Share

Bab 155. Sunyi?

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-07-27 18:07:59

Liam masuk. Melihat rumah yang lenggang, Liam bingung. Sunyi. Tidak ada suara tawa Sheryn. Tidak ada aroma makanan dari dapur. Tidak ada suara Keya bersenandung di dapur seperti biasanya. Bahkan tak ada mainan Sheryn yang biasanya berserakan hampir memenuhi ruangan,.

Yang lebih mengherankan, bahkan di meja ada rangkaian bunga melati dan mawar yang segar, baunya yang harum semerbak mengisi ruangan, sepertinya dari halaman depan dipindah ke pot kaca.

Langkahnya melambat saat ia melihat pot kaca berisi melati dan mawar segar itu. Aromanya semerbak, tapi... bukankah mereka biasa menyingkirkan pot-pot seperti itu dari jangkauan Sheryn?

Mungkinkah... Keya menaruhnya untuk menyambut kepulangannya? pikirnya. "Bagaimana mungkin dia tahu aku pulang?" pikir Liam lagi. "Yang waktunya pulang duluan bukannya Pak Miswan sama Rifki, sedangkan aku, belum waktunya pulang."

Tapi Liam lalu tersenyum. "Mungkin insting dia aja ya? Atau tahu pas mereka pulang tadi dan dia pikir aku pulang juga?"

Liam yang m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Istikoma Nurlailin
up lagi kaaakk..baru 2 hari ini..
goodnovel comment avatar
Istikoma Nurlailin
ampun deh kalo Sampek Liam ma Dania... ckckck...
goodnovel comment avatar
Dwiindah Wahyuni
waduh kk bulet crita y yg satset kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 157. Sesal

    "Pak Haji! Astaghfirullah, Pak Haji!"Suara itu membelah subuh yang belum sempurna tiba. Seorang lelaki berlari dari serambi masjid, tubuhnya gemetar melihat Haji Darman terbujur dengan nafas tersengal. Beberapa jamaah yang baru tiba berhenti di tempat."Angkat ke dalam! Jangan dibiarkan di lantai dingin!" seru seorang bapak, buru-buru menggelar sajadah sebagai alas.Langkah-langkah pelan orang ke masjid, menjadi dipercepat, melihat kondisi H Darman. Di antara mereka, terdengar suara sandal terburu-buru. Bu Aisyah yang datang ke masjid hendak Subuhan dengan mukena terpasang sempurna, mendekat."Aba!" jeritnya. Ia langsung menjatuhkan diri di sisi tubuh suaminya. "Apa yang terjadi? Tadi masih semangat wudhu di rumah!""Baru saja sampai serambi, Bu. Tiba-tiba jatuh. Nafasnya berat.""Panggil Hanafi! Cepat!""Tapi orang itu susah dibangunkan, Bu.""Bentak saja dia kalau perlu!" Wajah Bu Aisyah tegang. "Itu abanya, bukan kambing!"Seorang pemuda langsung berlari ke arah rumah Hanafi. Nafas

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 156. Kaget

    Bangun, bangun, ada maling!" suara keras lelaki dari luar menggetarkan jendela kamar Keya.Lampu-lampu rumah tetangga menyala satu per satu. Suara langkah tergesa membelah kesunyian tengah malam. Terdengar pintu berderak, anak kecil menangis, dan orang-orang berbicara cepat, tumpang tindih.Sheryn terbangun. Matanya membesar, mulutnya bergetar. Tangis pun terdengar. "Non Key, itu suara apa?" Bi Ira sudah kebingungan.Keya segera bangun, memeluk putrinya. "Tenang, Sayang. Gak apa-apa. Cuma orang ramai."Bi Ira sudah berdiri di depan pintu, wajahnya panik. "Non, di luar ramai. Katanya rumah kita barusan dimasukin orang."Keya memeluk Sheryn lebih erat. Jantungnya berdetak cepat. "Masuk ke sini?""Iya. Tapi gak tahu lewat mana. Aku barusan dengar suara pintu geser dari belakang," jawab Bi Ira cepat.Suara langkah mendekat. Pintu diketuk. "Bu Keya, kami dari pos ronda!"Keya menggendong Sheryn keluar, lalu membuka pintu. Tiga lelaki berdiri dengan senter dan tongkat kayu. Di belakang mere

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 155. Sunyi?

    Liam masuk. Melihat rumah yang lenggang, Liam bingung. Sunyi. Tidak ada suara tawa Sheryn. Tidak ada aroma makanan dari dapur. Tidak ada suara Keya bersenandung di dapur seperti biasanya. Bahkan tak ada mainan Sheryn yang biasanya berserakan hampir memenuhi ruangan,.Yang lebih mengherankan, bahkan di meja ada rangkaian bunga melati dan mawar yang segar, baunya yang harum semerbak mengisi ruangan, sepertinya dari halaman depan dipindah ke pot kaca.Langkahnya melambat saat ia melihat pot kaca berisi melati dan mawar segar itu. Aromanya semerbak, tapi... bukankah mereka biasa menyingkirkan pot-pot seperti itu dari jangkauan Sheryn?Mungkinkah... Keya menaruhnya untuk menyambut kepulangannya? pikirnya. "Bagaimana mungkin dia tahu aku pulang?" pikir Liam lagi. "Yang waktunya pulang duluan bukannya Pak Miswan sama Rifki, sedangkan aku, belum waktunya pulang."Tapi Liam lalu tersenyum. "Mungkin insting dia aja ya? Atau tahu pas mereka pulang tadi dan dia pikir aku pulang juga?"Liam yang m

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 154. Dukungan

    "Keya! Keyaaa!" suara Lili terdengar lebih dulu dari balik pagar besi yang sudah mulai berkarat.Keya mengernyit. Ia menyembul lewat jendela, kaget melihat empat temannya berdiri berdempetan, masing-masing membawa plastik kresek dan wajah penuh semangat."Itu bukannya teman Non Key, ya?"Sheryn bahkan sudah sneyum-senyum sambil melambai."Kalian?" suara Keya hampir tercekat.Lesti melambaikan tangan. "Bukain dong! Berdiri di depan gang sempit kayak gini bikin pegel."Keya cepat-cepat ke luar. Gerbang rumahnya terbuka pelan. Wajahnya merah, entah karena matahari sore atau karena malu."Kalian gila," katanya setengah berbisik. "Ke sini tiba-tiba begini."Mila nyengir. "Kita udah curiga sejak WhatsApp kamu gak aktif-aktif. Makanya pulang kuliah tadi kita langsung cabut ke sini."Lesti mengangguk mantap. "Bener. Kita ngerasa aneh aja. Kamu tuh biasanya paling aktif. Apalagi pas aku share soal candaan kemarin, kamu gak kasih reaksi sama sekali.""Aku... cuma lagi pengen sendiri," Keya meng

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 153. Prasangka

    Keya terkejut dengan pertanyaan H Darman. "Saya sudah tidak tau arah, Ba." kata Keya lalu kembali makan."Kamu tak seharusnya tenggelam jika kamu merasa tak bahagia. Masih banyak jalan panjang bisa kamu gapai, Dhuk. Jangan menyerah dengan situasi yang membuatmu menderita." tambah H Darman."Kami sudah menganggapmu seperti anak sendiri, terlepas dari hubunganmu dengan Nabil, kami tak mengaitkannya.""Terimakasih, Ba. Keya sendiri telah merasa kalian seperti orangtua bagi Keya. Keya sangat berterimakasih."H Darman kemudian meraih cucunya yang sudah merangkak ke arahnya dan membawanya pergi keluar.Keya yang terlenguh, mencoba berdamai dengan dirinya. Tidak mungkinkah dia meninggalkan Liam? Pertanyaan H Darman itu terngiang di telinganya hingga tiba di rumah kontrakannya. Dia yang kini telah memiliki rasa yang tersimpan untuk Liam, jauh di lubuk hatinya tak ingin berpisah darinya. Tapi di saat mengingat Dania, dia bukanlah wanita yang menyukai keadaan bahwa dia bukanlah satu-satunya dala

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 152. Kepedihan H Darman

    "Katanya kamu pindahan ke rumah sebelah sekolah, Dhuk?" tanya Bu Aisyah saat pagi Keya mengantar ke rumahnya."Iya, Mi." jawab Keya lemah."Walau begitu jangan kamu jauhkan Sheryn dari kami, Dhuk. ini sudah berapa hari nggak kamu bawa kemari?"Keya memang sudah agak lama tak ke sana. Dia takut ditanyai macam-macam. Lagipula karena rumah itu dekat sekolahan, Bi Ira kadang mengajaknya sekedar ngasuh Sheryn di sekolah."Rumah ini sepi tanpa Sheryn, Key. Tetaplah bawa ke sini dia." H Daran yang muncul segera menyambut Sheryn dan menciuminya."Kuuuu,..." Gadis kecil itu sampai protes lalu seolah tak sabar, bernajak ke mainannya."Andai saja kamu mau di sini." kata Bu Aisyah yang sudah bermain dengan Sheryn.."Bagaimana kalau Nabil pulang, Mi?""Iya juga, kamu pasti berada dalam situasi yang tak enak.""Ayo makan, Dhuk." Bu Aisyah mengambilkan piring untuk Keya sarapan."Keya sudah beli lontong tadi, Mi.""Lain kali sarapan di sini saja. Kamu pasti lapar kalau hanya makan lontong, lawong ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status