Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 214. Jelang sidang

Share

Bab 214. Jelang sidang

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-08-16 19:28:02

"“Fan, bukti yang kemarin udah kamu siapkan?” Liam membuka percakapan lewat telepon. Bicaranya terdengar tenang tapi ada sedikit nada waspada. Ia baru saja keluar dari mushola, habis sholat Dhuhah.

Arfan di seberang tertawa singkat. “Sudah, semua beres. Jangan khawatir. Aku pastikan uang kamu nggak akan sampai keluar satu M ke Dania. Aku yang atur biar tuntutan itu mentok seperti harapanmu."

Liam menjatuhkan tubuh ke kursi malas. “Bagus kalau gitu. Aku nggak mau ada celah. Kamu yakin?”

“Yakin sekali,” jawab Arfan mantap. “Aku udah siapin semuanya. Dania nggak bakal bisa geser kursi kita. Tenang saja.”

Liam mengangguk pelan, meski dalam hati masih ada yang mengganjal. “Kalau begitu, siapa saja yang ikut mendampingi kamu nanti?”

“Najla jelas ikut,” ucap Arfan tanpa jeda. “Sekarang dia sudah resmi jadi pegawaiku. Aku butuh dia untuk dampingi langsung. Aku nanti samperin dia, biar semua siap.”

Liam langsung duduk tegak, sarung yang melingkari pinggangnya merosot. “Hati-hati, Fan. Itu kak
HaniHadi_LTF

Dari tadi masak di kampung buat agustusan, tapi kok nggak enak sama Kak Dwiindah. Jadi lanjut satu bab deh. Emang kak Dwi orang mana, masih sempat baca novel aku malam ini? Selamat hari kemerdekaan RI yang ke 80!

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 215. Mediasi

    “Silakan masuk, para pihak,” ucap petugas pengadilan.Liam menggenggam tangan Keya erat, menuntun istrinya masuk ke ruang mediasi. Aroma kayu tua bercampur hawa segarmemenuhi ruangan. Bangku panjang sudah terisi beberapa orang yang sibuk berbisik.Di depan, seorang pria berjas hitam dengan wajah berwibawa duduk sebagai mediator. Di sisi kanan, Dania sudah siap, mengenakan gamis mahal warna pastel, bibirnya melengkung menyeringai. Di sisi kiri, Arfan berdiri, jasnya rapi, wajahnya serius. Tepat di sampingnya, Najla menunduk sopan sambil merapikan map berisi berkas.Keya sempat menoleh ke arah kakaknya. Najla menyambut tatapan itu dengan senyum tipis penuh dukungan. Ada kehangatan yang membuat dada Keya sedikit lega.Mediator membuka map, lalu menatap semua pihak. “Baik, kita di sini untuk mencari jalan damai. Pihak penggugat, silakan menyampaikan tuntutan.”Dania berdiri, suaranya lantang. “Saya menuntut ganti rugi satu miliar rupiah seperti janji awal dia. Itu sebagai kompensasi atas

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 214. Jelang sidang

    "“Fan, bukti yang kemarin udah kamu siapkan?” Liam membuka percakapan lewat telepon. Bicaranya terdengar tenang tapi ada sedikit nada waspada. Ia baru saja keluar dari mushola, habis sholat Dhuhah. Arfan di seberang tertawa singkat. “Sudah, semua beres. Jangan khawatir. Aku pastikan uang kamu nggak akan sampai keluar satu M ke Dania. Aku yang atur biar tuntutan itu mentok seperti harapanmu."Liam menjatuhkan tubuh ke kursi malas. “Bagus kalau gitu. Aku nggak mau ada celah. Kamu yakin?”“Yakin sekali,” jawab Arfan mantap. “Aku udah siapin semuanya. Dania nggak bakal bisa geser kursi kita. Tenang saja.”Liam mengangguk pelan, meski dalam hati masih ada yang mengganjal. “Kalau begitu, siapa saja yang ikut mendampingi kamu nanti?”“Najla jelas ikut,” ucap Arfan tanpa jeda. “Sekarang dia sudah resmi jadi pegawaiku. Aku butuh dia untuk dampingi langsung. Aku nanti samperin dia, biar semua siap.”Liam langsung duduk tegak, sarung yang melingkari pinggangnya merosot. “Hati-hati, Fan. Itu kak

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 213. Aneh

    “Liam, angkat teleponnya, cepat,” Dengan jengkel berguman. Suaranya terdengar agak mendesak dari dalam mushola, sambil mengusap wajahnya yang masih basah karena wudhu.Keya yang sedang duduk di dekat sofa, melirik layar ponsel suaminya. “Kak, Arfan telepon. Mau aku angkatin?”Liam yang masih meringkuk di kursi malas, selimut tipis melingkari pinggangnya, menggumam manja. “Nanti aja… kamu dulu yang ngobrol, aku masih males gerak.”Keya menghela napas, lalu menekan tombol terima. “Halo, Fan?”“Oh, Keya. Liam ada?” tanya Arfan cepat.“Sebentar, aku kasih ke dia.” Keya menyodorkan ponsel, tapi Liam malah menarik tangan Keya, memeluknya dari samping. “Ngapain buru-buru, Yang? Kamu kan baru duduk di sini. Temenin aku sebentar,” ujarnya sambil menempelkan dagu ke bahu istrinya. "Sini, cium aku duluh, baru aku bangun."“Kak, itu Arfan…” Keya mencoba memprotes, tapi Liam memejamkan mata. “Hmm… tapi peluk kamu lebih penting dari suara Arfan,” gumamnya.Arfan yang mendengar jelas dari seberang,

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 212. Hotel

    "Tapi ini bintang lima, Angga!" ucap Dania saat Angga sudah membelokkan mobilnya dan tak mungkin berbalik arah mengingat di jalan itu hanya ada jalur satu arah. Untuk memutar lagi amatlah jauh.Angga baru nyadar setelah mendengar ucapan Dania. Namun karena keinginnya yang sudah di ubun-ubun, dia tak menghiraukannya. "Hanya sebentar," gumannya pelan.Dania menatap Angga, bibirnya terkatup, tapi matanya tak bisa menyembunyikan senyum kecil. "Sebentar itu... maksudnya bayarnya nggak sama, Angga? Sama kan?"Angga melirik ke papan nama hotel bintang lima yang menyala di depannya. "Nggak usah basa-basi. Yang pasti aku udah kangen sama itu kamu."Dania mengangkat dagu sedikit, "Kangen apa?""Tanganmu, matamu, semuanya," jawab Angga tanpa ragu. "Termasuk rasanya saat kamu di pelukanku."Dania tidak menjawab. Tapi tubuhnya yang sejak tadi menempel di lengan Angga terasa hangat. Getaran itu memancing napasnya menjadi lebih cepat. Ia menunduk sedikit, lalu tersenyum kecil. "Kalau aku bilang te

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 211. Perkenalan yang membawa bisikan

    "Kenapa kamu tiba-tiba saja berhenti, Angga?" tanya Dania bingung. "Kalau aku mau ngajak ke suat tempat gitu, mau?""Maksudnya?""Hmm, aku mau ajak kamu ketemu orangtuaku," ucap Angga sambil melirik sekilas.Dania spontan menoleh. "Serius? Kok tiba-tiba? Katanya tadi mau ngajak ke resort?" kerling Dania yang juga haus akan sentuhan Angga itu, sedikit kecewa tapi juga senang.Angga tersenyum tipis. "Ya nggak apa-apa. Biar kamu kenal mereka. Lagian aku juga pengin kenalin kamu dari kapan hari kan?""Iya, kamu pernah bilang kapan hari."Mobil berbelok ke sebuah jalan yang agak sepi. Ruko-ruko tua berjejer, beberapa catnya mengelupas, beberapa pintunya setengah terbuka menampakkan isi toko. Angga menghentikan mobil di depan bangunan dua lantai dengan bagian bawah penuh tumpukan besi tua, roda bekas, dan suara dentingan logam dari dalam."Itu usaha orangtuaku," jelas Angga sambil membuka pintu mobil. "Lantai atas buat tinggal."Dania menatap sebentar. "Kamu nggak pernah cerita kalau kelua

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 210. Percaya

    "Kok bisa kamu ke sini?" tanya Angga saat melihat sosok Dania berdiri di depan koridor tokonya.Dania menatap pria itu sambil tersenyum tipis, wajahnya seperti sedang menahan sesuatu. "Ya... iseng aja. Sekalian mau kasih kejutan ke kamu."Angga melirik ke arah kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang yang terlalu dekat. "Sendirian?""Iya."Angga mengangguk pelan, tapi matanya tetap menyapu wajah Dania. "Tiba-tiba aja datang. Ada perlu apa, Dan?"Dania mengangkat bahu, seolah santai. "Cuma pingin lihat aja. Sepertinya anakku kangen sama papanya." Ia sengaja melontarkan candaan itu sambil menatap tajam, membuat Angga sempat terdiam.Sejak pagi, Dania memang sudah memutari beberapa stan di sekitar toko Angga. Dia bertanya-tanya pada penjual di sebelah kiri-kanan, bahkan sampai yang di ujung lorong. Jawaban mereka sama: Angga orangnya baik, jarang ikut campur urusan orang, dan selalu membantu kalau ada tetangga stan yang kesulitan.Soal perempuan, semua menggeleng. "Nggak pernah lihat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status