Home / Romansa / BUKAN MEMPELAI IMPIAN / Bab 36 Dia mengajarkan apa itu cinta

Share

Bab 36 Dia mengajarkan apa itu cinta

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-05-31 19:11:48

Malam-malam Liam duduk di depan rumahnya. Dia menelisik kembali foto di galerinya yang menampakkan lukisan Keya. Dia teringat perbincangannya dengan Rifki di sekolah kapan hari saat dia mengirim WA ke Keya pas ibunya masih di rumah sakit.

"Lagi WA-an sama Keya ya, kok senyum-senyum?" tegur Rifki yang kebetulan duduk di sampingnya menikmati teh manis.

"Mau tau aja kamu."

"Aku lihat saat Ibu kamu di rumah sakit beberapa hari ini bawaanmu sumringah melulu, bukannya malah suntuk ibu kamu sakit, tapi malah segar," cibir Rifki lagi yang ditanggapi oleh Liam hanya dengan senyum.

Dia akui sejak menunggu Ibu di rumah sakit, Liam makin berbunga-bunga hatinya. Tiap malam dia bisa memandangi wajah Keya dengan puas saat Keya tertidur. Hanya memandangi saja-setelah kejadian yang diketahui Ibu, Liam sudah tidak berani menyentuh Keya, takut ketahuan Ibu lagi dan menjadi masalah besar bagi ibunya. penyakit ibunya sesak nadas bisa tak tak sembuh-sembuh karena memikirkan ulahnya.

Walaupun Liam telah be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Irmaa
banyak typo nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 231 Putusan

    “ Kak, telepon kamu bunyi itu, tolong angkat sebentar, barangkali ada sesuatu yang mendesak,” bisik Keya sambil menyikut lengan Liam yang tengah bercakap dengan Arfan.Liam menoleh cepat. “Siapa? Ini, angkat saja duluh, Ey."Keya mengambil handphone yang diberikan Liam. jidatnya berkerut. “Nomor kantor sekolah, Kak. Angkat saja dulu, takut salah aku.”Liam menarik napas panjang, lalu mengangkat ponselnya dengan hati-hati, mencoba menutupi suara agar tidak mengganggu jalannya sidang. “Assalamualaikum, Pak Rahman!""Waalaikumssalam, Pak. Maaf sekali, kenapa hari ini bapak nggak ninggalin materi apa pun? Anak-anak kebingungan. Saya pikir Bapak ninggalin seperti biasanya kalau Pak Liam ada libur,” ucap Kepala Sekolah SMK itu terdengar dengan agak terburu-buru.Liam mengerutkan dahi. “Hari ini? Bukannya sudah saya tukar jadwal sama Rifki?”“O, begitu ya, Pak. Kalau gitu biar saya hubungi Pak Liam terusin saja, paling hari ini Bapak sibuk banget di sana.""Enggak juga, Pak, ini belummu

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 230. Kotak

    “Yah… usu…” Rengean kecil Sheryn memecah keheningan kamar. Bola matanya setengah terpejam, tapi tangannya melambai-lambai, seolah sedang mencari sesuatu.Liam yang tadinya sudah hampir menyentuh gagang pintu sontak menoleh. “Sheryn? Aduh, Nak… baru saja tidur kok kebangun lagi,” gumamnya.“Mas, biar aku yang—” Keya baru hendak bangun, tapi Liam menahan dengan telapak tangan.“Biar aku saja, Ey. Kamu tenangin dia dulu,” ucap Liam sambil melangkah cepat ke dapur.Keya meraih tubuh kecil Sheryn yang menggeliat. Ia menepuk pelan punggung putrinya. “Sayang, sabar ya. Ayah lagi bikinin susu buat kamu. Nanti kamu bisa tidur lagi dengan nyenyak.”Sheryn merengek, memeluk erat leher ibunya. “Buun… au mau alang…”Keya tersenyum, mengelus rambut lembut itu. “Iya, sebentar. Ayah kan lagi ambil di dapur. Kamu anak pintar, kan? Coba hitung sama Bunda, satu… dua… tiga…”Sheryn menghitung dengan suara malas, tapi matanya mulai berbinar karena merasa diperhatikan.Sementara itu, di dapur, Liam bergega

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 229. Jalan penghabus cemburu

    Liam menatap wajah istrinya yang masih tampak lelah. Ia menarik napas panjang, lalu menggiring Keya masuk ke dalam rumah. Saat Keya telah duduk, dipandanginya wanita itu lalu direngkuhnya kembali. "Kamu nggak tahu betapa takutnya aku, tolong jangan diulang lagi.""Memangnya kenapa, Kak, sampai kamu takut begitu, Kakak pikir aku apa?"Liam gelagapan. Lalu mengalihkan perhatian Keya dengan mengambil Sheryn dari Bi Ira."Bi Ira istirahat saja, biar nanti aku cari makanan buat makan malam dari luar.""Terimaksih, Mas!Ini bocah emang berat.."Liam menatap bocah yang kini di pangkuannya masih tertidur.. Lalu diciumnya dengan mata yang telah buram.."Yah,.mik usu," pinta Sheryn denagn mata yang sudah membuka"Baru juga mau ditidurkan Ayah, kok udah bangun.""Uka Ayah kin au eli, ayak onyet,""Apa? Berani ngatain Ayah kayak monyet?"Sheryn terkikik"Dicium ayah lagi kamu,.." Liam makin menciumi Sheryn. Dia benar-benar takut kehilangan bocah itu. Setetes air mata mengalir begitu saja di pipin

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 228. Pertanyaan

    Liam menatap kertas itu dengan dahi berkerut. "Apa ini?" tanyanya pelan.Bayang wajah Keya tersenyum singkat, kemudian berlalu dengan seolah meninggalkan satu kesedihan. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang beberapa hari ini yang membuat dada Liam makin sesak. Begitu pintu kamar tertutup, Liam duduk di kursi ruang tamu. Jari-jarinya gemetar membuka lipatan kertas itu.Tulisan tangan Keya terbaca rapi, sedikit miring ke kanan.Kak, aku nggak tahu harus mulai dari mana. Sejak semua ini terjadi, aku sadar banyak hal yang aku nggak bisa ubah. Tapi ada satu hal yang selalu sama—hatiku yang sekarang bergetar kalau lihat Kakak. Aku tahu aku sering bikin Kak Liam kecewa, bikin Kak Liam marah, bahkan bikin Kak Liam ragu. Tapi aku ingin Kak Liam tahu... aku akan berusaha membahagiakan kamu dengan caraku. Sekuat aku. Aku nggak mau lihat kamu terus terbebani masa lalu aku. Aku cinta sama Kakak, meski mungkin caraku mencinta nggak sempurna.Liam berhenti membaca. Matanya panas. Ia menutup wajah d

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 227. Ke mana?

    "Liam!" Panggilan Rifki memecah riuh halaman sekolah. Tangan sahabatnya itu menepuk bahu dengan keras sampai Liam sedikit terhuyung.Liam menoleh, senyum tipis tersungging. "Apa?""Leganya aku, sidang kemarin sudah ada titik terang. Kamu harus jaga Keya baik-baik, jangan bikin dia nangis lagi." Rifki menatap serius, lalu terkekeh. "Kalau bikin nangis, aku ikut campur."Liam tertawa hambar. "Nggak usah kamu ancam juga. Aku tahu.""Pinter!" Rifki menepuk bahunya sekali lagi, lalu melangkah pergi menuju kantin.Liam berdiri sesaat, napasnya menghela pelan. Dua hari sejak sidang itu, pikirannya masih berkecamuk. Rasa lega memang ada, tapi rasa bersalah juga tumbuh karena kecemburuannya pada Nabil. Kemarin bahkan ia terlalu acuh, sampai tatapan Keya seperti menahan luka. Ia menyesal, sungguh.Bel istirahat berbunyi. Tanpa pikir panjang, Liam meraih tas kecilnya. Langkahnya terburu menuju parkiran, menyalakan motor, lalu melaju pulang. Ia ingin menebus sikap dinginnya.Rumah itu tampak sepi

  • BUKAN MEMPELAI IMPIAN   Bab 226. Hancur

    "Assalamualaikum, Bu Nyai!" Dania mengetuk pintu kayu berukir itu. Jantungnya berdegup tak beraturan. Ia sudah tahu panggilan ini bukan kabar baik."Waalaikumussalam, masuk, Nak Dania," sahut suara lembut dari dalam.Bu Nyai Hajar duduk di ruang tamu. Senyumnya teduh, tapi mata itu menyimpan sesuatu yang serius. Dania menunduk, duduk bersila di hadapan."Kamu tahu kenapa saya panggil, kan?" tanya Bu Nyai, suaranya rendah tapi jelas.Dania menggigit bibir. "Saya... mungkin karena masalah saya sama Mas Liam, Bu Nyai?"Bu Nyai menghela napas panjang. "Lebih dari itu,dania. Yang paling penting adalah masalah kehamilanmu. Nak, saya ini sudah menganggap kamu seperti anak sendiri. Sejak kecil kamu di sini, besar di pesantren ini. Tapi, ada hal-hal yang tidak bisa ditolerir."Dania menelan ludah. "Saya sudah berusaha memperbaiki, Bu Nyai...""Aku tahu. Dan aku juga sayang padamu. Tapi aturan tetap aturan. Perkara yang menimpamu dengan Liam aku turut prihatin, tapi itu ujian, Dania. Seharusnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status