Share

SALING MENGINTEROGASI!

Habis bicara demikian pada sang adik ipar, Ronan segera berlalu sambil mempermainkan kunci mobil di tangannya.

Pria itu segera masuk ke mobilnya tanpa mempedulikan Rifky yang terdiam menatapnya untuk sementara.

Setelah mobil itu berlalu, Rifky melangkah menuju pintu rumah besar sang kakak.

Memutar handlenya, dan melongokkan kepalanya ke dalam.

Tampak ruangan yang sangat berantakan terlihat mata Rifky. Perlahan, Owner salah satu komunitas bernama COMIC BOYZ itu masuk ke dalam sambil mengucapkan salam.

Terdengar suara tangisan anak kecil di dalam dan bergegas Rifky melangkahkan kakinya agar tahu apa yang terjadi.

Di ruang keluarga, Rifky melihat sang kakak duduk begitu saja di lantai sambil memeluk dua ponakannya Rara dan Reva.

Melihat Rifky, Riska yang tadinya sudah meneteskan air mata akibat pertengkaran dengan sang suami buru-buru menyeka sudut matanya dan berusaha membujuk anak-anaknya untuk melanjutkan permainan mereka.

Rifky menghampiri sang kakak, dan berjongkok di hadapan sang kakak.

"Kak, kenapa rumah Kakak berantakan sekali?" tanya Rifky hati-hati.

Riska tersenyum kecut mendengar pertanyaan sang adik. Ia bangkit dari duduknya di lantai dan mengikat rambut panjangnya sekenanya tanpa menyadari Rifky memperhatikan hal itu sambil ikut bangkit.

"Aku belum sempat beres-beres, Reva sama Rara sakit, jadi ya gini, repot, tadi aku nyiapin sarapan dulu untuk Ronan, jadi masih berantakan, kamu ngapain pagi-pagi ke sini? Enggak ngantor?"

Riska berusaha untuk menyembunyikan gejolak di hatinya di hadapan sang adik bungsu, karena ia tahu, Rifky tidak pernah suka dengan sang suami yang dinilai Rifky sedikit serampangan memperlakukan dirinya.

Walaupun begitu, Rifky berusaha untuk menghormati kakak iparnya itu, hingga tak jarang, jika ada hal yang terjadi, Rifky tidak pernah mengutarakan semuanya pada sang kakak ipar atau kakaknya.

Hanya dipendam Rifky di dalam hati.

"Aku ngantor tadi sudah ke kantor ada kerjaan di luar sekalian mampir ke sini liat kondisi Kakak. Tadi di depan ketemu Kak Ronan, tapi belum sempat ngomong, udah pergi, kalian berantem lagi?"

Banyak sekali kata-kata yang terlontar di mulut Rifky, hingga Riska bingung ingin menanggapi yang mana, karena ia tidak mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi antara ia dan Ronan.

Ronan tidak selingkuh, pria itu hanya menyimpan foto sekretarisnya itu lalu mengancamnya agar patuh, itu saja, Riska yakin Ronan tidak akan mengkhianati pernikahan mereka. Itu yang selalu diucapkan Riska di dalam hati.

"Enggak, cuma tadi sedikit kesiangan jadi kayak gini."

"Kenapa kagak mempekerjakan asisten rumah tangga aja sih? Dulu ada Mbak Yuni, sekarang beliau ke mana?" sebut Rifky pada asisten rumah tangga sang kakak yang ia ketahui sudah bekerja awal sang kakak menikah.

"Aku kan udah enggak ngantor, ya, aku bisa kok ngerjain pekerjaan rumah sendiri."

"Aku tau, Kak! Tapi, Kakak punya anak dua, Reva sekolah TK, Rara perlu penanganan Kakak, belum lagi rumah ini besar, pekarangan luas hanya ada satpam di depan, Kakak akan kerepotan kalau ngerjain semua sendiri!"

"Iya, nanti kalau emang udah enggak kuat dan keteteran, aku akan suruh Mbak Yuni balik lagi kerja."

"Kenapa enggak sekarang aja?"

Ronan enggak akan suka aku mempekerjakan asisten rumah tangga di rumah ini, kalau aku enggak kerja....

Pertanyaan Rifky dijawab Riska dalam hati.

"Ya, sekarang, aku masih sanggup."

"Sanggup?"

Pertanyaan Rifky dibarengi dengan pandangan mata Rifky yang menyapu ruangan di sekitar mereka yang sangat berantakan.

"Iya, aku sanggup, kalau sekarang kamu lihat rumah aku berantakan, karena ini masih pagi, nanti agak siangan juga aku bereskan, kok!"

Hanya sebuah kalimat pembelaan. Nyatanya, setiap hari, Riska tidak bisa membuat rumah jadi rapi karena dua anaknya yang sangat aktif membuat ruangan tidak bisa rapi lebih dari satu jam.

Padahal, Riska sudah membereskan, tapi bocah-bocah lucu itu tetap bersemangat untuk membuat ruangan berantakan kembali.

"Kak, sebenarnya apa yang terjadi? Pernikahan Kakak baik-baik aja, kah?"

Gerakan Riska yang memungut pakaian kotor sang anak yang ada di sofa ruang keluarga itu terhenti saat mendengar pertanyaan Rifky.

"Baik-baik aja, emang kenapa?"

Suara Riska terdengar sumbang dan Rifky semakin yakin kakaknya memang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kakak beda kayak dulu, yang dulu terlihat segar dan fresh, sekarang seperti kagak terurus."

Riska membalikkan tubuhnya, dan menatap wajah sang adik dengan tatapan mata serius saat mendengar apa yang diucapkan oleh Rifky.

"Aku punya anak dua dengan jarak yang mepet, wajar kalau aku belum bisa adaptasi, selama ini, aku kerja di kantor papa, hal kayak gini aku emang belum terbiasa."

"Jadi, cuma belum terbiasa? Bukan karena hal yang lain?"

Riska tertawa, dan lagi-lagi tawa perempuan itu terdengar sumbang di telinga Rifky.

"Iya, lah! Kamu pikir aku gimana? Enggak bahagia?"

"Siapa tahu aja, Kakak cuma pura-pura bahagia, di balik semua kehidupan Kakak yang sekarang Kakak jalani."

"Aku begitu, ya?"

"Kagak!"

"Ya, udah! Aku ya, tetap begini!"

Aneh, aku melihat Kak Riska kayak sedih banget, tapi dia kagak mau cerita sama aku, kagak kayak biasanya, sebenarnya ada apa? Apalagi perkiraanku ini benar? Kak Ronan selingkuh terus Kak Riska tahu tapi kagak mau ngomong sama aku?

Hati Rifky bicara demikian sambil mengawasi sang kakak yang terlihat beres-beres dengan terburu-buru di hadapannya.

"Kamu dengan Aoi gimana? Baik-baik aja?"

Suara Riska yang menanyakan istri Rifky terdengar, membuyarkan lamunan Rifky.

"Alhamdulillah, kami baik aja."

"Aoi sudah isi?"

"Belum."

"Terus, gimana dengan mertua kamu? Ada masalah kalian belum punya anak?"

Sudah setahun lebih Rifky menikah dengan Aoi, perempuan asal Jepang yang ditemukan Rifky ketika pria itu belajar ke Jepang untuk perusahaan sang ayah.

Aoi bukan berasal dari keluarga terpandang, tapi Rifky nyaman dengan wanita itu dan keluarganya yang sangat baik menyikapi kehidupan.

Awalnya, Rifky belum mencintai wanita itu, meskipun mereka menikah lantaran Aoi menyukai Rifky dan mengungkapkan perasaan padanya.

Karena ketulusan Aoi, Rifky berusaha untuk menerima wanita itu meskipun tidak cinta dan akhirnya mereka menikah, hingga sekarang setahun lebih sudah berlalu.

"Kamu masih belum cinta sama istri kamu?" tanya Riska dengan sorot mata menyelidik.

"Masih mau cari wanita yang kayak Mitha?" lanjutnya lagi dan ini membuat Rifky jadi salah tingkah.

"Itu sudah lalu, Kak! Aku berusaha untuk menumbuhkan cinta untuk Aoi, aku yakin aku bisa kok!"

"Tapi, kalian belum punya anak juga, itu artinya, kamu belum ikhlas ingin punya anak dengan dia!"

"Astaghfirullah, Kak! Aku serius pengen punya anak, tapi emang belum dikasih, itu kuasa Allah, Kakak sih diberi anugerah dua anak cantik, bahagia harusnya bukan berantakan kayak gini!"

"Hei! Yang berantakan itu rumah aku aja, Rif, bukan hati dan perasaan aku!" bohong Riska dan itu terdeteksi oleh Rifky hingga Rifky hanya mengeluh di dalam hati.

"Benarkah? Benarkah hati dan perasaan Kakak kagak berantakan? Terus, apakah Kakak tau Kak Ronan ngapain aja di luar? Jawab aku, Kak! Apakah sekarang Kakak emang kuat atau emang pura-pura kuat untuk akting di hadapan aku? Kak Ronan itu bukan pria yang baik, kan?"

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Mariska Stevy Rizmawan
benar, awalnya aja bisa kedepannya semakin rapuh...
goodnovel comment avatar
Elpit
...... kang bully pikiran bully mulu
goodnovel comment avatar
Elpit
Berpura-pura kuat itu melelahkan ya, Kak Ris......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status