Beranda / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 126.. Sulitnya memaafkan

Share

Bab 126.. Sulitnya memaafkan

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-17 10:40:19

Suara langkah terdengar tergesa menyusuri lorong berubin putih yang mengilap. Dinding beton tinggi menjulang, dihiasi bendera merah putih dan semboyan-semboyan berani. Pagi masih basah oleh embun saat mobil travel berhenti tepat di gerbang Akademi Kepolisian Semarang. Udara terasa berat, dan rasa rindu yang masih melekat pada tubuh Nabil belum juga luruh.

"Nabil!"

Suara itu datang dari arah taman kecil dekat asrama perwira muda. Rere berdiri sambil memeluk map. Senyum kecil menghias wajahnya yang sedikit berkeringat.

"Kamu baru nyampe?"

Nabil mengangguk, wajahnya lelah. "Baru aja."

Rere mendekat, langkahnya ringan. "Aku kira kamu nggak jadi masuk. Banyak yang nunggu kabar kamu."

"Maksud kamu apa?" Nabil menghentikan langkahnya, dia menatap tajam Rere..

"Barangkali kamu berubah pikiran untuk tidak kembali ke AKPOL ini."

Nabil menjittak Rere pelan. "Kamu udah gila apa ngira aku seperti itu. Aku udah pergi dari arsitek dan mengecewakan banyak orang, apa aku harus pergi juga dari tempat y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Istikoma Nurlailin
lanjutt thorr t tunggu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 129. Syarat

    "Kamu udah tujuh bulan, Dan. Masih juga kamu bela dia yang nyata-nyata nggak cinta sama kamu," ujar Angga, suara dalam panggilan video di layar ponsel."Menurut kamu aku harus gimana?" jawab Dania sambil menahan napas, menatap wajahnya yang nampak lelah dari balik kaca rias kamarnya.Angga, pemilik stan garment sukses di Surabaya, awalnya hanya iseng mengomentari status Dania. Namun gaya bicara Dania yang lembut dan menggoda di chat membuatnya semakin ingin tahu. Suatu hari mereka bertemu di sebuah kafe kecil. Wajah Dania yang ayu dengan senyum menunduk itu menancap di benaknya. Sejak saat itu, pria pemilik sedan putih itu makin sering menghubungi, menyampaikan perasaan—meski belum mendapat balasan pasti."Aku nggak bisa. Dia cinta pertamaku," lirih Dania."Dan dia sudah menikah dengan perempuan lain. Dia nggak pernah menyentuh kamu. Kamu pikir itu wajar?" desak Angga."Dia cuma butuh waktu. Dia akan kembali," Dania bersikeras, mengelus wajahnya perlahan. Berguman lirih kalau dia perl

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 128. Jejak luka

    "Tahan pukulan itu! Jangan pakai dendam, Taruna!"Suara pelatih utama menggema keras saat Nabil menjatuhkan Edward dengan gerakan sapuan cepat. Debu naik. Edward terbaring. Pelipisnya lecet, mulutnya berdarah sedikit. Para taruna lain menahan napas."Taruna Nabil! Langkahmu berlebihan! Dia sudah menyerah!"Teriakan itu membuat Nabil mendongak. Pelatih bernama Komandan Agus - instruktur bela diri tingkat lanjut - menghampiri cepat. Tubuh tegap dan suara garangnya membuat suasana tambah menegang."Laporkan ke ruang disiplin. Sekarang!"Rere yang menyaksikan dari garis pinggir ikut menunduk. Wajahnya pucat. Edward duduk perlahan, dibantu taruna lain. Tapi matanya menatap Nabil, tak marah, malah seperti puas melihat Nabil terpancing."Mungkin dengan cara itu, dia bisa memafkan aku," bathin Edward."Kamu nggak apa-apa?" tanya Rinda, taruni yang sekamar Rere."Enggak, hanya luka begini, nanti juga sembuh.""KEbangetan banget tuh Nabil. Kayak kesetanan. Emang kalian pernah ada masaah? Bukann

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 127. Janji Liam

    Hampir seminggu kakak-kakak Liam berada di rumah orangtuanya. Kadang hanya ngobrol bersama atau sekedar berjalan-jalan ke belakang rumah yang kini ditanami padi yang mulai menguning. Kadang juga ke resort sekalian melihat wisata pantai di dekat situ. Resort lama yang masih berdiri adalah milik keluarga mereka. Sebulan sekali Liam menghitung pengeluaran dan pemasukan resort lalu membagikan ke kakak-kakaknya sesuai prosentase yang pernah mereka sepakati. Sementara setengah bagian lainnya adalah milik Liam sendiri, yang dibangunnya hampir bersamaan dengan pernikahannya dengan Keya, yang membuat Liam memiliki ide mengusung konsep pengantin saat awal pernikahan mereka. Sebagai bentuk kerinduan Liam untuk mendapatkan Keya. Walau sampai kini, satu resort yang tidak pernah disewakan karena Liam pikir itu spesial untuk dia dan Keya, baru terpakai kapan hari.Selama itu, rumah terasa hangat dan ramai. Sheryn bahkan hanya kapan hari dibawa ke H Darman karena Rosmala dan Ratna berebut mengasuhny

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 126.. Sulitnya memaafkan

    Suara langkah terdengar tergesa menyusuri lorong berubin putih yang mengilap. Dinding beton tinggi menjulang, dihiasi bendera merah putih dan semboyan-semboyan berani. Pagi masih basah oleh embun saat mobil travel berhenti tepat di gerbang Akademi Kepolisian Semarang. Udara terasa berat, dan rasa rindu yang masih melekat pada tubuh Nabil belum juga luruh."Nabil!"Suara itu datang dari arah taman kecil dekat asrama perwira muda. Rere berdiri sambil memeluk map. Senyum kecil menghias wajahnya yang sedikit berkeringat."Kamu baru nyampe?"Nabil mengangguk, wajahnya lelah. "Baru aja."Rere mendekat, langkahnya ringan. "Aku kira kamu nggak jadi masuk. Banyak yang nunggu kabar kamu.""Maksud kamu apa?" Nabil menghentikan langkahnya, dia menatap tajam Rere.."Barangkali kamu berubah pikiran untuk tidak kembali ke AKPOL ini."Nabil menjittak Rere pelan. "Kamu udah gila apa ngira aku seperti itu. Aku udah pergi dari arsitek dan mengecewakan banyak orang, apa aku harus pergi juga dari tempat y

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 125. Telpon

    "Ya,...ya,.. !" Lalu terdngar tawa mungil... dan tawa Liam yang menggodanya.Keya bangkit, hendak mengambil handpone di atas meja yang tak jauh dari tempat tidur yang kini mereka tempati. Suara nada dering itu kembali terdengar dari handphone Liam.Namun lagi-lagi dia ragu, ragu membangunkan Liam. Juga ragu untuk mengangkat."Kak,..." Keya mencoba menyentuh lengan kokoh Liam. Masih tak bergerak. "Gimana ini?" Keya berguman. Sinar mentari masih menyusup lewat jendela, menerpa wajah mungilnya yang masih bersembunyi dalam kehangatan selimut. Tubuhnya tenggelam dalam dekap Liam, yang masih lelap. Dadanya naik turun perlahan, wajahnya tampak begitu damai.Rasa lelah kerana ulah Liam membuat matanya tertutup kembali. Namun tak lama, Keya membuka mata pelan. Ia menoleh. Wajah Liam hanya sejengkal dari wajahnya. Lelaki itu tampak tenang, dengan bulu-bulu halus menghiasi rahang tegasnya. Rambutnya yang berombak tertata rapi meski masih tidur. Hidungnya mancung, kulitnya yang bersih putih tamp

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 124. Menunggu

    "Kamu diem banget," suara Keya pelan, memecah sunyi di dalam mobil yang melaju menuju resort.Liam hanya menoleh sebentar, lalu kembali menatap ke depan. Jawaban tak juga keluar dari bibirnya.Keya menggigit ujung bibirnya. "Kamu marah?"Liam menarik napas dalam, menahannya sejenak sebelum menjawab. "Enggak.""Kamu cemburu, ya?"Masih diam.Mobil berbelok ke arah jalanan kecil berlapis paving menuju bangunan berarsitektur semi-modern. Udara pantai mulai terasa, menyusup lewat jendela yang sedikit terbuka. Suara debur ombak tak begitu keras, tapi cukup untuk menambah suasana hening di antara mereka.Begitu sampai di halaman resort, Liam mematikan mesin dan membuka pintu. "Kamu masuk aja. Aku mau ke bagian administrasi.""Aku ikut—""Enggak perlu. Kamu istirahat aja di kamar. Pakai kamar yang biasa, ya," potong Liam cepat sebelum berjalan menjauh.Keya tertegun. Ia menarik napas perlahan. Matanya menatap punggung Liam sampai menghilang di tikungan menuju kantor kecil di sisi barat resort

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status