Share

Bab 2

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2023-04-30 23:22:26

BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH BAG 2.

**

POV RAISA

Mendengar kabar yang kuterima dari Lastri. Aku jadi semakin dilema. Aku ingin sekali pulang. Dalam dua tahun ini, aku memang belum pulang ke kampung melihat anak-anakku. Aku akan mengurus cuti kepulangan ku atau sekalian tak kuperpanjang lagi kontrak kerja di sini.

Padahal aku sudah merasa nyaman. Majikanku baik hati. Aku di sini mengurus seorang wanita berusia empat puluh lima tahun yang hanya terbaring di tempat tidurnya karena menjadi korban kecelakaan. Bukan cuma aku saja yang bekerja di rumah ini. Ada beberapa orang sama sepertiku menjadi asisten rumah tangga dan bantu-bantu di sini. Semua sudah ada tugasnya.

"Kamu kok sedih gitu, Raisa. Ada masalah di kampung?" tanya Marni saat kami sedang kumpul.

Biasanya kami para pekerja di sini sangat kompak dan berkumpul kalau lagi hari libur untuk mengurangi berbagai beban yang begitu banyak dan menghibur diri juga dari rutinitas kerja sekalian saling bersilaturahmi.

Aku menghela napas panjang. Ku lirik Marni dan air mataku berjatuhan. Aku gak tau mau berbagi beban ini sama siapa. Seharusnya di hari libur ini aku bisa lebih sedikit ceria karena bisa kumpul dan saling tertawa dengan rekan-rekan seperjuangan di sini. Namun, masalahku berat. Aku rindu anakku. Rindu keluargaku. Hanya anak-anak yang kupunya. Kalau mereka mendapat penyiksaan dari Mas Emran dan istri barunya. Hatiku sangat r i s a u.

Dulu aku sebenarnya gak mau bekerja ke luar negeri karena khawatir meninggalkan Rindu yang baru dua tahun. Tapi, Mas Emran selalu meyakinkan dan memberi harapan kalau hanya ini jalan kami punya rumah. Jika tidak, selamanya aku akan tinggal bersama mertua. Apalagi dia saat itu sedang kurang baik kondisinya. Mas Emran bilang kalau dia akan segera pulih dan menjaga anak-anak dengan baik. Tapi, janji tinggal janji. Ini salah ku. Kenapa tak menuntut Mas Emran saja bekerja. Dia malah membebankan ku mencari nafkah.

"Mar, suamiku menikah lagi dan anakku ...."

Tak sanggup kulanjutkan ceritaku. Sudah terlampau sakit ke ulu hati. Bulir bening yang mengalir menjadi bukti hatiku teriris. Perjuanganku selama ini di bayar dengan peng-khia-natan.

"Astagfirullah, terus?"

Marni memelukku dan me-nge-lus lenganku agar aku sedikit punya kekuatan.

"Aku gak tau, Mar. Aku cuma mikirin nasib anakku," kataku.

"Ya udah, sekarang kamu urus aja cuti. Ini masalah besar, Raisa," katanya.

Aku hanya mengangguk. Selama dua tahun belakangan, dengan saran Marni. Tak sepenuhnya uang kuberikan ke Mas Emran. Aku menyimpan sebagian. Jadi aku masih punya tabungan. Itulah yang membuat Mas Emran selalu bertanya kenapa uang yang ku kirim kurang dan kurang.

Aku juga selalu tanya sama dia. Apakah dia kerja juga di sana untuk menafkahi anak-anak? Aku selalu menyuruh dia memakai sepuluh juta sebagai modal jualan bakso keliling. Mas Emran tak menjawabnya. Apakah dia hanya memeras ku dan mengandalkan tenagaku untuk mencukupinya? Seharusnya dia di sana juga berusaha. Malah menikah lagi. Aku menghela napas panjang, berpikir tentang ke b o d o han ku yang mau saja di peralatnya.

Malam harinya setelah pekerjaanku selesai. Aku mengirim pesan Lastri untuk bertanya tentang semuanya. Kali ini aku sudah jauh lebih tenang. Yang harus ku bangun adalah ketenangan untuk menghadapi ini serta terus berdoa untuk anak-anakku semoga Allah melindungi dua malaikat kecilku.

[Assalamualaikum, Lastri.]

[Waalaikumsalam, Raisa.]

[Maaf, kemarin aku cukup terpukul dengan masalah ini. Kamu gak bilang sama Mas Emran tentang aku yang suruh kamu, 'kan?]

[Enggaklah, aku juga tanya sama tetangga kamu. Gak berani ke rumah kamu. Aku cuma photokan saja.]

[Terus, kamu kok tau kabar anakku. Kamu jumpa mereka?]

[Hanya melihat sekilas. Aku gak berani terlalu dekat. Kamu tau sendiri Liana seperti apa. Pokoknya kasihan anak kamu, Raisa. Pulang ajalah.]

[Aku sedang mengurus semuanya. Sebentar lagi aku pulang. Aku juga kalau bisa pulang sekarang. Tapi, urusan di sini gak segampang itu. Terima kasih, Lastri. Kamu udah mau bantu aku. Semoga Allah membalas kebaikan kamu.]

[Haduh, gak seberapa. Aku yang terima kasih sama kamu. Karena kebaikan kamu. Aku bisa jadi istri tukang kaca. Omset suami banyak. Aku gak sesusah dulu.]

[Alhamdulillah.]

Aku tersenyum tipis. Teringat dulu aku yang menjodohkan Lastri dengan lelaki yang berprofesi sebagai karyawan di Toko kaca sebagai tukang kacanya.

Sedangkan aku naksir dengan seorang lelaki yang berprofesi sebagai perangkat desa. Tapi, terlalu sakit kalau ku ingat. Liana, menikungku. Dia yang mendapatkan lelaki yang kutaksir sampai mereka menikah.

Liana, wanita itu dulu temanku. Kami berteman bertiga dengan Lastri. Namun, Liana selalu menyukai apa yang kusukai. Aku tak sangka sampai dia rebut juga suamiku setelah menjadi janda.

[Lastri, boleh kamu share nomor Liana?] tanyaku.

[Aduh, aku gak ada. Tapi, nomor Pak RT kalian aku ada. Lagian, udah lama kita gak reuni. Kemarin sempat ku minta buat kamu tanya-tanya.] katanya membagi nomor Pak RT padaku.

[Baik, terima kasih.]

[Aku mendoakan semoga masalah ini cepat selesai dan kamu segera pulang, Raisa.] kata Lastri menutup percakapan kami.

Setelah mendapatkan nomor dari Pak RT. Aku mencoba menghubungi dan bertanya padanya nomor Handphone Liana. Pak RT terkejut saat aku menghubungi dia. Aku berkata pada perangkat desa itu agar merahasiakan pada warga kalau aku menghubungi. Aku juga meminta pada Pak RT untuk melihat-lihat kondisi anakku. Kalau terjadi apapun, berharap Pak RT memberikan informasi padaku.

Dari informasi yang kudapat, kata Pak RT, Liana dan Mas Emran menikah secara siri dan tidak mengundang orang banyak. Suami Liana juga sudah di pecat karena ketahuan korupsi dana desa.

Aku menghela napas panjang berusaha menahan amarah yang memuncak. Ku t e k a n nomor Handphone Liana dan menghubunginya.

"Halo," katanya mengangkat panggilanku.

"Halo, Liana. Apa kabar? Udah lama kita gak jumpa. Tiba-tiba aku teringat kamu teman lama," kataku.

"Ini siapa ya?"

"Aku, Raisa."

"Ha, Raisa? Dari mana kamu tahu nomorku?" katanya.

"Adalah. Karena aku sudah lama gak komunikasi sama kamu. Tiba-tiba, aku teringat aja sama kamu," kataku mencoba tenang.

"Oh, ada perlu apa?" katanya ketus.

"Bagaimana kabar kamu? Aku dengar kamu sudah bercerai dari Faisal. Kamu sudah menikah lagi?" tanyaku.

"Eh, anu ...."

Samar-samar aku mendengar suara Rindu yang memanggil Reyhan. Ya Allah, sungguh aku sangat merindukan anakku.

"Kok seperti ada suara anak kecil," kataku.

"Itu .... Keponakan ku," dustanya.

"Aku teringat sesuatu, Liana. Di sini ada guru yang menyakiti anak majikanku. Majikanku melaporkan guru itu ke Polisi dan sekarang masuk penjara. Aku tiba-tiba teringat anakku. Kalau sampai ada yang menyakiti anakku. Aku akan melakukan hal yang sama seperti di lakukan majikanku. Melaporkan yang menyakiti anakku sampai masuk penjara. Apalagi mengambil dan mencuri milikku. Aku gak akan tinggal diam!" kataku dengan suara dingin seolah-olah memberikan rasa takut ke Liana.

"Eh, udah dulu ya. Aku ada keperluan!"

Klik.

Liana mematikan sambungan teleponnya. Mungkin dia takut ketahuan atau curiga padaku. Cuma aku belum menyampaikan secara langsung kalau dia sudah merebut suamiku dan me-lu-kai anak-anakku.

Sampai aku pulang, Liana dan Mas Emran akan membayar mahal apa yang mereka lakukan padaku.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Raisa mendingan pulang kasihan anak anak nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 41B

    Dahi Bu Husna berkerut ketika Arjuna mengatakan itu. Arjuna buru-buru mengubah mindset wanita paruh baya itu agar tidak berpikir macam-macam."Begini maksud saya, Bu. Namira beberapa kali main kemari dan juga belajar mengaji saya berpikir ingin Bu Raisa juga bisa mengajarkan anak Saya mengaji di rumah secara privat. Tidak rame-rame jadi ilmunya lebih sampai seperti itu makanya saya bertanya ke Ibu. Apakah dia berkompeten untuk mengajari Namira menurut pendapat Ibu bagaimana?" tanya Arjuna meringis."Oh begitu."Arjuna membuang napas kasar ketika Bu Husna sepertinya tidak salah paham dengan pertanyaan dan ucapannya."Alhamdulillah. Bu Raisa sungguh berkompeten apalagi Namira akrab sama dia. Dia juga suka membuat kue menjualkannya dan sebagian uangnya kadang diberikan kepada anak-anak Panti. Sebagian lagi akan diberikan Bu Raisa kepada putranya yang ada di pondok."Arjuna menganggukkan kepalanya Karena dia sudah tahu kalau Raisa punya anak di pondok pesantren seorang anak laki-laki yang

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 41A

    BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 41.**PoV AuthorBerhari-hari Arjuna berpikir terus tentang mimpinya. Bukan cuma sekali saja mimpi itu datang tetapi sampai tiga kali. Dia heran kenapa dia harus bermimpi seperti ini. Pasti ada makna dalam mimpinya.Perasaan Arjuna gelisah. Entah kenapa dia ingin melihat seseorang yang bermain dalam mimpinya. Hari ini akan mengajak anaknya untuk mengunjungi Panti Asuhan. Sekaligus mencari tahu bagaimana perasaannya dan apa yang dirasakannya setelah beberapa kali mimpi seperti ini."Jadi Papa mau nemenin Nami lagi ke panti? Kenapa tiba-tiba Papa jadi suka ke Panti? Biasanya Papa nggak suka Nami sering-sering main ke sana?" tanya Nami penuh selidik."Iya sekarang Papa suka dan senang kamu main di sana. Ternyata di sana banyak memberikan dampak positif untukmu. Kamu jadi sering belajar, kamu jadi rajin mengaji tambah pintar dan tambah semangat," ucap Arjuna ke Namira sekaligus pengacak rambut Putri kecilnya itu."Serius hanya karena itu? Bukan karena

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 40B

    Dia merasa nggak enak anaknya nggak bisa lepas dari Panti dan selalu saja membicarakan Raisa. Apalagi memakan makanan Raisa dan tidak pernah membayar mungkin Raisa merasa di rugikan. Mereka juga kekurangan tapi harus berbagi. "Gak apa, Pak. Saya juga sedekahin. Bagi-bagi, alhamdulillah rezeki selalu lancar. Ada aja yang beli," kata Raisa."Terima kasih, Mbak. Anda sudah baik dengan anak saya," ucap Arjuna. Akhirnya mereka tiba di Panti. Raisa bersama Namira langsung bergandengan tangan masuk ke dalam Panti. Arjuna melihat pemandangan itu. Dia teringat ketika masih ada istrinya. Nami pasti sangat bahagia sekali dengan ibunya kalau masih hidup tapi sekarang dia juga terlihat ceria dengan perempuan bernama Raisa.Teringat perkataan Faisal kalau Raisa memiliki masa lalu yang kelam. Terpaksa datang kemari untuk melupakan anaknya yang menjadi korban kekerasan oleh suami dan selingkuhan suaminya.Arjuna memperhatikan kegiatan mereka seakan-akan dia nggak ada pekerjaan. Dia sudah menangguhk

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 40A

    BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 40.**POV AUTHORRaisa sengaja datang ke pondok pesantren untuk mengunjungi anaknya. Dia juga membawakan makanan buat anaknya. Reyhan pasti senang dengan masakan yang dimasaknya.Raisa juga akan bercerita ke anaknya kalau dia sekarang sudah tinggal di Panti, sesekali hanya ke rumah sewa mereka karena memang belum habis sewanya. Nanti sewanya mungkin tidak akan dilanjutkan lagi. Raisa betah tinggal di sana. Dia merasa tidak sendirian lagi. Ada banyak orang yang menghiburnya. Ada anak-anak yang menyenangkan hatinya."Bunda ..."Reyhan menggunakan kopiahnya dan pakaian khas santri berjalan ke arah Raisa sambil tersenyum. Raisa juga mengulas senyum semringah menatap anaknya. Anaknya sudah semakin segar saja tidak seperti dulu yang terlihat layu ketika mereka menghadapi banyak masalah dan persoalan.Anaknya terlihat bahagia tinggal di pondok pesantren yang memang harganya cukup mahal. Tidak mengapa buat Raisa, dia akan bekerja keras dan menyisihkan tab

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 39B

    Faisal juga merasa nggak enak kenapa dia tiba-tiba jadi menceritakan masalah Raisa. Tapi memang itu apa adanya. Bosnya bertanya dan dia menceritakan secara gamblang saja. Sebenarnya Faisal juga males mau bercerita. Namun memang Raisa cukup akrab dengan anaknya. Faisal terbersit rasa tidak suka juga. Faisal juga nggak bisa memaksa hati Raisa untuk bisa menerimanya semuanya. Butuh waktu dan proses."Astaga saya sama sekali menyangka kalau ini yang terjadi dengan dia.""Begitulah, Pak, ceritanya. Tapi tolong jangan katakan ini ke Raisa dari saya karena dia pasti akan marah sekali kalau saya cerita masa lalunya. Dia kemari untuk melupakan segalanya. Tolong jangan buka luka lamanya lagi.""Iya tentu saja aku tidak akan bercerita secara gamblang ke dia. Tapi saya heran kenapa tiba-tiba dia ada di daerah ini. Kenapa bisa terpikir kemari? Mungkin dia punya saudara di sini?" tanya Arjuna."Saya nggak tahu dia punya saudara atau tidak. Saya juga nggak tahu kenapa dia tiba-tiba bisa bekerja di P

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 39A

    BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 39.**PoV Author.Arjuna tidak konsentrasi bekerja seharian ini berpikir tentang ucapan Nami yang menjodohkannya dengan Raisa. Padahal selama ini anaknya itu tidak pernah menyukai siapapun wanita yang akan dijadikan mamanya. Tapi entah kenapa dengan Raisa tiba-tiba Nami klik saja dan ingin dijadikan mamanya.Selama ini ibu kandung Arjuna, Bu Ani, dia yang paling sering menjodohkan Arjuna dengan perempuan-perempuan pilihannya. Apalagi mamanya itu kan wanita sosialita. Jadi selalu saja mencari wanita yang akan dijodohkan dengan Arjuna. Walaupun putranya itu belum siap untuk menikah lagi.Arjuna adalah lelaki sibuk, ketika istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit. Arjuna memang belum membuka diri. Saat itu Namira masih kecil sudah kehilangan ibunya tetapi Arjuna jadi garda terdepan untuk mengasuh anaknya dibantu juga dengan mamanya dan pengasuh Namira. Walau terkadang sering lalai juga karena kesibukan di Kantor, tapi, Namira tidak pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status