Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 07. Buang saja

Share

Bab 07. Buang saja

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-04-26 05:07:15

Nabil sudah menyelesaikan ospeknya. Pagi sekali dia bermaksud pulang ke desanya.

Dia menatap layar handphonenya. Wajah ceria Keya yang duduk dengannya masih menjadi wallpapernya. Kali ini kerinduan yang sangat membuat dia mencoba menelpon handphone Keya, ternyata berdering.

"Alhamduuulillah, tidak diblokir lagi."

Nabil kembali teringat masa-masa SMA-nya bersama Keya. Walau dia tak pernah satu tim dengan Keya, dia sering bersama Keya mewakili sekolah mereka sebagai duta anak-anak yang gemar lomba karya ilmiah. Dari sanalah akhirnya cinta itu tumbuh. Kebersamaan yang kerap mengundang kagum, bahkan mengundang iri yang menimbulkan bencana. Nabil sendiri sampai sekarang tidak dapat memastikan, di antara dua puluh temannya yang mengajak mereka ke puncak, apakah semua terlibat memberi dia dan Keya obat itu. Yang jelas setelah kejadian itu, dia tak ingin lagi mengenal nama anak-anak itu, apalagi berhubungan dengan mereka—yang rata-rata juga murid berprestasi sekaligus anak orang tajir.

SMA ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 313. Senyum pertama

    “Assalamualaikum,” suara lembut itu meluncur begitu pintu SUV terbuka.Warga serentak berdiri, wajah-wajah sumringah menatap gadis yang turun anggun dengan gamis pastel. “Waalaikum salam, Mbak Ranying… sehat?” sapa seorang ibu, menundukkan kepala hormat.Pak Kades Pangin, yang sejak tadi menunggu, langsung meraih tangan putrinya, mencium keningnya penuh bangga. “Alhamdulillah, anak Uda pulang juga.”Istri Pak Kades, Bu Inggai menepuk lengan Ranying, mata berkaca-kaca. “Umak rindu, Nak. Kuliahmu bagaimana?”Ranying tersenyum, menyalami kedua orang tuanya dan mencium punggung tangannya. “Baik, Umak. Alhamdulillah lancar.”Suasana berubah hangat. Warga berdesakan ingin menyalami, ada yang bahkan membungkuk penuh hormat. Ranying menyambutnya lalu mengatupkan kedua tangannya di dada untuk yang pria.Nabil berdiri agak belakang, matanya tak berkedip. Tubuh mungil Alya bagai boneka barby hidup. Gerak lembut, wajah bersih, senyumnya sederhana tapi menawan. Dalam benaknya terlintas bayangan Ke

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 312. Sungai Permai

    “Dengar baik-baik,” suara Kompol Harun menggema di ruang briefing . Peta besar menempel di dinding, dengan lingkaran merah yang jelas menunjuk ke pedalaman Pontianak. “Desa Sungai Permai". Kami mencurigai sindikat penyelundupan narkoba beroperasi di sana, menyamar sebagai kelompok tani, atau mungkin juga karang taruna. Tugas kalian: gali informasi, temukan bukti. Kalau misi ini berhasil, catat baik-baik—pangkat kalian bisa naik lebih cepat.”Nabil menyilangkan tangan di dada, wajahnya santai, tapi sorot matanya fokus. “Berarti kami masuk sebagai tim KKN seperti renana awal?”Harun mengangguk. “Benar. Kalian akan menyatu dengan mahasiswa. Jangan sampai identitas terbongkar. Ingat, ini wilayah asing, penuh mata yang mengawasi.”Saka, yang duduk di samping Nabil, menunduk singkat. “Siap, Komandan.”Mereka bergabung dengan mahasiswa yang akan menuju desa itu di sebuah kecamatan."Kenalkan, ini Haris, mahasiswa ayng memimpin rombongan kalian," ucap Pak Nardi, dosen yang mengantar."Saya Ip

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 311. Isyarat

    "Aku nggak salah lihat, kan? Kalian jadian?" Suara berat Saka terdengar jelas, membuat Nabil dan Rere serentak menoleh.Edward sudah menepuk punggung lebar Nabil. Serentak senyum tergambar jelas dari wajah para polisi muda itu. "Edward!" Nabil mendesis, menggeram pelan.Bersama Edward dan Saka, ada Ara, dan Jaya. Mereka masuk sambil cekikikan, jelas menikmati momen aneh yang baru saja mereka saksikan.Saka langsung menunjuk sendok yang masih tergeletak di piring Rere. "Lho, sampai jatuh sendoknya. Berarti beneran serius nih, Bil karena cewek yang biasanya galak ini, malah jadi gemetar begini.""Saka,..!"Saka menghindar dari tindu Rere.Ara terkekeh, matanya melirik Nabil nakal. "Nabil, kamu pakai baju rapi gini, ternyata bukan buat briefing. Pantesan dari tadi misterius."Jaya malah sudah duduk tanpa izin, mencomot choi pan dari piring. "Wih, enak banget. Eh, santai aja, Bil. Kalau beneran kamu mau lamar Rere, kenapa harus takut?"Nabil mendengus, wajahnya merah padam. "Kalian ini,

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 310. Jawab aku

    "Aku mau tanya sesuatu," ucap Nabil. Suaranya memecah sunyi parkiran, pelan tapi jelas.Rere menghentikan langkah, menoleh sekilas. "Apa lagi?""Ada waktu? Nanti malam kita ketemu di warung makan," ucap Nabil, sorot matanya menunggu jawaban.Alis Rere terangkat. "Kenapa? Kamu masih mau protes soal pembagian tim?""Bukan," Nabil menggeleng cepat. "Pokoknya aku tunggu. Kamu datang, ya." Nabil memaksa. Dai tahu Rere akan masih mendebatnya.Tapi ternyata, Rere diam, walau cuma sebentar, jemarinya masih menggenggam ponsel. Napasnya terdengar berat. "Aku pikir duluh ya. Kalau sempat aku pasti datang. Kalau lagi malas, jangan marah kalau kamu menunggu dan pulang.""Aku anggap itu iya. Aku pasti akan tunggu sampai kamu datang." Nabil berusaha tersenyum, meski dadanya berdebar tak karuan karena jawaban cuek Rere.Rere melangkah pergi, tak menoleh lagi.Malam turun dengan pelan. Lampu jalan menyala redup, menyingkap deretan kendaraan yang melintas. Mengenakan kemeja rapi dengan celana bahan a

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 309. Aku hanya takut,..

    Keya sedang menatap suaminya yang kelelahan hinggah sulit dibangunkan lagi. Rasa sesak membuat wanita itu mencium keningnya. "Kak, kamu tak pernah berhenti kerja. Jika aku tak bisa memberimu anak, sepertinya aku belum menjadi istri yang sempurna untukmu," bathinnya lirih sambil memijit suaminya. Liam mengerjap. "Ey, kamu kenapa?"Keya yang tidak menyangka Liam terbangun, segera mengusap air matanya."Sayang,.." Liam merengkuhnya. Dan membiarkan Keya menangis sesenggukan. "Kak, aku ingin coba lagi," ucap Keya mendongak,menatap Liam. Masih berbaring dengan tubuh lelah, Liam mencium kening istrinya. Dia tahu apa maksud Keya. "Kamu tahu rasanya setiap kali jarum itu mendekat? Kamu selalu pucat, tanganmu gemetar. Aku tidak mau lihat itu lagi.""Aku takut, iya. Tapi aku lebih takut kehilangan kesempatan. Kamu tahu betapa aku ingin memberimu seorang anak." Keya menggenggam jemari Liam, hangat dan bergetar. "Tolong... jangan hentikan aku."Liam menatap langit-langit kamar, menahan napas

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 308. Yang terabaikan

    "Bil, kananmu!" suara Rere meluncur tegas lewat radio.Nabil spontan menjatuhkan diri, tubuhnya menghantam papan dermaga yang basah. Dentuman peluru lewat sekilas di atas kepalanya, menghantam peti kayu hingga serpihan beterbangan."Nabil,.. !" pekik Rere. "jangan apa-apa, Bil,.. komohon,.. jangan apa-apa!" Tombol siaran masih menyala tanpa sadar. Semua mendengar, salin menatap, salin mengerling.Edward menoleh cepat dengan menyimpan senyumnya. "Nyaris saja!"Nabil bangkit dengan napas terengah, wajahnya terfokus. "Terima kasih, kontrol."Di ruang monitor, Rere menahan napas. Matanya menatap layar hijau yang menampilkan titik merah, jari-jarinya masih menekan headset erat. "Jangan ngaco, fokus sama tugasmu," gumamnya pelan, malu menyelimuti dirinya saat sadar tombol masih menyala.Kompol Samuel mengerutkan kening. Tersenyum selintas. Tapi ia tak menegur. Mata tuanya hanya menatap layar, seolah paham perasaan yang baru saja tumpah.Nabil sempat berhenti sepersekian detik. Suara itu… bu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status