Dia masih dalam posisi yang sama, seolah betah dengan itu. Bahkan anehnya dia sama sekali tak bersuara. Lia bahkan sempat berpikir bossnya itu mungkin bisu. Hanya memperlihatkan gestur tubuhnya yang bergerak angkuh. Menggerakkan tangannya dan mengode staf tersebut supaya pergi, sehingga meninggalkan dirinya berdua dengannya Lia. Untuk sesaat Lia pikir setelah stafnya pergi, pria itu akan bersuara, tapi kemudian dia malah teta
Astaga! Lia ketiduran setelah pulang kerja, tapi ditengah tidurnya tiba-tiba saja nafas Lia terasa berat. Lia terlihat gelisah dan tidak tenang. Bahkan tubuhnya pun berkeringat. Tiba-tiba kedua bola matanya terbuka lebar, seiring dengan kesadarannya yang seolah ditarik paksa. Nafas Lia masih tak beraturan. Melihat ke sisi kasur lalu mengambil gelas air putih di sana dan meneguknya dengan kasar. Usai melakukan hal itu, Lia menarik napasnya panjang lalu membuangnya dengan perlahan. Lia berusaha menenangkan dirinya, namun yang terjadi dia malah terus teringat pada sesuatu yang membuat tidurnya tak tenang. "Dasar perempuan rendahan, penghianat dan tak berguna. Tanda tangani surat cerai kita, lalu pergilah dari sini dan jangan pernah tunjukkan wajahmu dihadapanku!!" bentak Davin, sosok pria masalalunya yang terngiang dalam kepalanya, tapi terasa nyata. Lia geleng-geleng kepala, kemudian membuang nafasnya yang kasar setelah berulang kali. "Tidak. Mimpi buruk itu lagi, kenapa tiba-tiba
Keesokan harinya, Davin benar-benar melakukan apa yang dia ucapkan. Memperlakukan Lia begitu buruk di kantornya. Seperti kali ini di mana Davin memerintah Lia untuk menyiapkan kopi untuknya. Itu memang terdengar mudah dan biasa dilakukan oleh sekretaris pada umumnya.Namun tentu saja kali ini berbeda, karena dibalik perintah itu, Davin tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk mengerjainya."Aku tidak mau buatan OB, tapi kamu Lia, dan jangan coba untuk menipuku!" peringat Davin penuh tekanan. Lia hanya bisa pasrah lalu mengangguk paham, kemudian pamit untuk ke pantry yang ada di perusahaan itu.Awalnya baik-baik saja dan begitu lancar tanpa kendala, tapi ketika dia berbalik dan hendak mengantarkan kopinya. Sesuatu yang tak diduga terjadi.Bram!!"Sssttt ... panas!""Sial. Dasar perempuan pembawa sial. Baru hari pertama kamu sudah berani memperlihatkan nasib burukmu di sini!!"Barusan Davin tiba-tiba saja sudah di depannya ketika Lia membalik badan, lalu secara tak sengaja karena tak b