LOGINSambil merangkul Mayang, Gilang bangkit dan membawa Mayang untuk berdiri. Tanpa melepaskan ciuman, mereka saling mendekap dan membawanya ke ruang paling pribadi di rumah itu. Tubuh mereka bergesekan dan mengerang penuh gairah.Gairah dari sesuatu yang salah tapi mampu memacu adrenalin untuk terus beradu desahan. Dengan ahli Gilang melucuti pakaian Mayang, menghempaskannya ke lantai. Mayang membusungkan dadanya, menantang bibir Gilang untuk memainkan dadanya.Gilang menundukkan kepalanya menciumi dada Mayang. Tangannya meremas dada Mayang dengan posesif seolah hanya dirinya yang berhak memanjakan wanita itu. Membelainya, meremasnya hingga Mayang kehilangan kendali atas dirinya."Sentuhan tangan kamu ... aku suka ... aku suka yang udah berpengalaman ..." bisik Mayang.Gilang terus menyapukan ciuman di kulit Mayang. Hawa panas menjalar di dada wanita itu, turun ke perut, lalu ke pangkal pahanya."Buka baju kamu, Lang ..." pinta Mayang. "Ajarkan aku semua yang pernah dilakukan tante-tante
"Sh*t! Kamu dengar dari mana? Itu sama sekali nggak bener, Mayang! Nggak bener!""Sabrina yang bilang sendiri sama aku. Malah dia hampir ngasih lihat video mesum kalian.""Apa? Pliiss, kamu nggak boleh terpengaruh sama dia, Mayang. Dia itu cuma cewek halu yang terobsesi sama aku. Dia nggak beres, dia menjebak aku!""Ngejebak gimana?" tanya Mayang semakin penasaran."Ya, ngejebak! Sekarang aku udah inget urutan kejadian waktu ke rumah Sabrina. Waktu itu aku datang ke sana buat benerin laptopnya yang bermasalah. Terus, entah apa yang dia masukin ke minuman, abis aku minum kepala aku pusing terus ngantuk banget. Samar-samar aku masih sempet ngerasa ada orang yang naik ke badan aku dan gesek-gesekin itu aku. Tapi ... aku nggak bisa ngelawan.""Terus? Itu kamu tetap bisa bangun?" tanya Mayang, mengernyit ngeri."Ya, asal ada rangsangan mungkin bisa-bisa aja. Kan kalau lagi tidur saja dia bisa bangun sendiri, mimpi basah. Makanya aku jarang banget tidur pakai celana dalam," ucap Gilang juju
Kelopak mata Mayang menutup serapat mungkin. Berusaha menikmati perjalanan kesekian kalinya bersama Gilang. Namun dalam hati Mayang meringis menyesali tamparan yang dilakukan kepada pemuda itu."Tangan bodoh ..." batinnya merintih.Padahal, kenyataannya, Gigolo kampus itu telah membuat hatinya begitu mendamba cinta, bahkan lebih mendebarkan dari yang pernah dia ingin dapatkan dari suaminya. Suami yang sebentar lagi mungkin akan menjadi mantan suami."Mayang!!" seru Gilang."Apa lagi sih, Lang?""Kamu janji dulu! Setelah aku kasih penjelasan nanti, kamu jangan marah sama aku!""Aku nggak tahu, Lang! Tergantung penjelasan seperti apa dulu!" balas Mayang, sok realistis."Aku harap kamu bisa mengerti, Mayang!" seru Gilang lagi.Lalu setelah beberapa saat, Gilang mengelus punggung tangan Mayang yang melingkar di pinggangnya dan berseru, "Mayang! Gilang sayang Mayang!""Apa, Lang?" tanya Mayang pura-pura tidak mendengar seruan Gilang."Gilang sayang Mayang! Kedengarannya emang nggak pantes
Bagai tersambar petir siang bolong, Gilang merasa pertahanan dirinya sebagai lelaki hancur hanya karena tamparan seorang wanita. Bahkan tangan wanita yang telah melahirkannya saja belum pernah melayang seperih ini di pipinya."Bullsh*t! Saya nggak butuh penjelasan dari seorang gigolo!" seru Mayang wajahnya merah menahan marah dan juga malu.Gilang mengatupkan rahangnya. Tapi, jika ibunya tahu ia mengumpulkan uang dengan menjadi seorang gigolo, apkah beliau juga akan bereaksi sama seperti Mayang? Menamparnya? Atau lebih celaka lagi... mengusirnya? Mengutuknya? Mencoret namanya dari kartu keluarga? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar liar di kepalanya.Tanpa mereka sadari, keributan yang mereka timbulkan itu telah menarik perhatian jalanan. Beberapa pengendara motor yang melintas serempak menoleh ke arah mereka. Seorang pedagang asongan yang semula hanya melintas, malah sengaja berhenti di seberang jalan untuk menonton perkelahian sengit itu.Berpasang-pasang mata tertuju ke arah mereka.
"Maaf, saya seorang dosen. Saya datang ke sini untuk menyelidiki salah satu mahasiswa saya. Apakah Ibu Winda bisa menjelaskan kepada saya pekerjaan Gilang Pratama di luar kampus?" tanya Mayang dengan suara yang dibuat setenang mungkin, meski dentaman keras bertalu-talu di jantungnya."Dosen?" Winda mendengus. "Universitas kurang kerjaan mana yang mengutus dosen mereka untuk menyelidiki pekerjaan sampingan mahasiswanya? Ada-ada saja.""Tolong jangan bertele-tele, langsung katakan saja kepada saya, apa pekerjaan Gilang Pratama? Semua percakapan kita mulai dari sekarang dan ... akan saya rekam," ucap Mayang sembari mengacungkan ponselnya."Apa? Anda ini dosen atau wartawan, sih? Pake acara rekam-rekam segala? Udah gila nih perempuan!" seru Winda, tak habis pikir."Bukti rekaman percakapan ini akan saya berikan ke pihak universitas untuk dijadikan bahan pertimbangan, karena ... karena Gilang salah satu penerima beasiswa luar negeri di kampus," ucap Mayang dengan penuh daya dan upaya agar
Di tempat berbeda, tepatnya di dalam sebuah taxi online Mayang menggenggam erat ponsel Gilang. Percakapan singkat dengan seseorang bernama Bima yang tidak dia kenal membuat jantungnya seakan mau copot. Dengan gaya sok berani ala Sherlock Holmes dan bermodalkan alamat yang sesungguhnya diperuntukkan bagi Gilang, Mayang bertekad untuk membuktikan kecurigaannya atas pemuda itu."Tante Winda? Kayak apa sih bentuknya? Sumpah aku penasaran banget!" batin Mayang sembari mengepalkan sebelah tangannya.Taxi online yang ditumpangi Mayang berhenti di sebuah vila satu lantai dengan pelataran luas yang asri. Sepintas Mayang sempat ragu apakah benar rumah itu yang akan menjadi tempat pertemuan Gilang dengan Tante Winda. Tapi keraguan segera terbantahkan saat Mayang melihat seorang wanita berwajah mungil dengan bentuk tubuh serupa Aura Kasih, keluar dari dalam rumah mengenakan tanktop hitam dan hot pants merah."Sexy banget ..." desis Mayang.Seketika dia merasa minder dengan penampilannya yang terk







