Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 118. Andai,..

Share

Bab 118. Andai,..

Author: HaniHadi_LTF
last update Huling Na-update: 2025-07-13 13:28:51

"Ey...?"

Suara Liam parau saat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu. Dia memang kaget.

"Aku masakin air, Kak Liam segera mandi. Aku tunggu sholat Subuh mumpung Sheryn belum bangun.

Keya, mengenakan gamis lembut berwarna salem, rambutnya masih basah tergerai sepunggung. Aroma sabun masih menempel.

"Kamu dari kamar mandi?" tanya Liam pelan, kaget.

Keya mengangguk, bingung menatap wajah Liam yang tegang.

"Ada apa?"

Liam menoleh ke arah ranjang. "Boneka itu..."

Keya kaget seolah akan terkuak apa yang diberikan Nabil untuk putrinya. "Kenapa?"

"Matanya," Liam menatap lekat wajah boneka berpita merah muda itu. "Tadi seperti... mengedip."

Prasangka yang salah membut Keya terkekeh. Terlebih melihat sikap Liam. "Memang bisa begitu. Dari pabriknya. Shery suka mainin kelopaknya."

Liam menghela napas, lalu tertawa pendek. "Aku pikir..."

Kata-katanya menggantung. Ia melangkah pelan ke arah Keya. Tangannya menyentuh lengan istrinya itu, lalu menuruni pergelangan. Jemarinya dingin.

"Kakak pik
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 123. Saat Sheryn dikangenin

    "Aba kangen sama Sheryn. Bisa kamu bawa ke sini hari ini?"Suara H. Darman di ujung telepon membuat dada Keya sedikit menghangat sekaligus gelisah. Pagi itu baru pukul enam, Sheryn belum mandi. Tapi suara H. Darman terdengar begitu berharap. Di belakang sana, samar terdengar suara Ummi memanggil-manggil nama Sheryn. Keya menarik napas.Keya menelan ludah. "Iya, Ba... InsyaAllah nanti aku usahakan."Begitu menutup telepon, Keya hanya bisa memandangi putrinya yang sedang duduk di atas karpet ruang tengah sambil memeluk boneka beruangnya. Dia termenung lama. Ada ragu yang mengambang di hatinya. Bukan karena takut pada H Darman, tapi karena satu nama yang mungkin bertemu dengannya di sana, Nabil."Sayang..." bisiknya sambil memeluk Sheryn dari belakang. "Kita ke rumah Aba, nggak ya?"Sheryn menoleh. "Ku,..kung, U,...ti?"Keya tersenyum kecil. "Ia, Ummi juga kangen kamu."Liam yang dari tadi menyeduh kopi memperhatikan wajah istrinya. "Siapa yang telpon?"Deangan ragu Keya berkata "Emm, Ab

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 22. Ikhlas

    Setelah sholat Maghrib, kakak-kakak Liam bergantian berdatangan dengan keluarga mereka. Ratna dengan kedua anaknya cowok cewek, juga Raihan dengan dua anaknya pula yang cowok dua-duanya.Rosmala, istri Raihan dan Ratna saling merangkul dengan Keya. Lalu membuka kain kafan yang menutupi wajah Ibu, dan menciumnya dengan derai air mata, demikian juga dengan Raihan yang juga menangis, mengingat dia jarang sekali pulang. Bahkan ibunya yang sudah 9 bulan sakit, hanya sekali dijenguknya, itu pun saat pernikahan Liam dan Dania, juga tak lama hanya karena mereka tak sreg dengan Dania yang menurut mereka hanya akan menghancurkan hidup Liam.Kain kafan yang atas kembali dirapikan Pak Hasan selaku modin. Lalu Bu Maryam dibawa ke Masjid desa yang tak jauh dari Rumah Liam.Selesai sholat Isya', Pak Kyai Abdurrahman memimpin sholat jenazah. Masjid yang begitu besar, namun masih tak muat untuk orang yang menshalati jenazah Bu Maryam karena banyaknya. Hinggah sholat dilakukan dua kali.Ditandu Liam da

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 121. Kekhawatiran

    "Ehem!" Seseorang berdehem, dialah Neina, namun Liam dan Keya masih sibuk saling menatap.Neina tak segera beranjak pergi, masih memperhatikan Keya dan Liam yang melakukan apa-apa setelah itu dengan selalu berdua. Bahkan Liam tak pernah berhenti mencuri pandang pada Keya dengan mesra. Liam memang merasa begitu bahagia di akhir hidup ibunya bisa dirawat dengan tulus oleh Keya. Wanita yang tanpa jijik sekalipun dia harus mengganti pempersnya dan membalurkan bedak bayi tiap selesai membersihkan ibunya. Dia juga tak segan masak apa yang diinginkan ibunya ayng di akhir hayatnya terlihat sangat rewel itu.Tiada yang bisa diungkapkan dengan kata-kata kebahagiaan Liam di akhir hidup Bu Maryam dia bisa bermanja pada seorang putri seperti yang selama ini diimpikannya dan tidak bisa dia dapatkan karena satu-satunya putrinya jauh darinya."Apa Ibu tak cukup aku ada di sisimu?" tanya Liam suatu hari sebelum ibunya jatuh sakit dan belum ada Keya di rumah itu."Bagaimanapun kamu itu lelaki dan Ibu

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 120. Pergi selamanya

    Liam dan Keya berlari mendekati Bu Maryam."Ibu..." ucap Keya dan Liam bersamaan. Nafas mereka memburu, langkah mereka terburu-buru seperti ingin menahan waktu yang tak mau diajak kompromi.Bu Maryam yang terbaring di ranjang, menoleh perlahan. Matanya sayu, tapi senyum masih mengembang di bibir pucatnya. Tangannya lemah melambai menyambut dua anak yang paling akhir menemaninya.Sheryn yang digendong Keya menangis, seolah tahu sesuatu sedang berakhir."Ibu bahagia melihat kalian..." suara Bu Maryam seperti desir angin. Lemah, tapi penuh makna. Ia mengangkat tangannya dan menggenggam tangan Liam dan Keya sekaligus, menariknya ke dekat wajahnya."Jangan tinggalkan... Liam... Key... Dia,... sangat mencintaimu,..."Genggaman itu melemah. Mata Bu Maryam menatap ke atas. Bibirnya bergerak pelan, menyebut asma Allah.Lalu, hening.Tarikan nafas terakhir itu adalah pertanda yang tak bisa ditolak."Ibu,.."Keya dan Liam menunduk, menempelkan wajah mereka ke tangan Bu Maryam yang masih hangat.

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 119. Aku mencintainya!

    Keya dan Bu Maryam sontak menoleh. Dania berdiri di ambang pintu ruang tengah. Matanya menyala, rahangnya mengeras.Keya segera berdiri. Tubuhnya gemetar. Dia ingat rambutnya masih setengah basah, sisa mandi tadi."Dania, bukan itu maksud Ibu. Ibu mau,..."Namun ucapan itu tak sempat selesai."Aku tahu selama ini kalian kompak tak senang aku di sini, Tapi kalian jangan berharap aku akan pergi begitu saja. Aku yang seharusnya lebih berhak di rumah ini daripada wanita yang kausayang itu.""Kak, tolong yang lebih sopan. Dia Ibu kita, Kak. Kalau aku memang salah ada diantara kalian, aku minta maaf.""Jangan berpura-pura sopan, Keya." Mata Dania menajam. Tatapannya menelusuri Keya dari kepala sampai kaki, lalu berpindah ke ranjang Bu Maryam."Aku dengar dengan jelas, kok kalian ngobrol tadi. Kammu pikir aku tuli apa?"Wajah Bu Maryam berubah pucat. "Dania... dengarkan dulu.""Dengar apa, Bu? Penjelasan soal istri simpanan yang tinggal seatap dan diam-diam mengundang suamiku ke kamarnya mal

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 118. Andai,..

    "Ey...?"Suara Liam parau saat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu. Dia memang kaget."Aku masakin air, Kak Liam segera mandi. Aku tunggu sholat Subuh mumpung Sheryn belum bangun.Keya, mengenakan gamis lembut berwarna salem, rambutnya masih basah tergerai sepunggung. Aroma sabun masih menempel."Kamu dari kamar mandi?" tanya Liam pelan, kaget.Keya mengangguk, bingung menatap wajah Liam yang tegang."Ada apa?"Liam menoleh ke arah ranjang. "Boneka itu..." Keya kaget seolah akan terkuak apa yang diberikan Nabil untuk putrinya. "Kenapa?""Matanya," Liam menatap lekat wajah boneka berpita merah muda itu. "Tadi seperti... mengedip."Prasangka yang salah membut Keya terkekeh. Terlebih melihat sikap Liam. "Memang bisa begitu. Dari pabriknya. Shery suka mainin kelopaknya."Liam menghela napas, lalu tertawa pendek. "Aku pikir..."Kata-katanya menggantung. Ia melangkah pelan ke arah Keya. Tangannya menyentuh lengan istrinya itu, lalu menuruni pergelangan. Jemarinya dingin."Kakak pik

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status