Aku melirik Liana dengan amarah yang begitu besar. Tatapanku setajam pisau yang baru saja diasah. Liana menelan ludah melihat wajahku dan dia terus saja menarik tangannya agar aku melepaskan. Begitu pula dengan mas Emran yang tidak menyangka kalau aku bisa berbuat seperti ini. Dia tahu bagaimana karakterku yang nekat. Dulu pun aku ke luar negeri karena benar-benar nekat sekaligus ada dorongan dari dia yang terus-menerus untuk mengangkat derajat keluarga kami menjadi lebih baik.
"Baik, kita bicarakan saja semuanya baik-baik," kata Mas Emran akhirnya.
Aku pun kemudian memberikan pengertian ke Reyhan kalau Lastri itu wa-ni-ta baik dan dia temanku. Lastri tidak mencelakakan Reyhan. Aku tahu betul siapa Lastri, keluarganya, tempat tinggalnya, anaknya. Lastri juga membantu ku sejauh ini. Begitupun saat ini Lastri memberikan pengertian ke Reyhan kalau aku harus menyelesaikan masalahku dengan ayah dan juga gundik ayahnya.
"Sayang, kamu percaya sama Bunda kalau Bunda akan terus di sisi kamu dan nggak akan ninggalin kamu. Sekarang kamu jalan-jalan aja dengan Tante Lastri. Beli pakaian yang bagus, makanan yang enak dan senangkan hati Rayhan."
Anakku akhirnya mempercayai diriku. Sebelum aku mengikuti apa yang diinginkan Mas Emran. Reyhan memelukku dengan erat seakan-akan tidak menginginkan ku pergi. Aku juga meminta nomor telepon petugas UGD apabila terjadi apa-apa dengan Rindu mereka harus segera menghubungiku.
Hingga tibalah kami di Rumah Pak RT. Pak RT begitu terkejut melihat kedatanganku. Dia tidak menyangka aku benar-benar pulang, Pak RT juga tak sangka melihat Mas Emran bersama Liana hadir di rumahnya untuk menyelesaikan masalah.
Tak berselang lama keluarga Mas Emran juga datang. Ada ibunya, adik iparku. Hanya mereka yang hadir sedangkan suami adik iparku beserta adik lelaki Mas Emran yang bungsu tidak datang.
Ibu mertua terkejut melihat kepulanganku. Dia tidak menyangka kalau aku pulang dan kami sekarang sudah berkumpul di Rumah Pak RT sebagai tokoh masyarakat. Lelaki paruh baya itu menengahi pembicaraan kami.
"Maaf sebelumnya, Pak. Kami mengganggu Bapak. Saya di sini sendiri. Saya tidak punya keluarga dan saya butuh perlindungan. Saya merasa ada yang janggal karena tiba-tiba Liana datang ke Rumah Sakit di mana anak saya dirawat. Dia bukan siapa-siapa tapi dia berani datang ke sana. Yang ingin saya tanyakan di sini. Apa hubungan Liana dengan Mas Emran karena kalau berbicara di rumah mereka tidak akan jujur!"
Aku menatap Liana sengit. Wanita itu menunduk dan sesekali melihatku. Aku tahu dia tidak suka kepadaku dan tidak menyangka kalau kami bisa berkumpul di sini. Dulu dia bisa merebut segalanya dariku. Apapun yang aku suka dia pasti mendapatkannya. Sekarang bahkan Mas Emran juga diambilnya. Dia bersenang-senang dengan uang hasil kerja kerasku yang seharusnya untuk anakku.
Aku menyukai laki-laki yang dulu menjadi suaminya sebelum mereka menikah. Namun diam-diam dia menikungku dan aku mengalah. Karena mungkin laki-laki itu tidak memilih ku tetapi memilih dia. Sekarang aku tidak akan diam ketika dia menyakiti anakku. Kalau dia memang mau mengambil Mas Emran. Ambillah, tapi dia tidak boleh menyakiti anakku sampai Rindu seperti ini. Aku yakin dia dalang anakku masuk Rumah Sakit.
"Baik kalau seperti itu. Jika Bapak yang menjawab juga tidak enak. Bapak akan memberi kan pertanyaan yang ditanyakan Raisa ke Emran sendiri. Emran tolong jelaskan. Bagaimanapun Raisa adalah istrimu yang sudah susah payah ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup kalian. Jadi kamu harus jujur sama dia apa yang terjadi," kata Pak RT menengahi.
"Itu .... Raisa, maafkan, Mas. Mas dan Liana sudah menikah dan ... "
Mas emran menggantung ucapannya. Dia berpikir aku akan terkejut. Aku sama sekali tidak terkejut. Aku terkejut ketika berada di luar negeri, mendengar dia menikah lagi dengan wanita lain. Namun, wajahku tetap datar dan dia melihat ku sekilas lalu dia melanjutkan ucapannya.
"Raisa, Mas minta maaf, tapi, Liana hamil ...," ucap Mas Emran.
**
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 7.**Jangan Lupa Subscribe ya Kak tersayang ❤️PoV RaisaAku sama sekali tidak terkejut mendengar perkataan Mas Emran yang mengatakan kalau mereka sudah menikah. Aku sudah tahu sebelumnya. Itulah yang menyebabkan diriku gusar ketika bekerja di luar negeri dan ingin segera pulang untuk melihat kondisi anakku.Namun, aku tersentak, Liana hamil. Ah, mereka sudah menikah mungkin terlebih dahulu selingkuh. Jadi wajar wanita di depanku ini hamil. Hal yang tidak ku sukai adalah dia menyiksa anak-anakku, menjadikan Rindu, Di rumah sakit. Sedangkan Reyhan nggak terurus. Bahkan anakku itu juga mengalami kekerasan yang aku belum melihat sendiri apa saja yang sudah dilakukannya ke Reyhan.Mereka peng-khia-nat dan tidak ada tempat untuk seorang pen-ja-hat seperti mereka."Kapan kalian menikah?" tanyaku."Sekitar enam bulan uang lalu, Raisa. Mas minta maaf," kata Mas Emran tertunduk.Aku tahu betul apa yang di katakannya itu palsu. Minta maaf? Kalau aku nggak p
"Astagfirullah, keterlaluan kamu, Mas. Itu uang hasil kerja kerasku. Seenaknya saja kamu gadaikan sesuka hati mu. Di mana pikiran kamu!" sentakku gak terima.Sakit hatiku. Dia melakukan ini sesukanya. Sepertinya pekerjaanku semua sia-sia. Untunglah masih ada tabungan hasil kerja kerasku selama dua tahun tak kuberikan sepenuhnya."Maafkan, Mas, Sayang. Maaf sekali ... Bantu Mas bayar cicilan rumah kita ke Bank ya," katanya memelas.**"Raisa .... Mas Minta maaf. Kita bisa bicara baik-baik," kata Mas Emran mengetuk pintu kamar setelah kami selesai dari Rumah Pak RT.Ternyata masalah kami lebih dari kompleks. Jadi tak bisa selesai sehari juga.Aku sengaja mengunci pintu kamar agar mereka tak menggangguku. Bagaimanapun ini tetap rumahku walau Mas Emran membangunnya atas nama dia. Makanya dia bisa gadaikan surat tanah dari rumah ini. Aku frustasi dengan ke-bo-do-han ku di masa lalu.Gawaiku bergetar dan itu panggilan dari Lastri. Lastri mengajak Reyhan jalan-jalan untuk menyenangkan hati a
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 8**Jangan lupa Subscribe ya Kak sebelum membaca 🙏PoV RaisaAku hendak beranjak meninggalkan Rumah bersama Reyhan dan juga Lastri karena berada lama-lama di sini juga membuat ku pusing. Aku ingin menjaga anakku di Rumah Sakit. Aku juga memikirkan membuat laporan ke Polisi, masalah ini adalah masalah hukum yang harus mereka pertanggungjawabkan."Raisa ... Kamu mau ke mana? Ini udah malam!" kata Mas Emran gak suka."Aku mau ke Rumah Sakit menjaga Rindu. Kamu lupa kalau anak kita sedang koma!" sentakku."Eh, itu. Biasanya kalau malam seperti ini ada perawat yang menjaga ataupun suster. Nanti kalau kenapa-napa mereka akan menghubungi Mas. Raisa, tidur di ruang ICU juga nggak bisa!" Mas Emran berkilah."Itu menandakan kamu sama sekali nggak peduli dengan anak. Aku ingin kamu segera melunasi hutangmu di Bank agar kita bisa cepat menjual rumah ini. Aku pergi dulu," kataku dengan suara pelan dan dingin."Raisa ... Reyhan di rumah saja. Udah malam juga b
"Kamu jangan takut, Nak. Bunda nggak akan diam aja kalau kamu disakiti oleh Ayah dan juga Liana. Bunda akan bertindak. Kita harus sama-sama bertindak agar mereka nggak semena-mena sama kamu. Sama Rindu dan sama Bunda juga," ucapku meyakinkannya."Reyhan dan Rindu sering di p u k u l, di ma-ra-hi, di ma-ki, di je-do-tin ke dinding. Reyhan sering di suruh ke sawah bantu tetangga yang punya sawah. Uangnya diambil Tante Liana. Kalau Reyhan lapor, yang ada Reyhan kena marah. Malam hari Reyhan masih di suruh kerja, cuci piring dan Rindu di suruh masak. Kadang kami di suruh Tante juga ngemis kalau gak ada kerjaan lain," katanya."Astagfirullah," kataku miris.Kupeluk anakku yang pasti menghadapi trauma besar."Sayang, kamu gak kabur?" tanyaku."Kalau ngemis biasanya Tante Liana ikut. Dia memantau. Reyhan gak berani kabur, Bun. Takut, makanya masih bertahan. Kasihan juga Rindu. Kalau Reyhan kabur kata Tante Liana bakal menyiksa Rindu," kata anakku sesenggukan.Aku tidak menyangka Mas Emran di
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 9. **Jangan lupa subscribe dan tinggalkan jejak ya PoV RaisaMas Emran datang tergopoh. Dia memberikan informasi kalau Liana sakit, terjatuh dan keguguran. "Raisa, tolong pinjamkan Mas uang. Kasihan Liana. Dia pendarahan. Bukankah sesama wanita harus saling tolong menolong," katanya memelas dan datang padaku. "Kenapa kamu datang padaku? Kamu harusnya mikir, Mas. Dia itu maduku. Kamu k a w i n diam-diam dan aku gak setuju. Kamu bahkan lebih peduli padanya dari Rindu!" "Raisa, tak baik menyimpan dendam. Liana sakit dan harus segera di tolong!" kata Mas Emran dengan suara cukup keras. "Terus, anakku gak sekolah lagi aku harus diam. Dia di suruh ngemis aku juga harus diam. Kepalanya di pukul dan di benturkan aku juga harus diam!" kataku menatap Mas Emran sengit. "Raisa, kamu dengar itu dari siapa? Pasti Reyhan yang bicara bukan-bukan padamu. Keterlaluan sekali dia berbohong. Kamu jangan percaya padanya!" dusta Mas Emran. Aku mencibir perkataan
"Aku mendukung kamu, Raisa. Perbuatannya udah keterlaluan. Anak-anak kamu pasti mengalami trauma. Aku berharap Rindu segera sembuh, segera sadar. Begitu pula Reyhan bisa ceria seperti dulu lagi karena mereka juga masih anak-anak, masih membutuhkan kasih sayang. Jika mengalami kekerasan, mungkin dampaknya akan panjang, apalagi masalah psikisnya," ucap Lastri mendukungku. "Iya, Lastri. Aku sudah memikirkan semuanya dan aku berharap masalah ini segera selesai. Aku juga nggak mau anak-anak ku mengalami trauma berkepanjangan." Entah kenapa aku ingin mengunjungi Liana. Bukankah dia berada di rumah sakit yang sama dengan Rindu. Tak ada salahnya aku mengunjungi dia. Aku pun meminta Lastri untuk menunggu sebentar di sini. Reyhan di sini saja bersama Lastri. Aku bergegas ke ruangan di mana Liana dirawat. Ku lihat tidak ada Mas Emran di sana. Dia sendirian. Kayaknya dia benar-benar sakit akibat pendarahan. Mungkin benar keguguran. Aku menatap wanita itu lebih dekat. Ada beberapa orang juga y
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 10.**PoV Raisa.Aku tersentak mendengar pernyataan dokter tentang kondisi Rindu. Aku tidak menyangka kondisi anakku bisa seperti ini. Kenapa Rindu bisa seperti ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Siapa yang melakukan tindakan ini kepada dia?Pertanyaan ini bermain-main di kepalaku. Aku nggak terima anakku diperlakukan layaknya bi-na-tang yang tidak berharga. Dia manusia, dia adalah seorang anak kecil yang belum tahu apa-apa. Usianya baru 8 tahun sebentar lagi dia ulang tahun yang ke-9 tahun. Dia masih kecil dan tidak seharusnya menanggung derita yang sebesar ini. Dimana pikiran manusia-manusia yang memanfaatkannya?"Gak mungkin ... Gak mungkin ...." kataku histeris tak terima."Raisa, sabar ...." kudengar suara Lastri yang juga menangis mengatakan hal itu.Bagaimana mungkin aku bisa sabar Kalau kejadiannya begini. Orang lain belum tentu bisa sanggup mengatasi permasalahan yang kualami. Aku rasanya bagaikan ditipu oleh keluarga terdekat. Jauh-jauh
Aku, Lastri dan Reyhan datang ke Kantor untuk penyelidikan lebih lanjut. Semua ditanyakan Polisi, orang-orang yang terlibat. Lastri juga dimintai keterangan oleh Polisi, apa saja yang diketahuinya tentang Rindu. Bagaimana bisa Rindu masuk Rumah Sakit. Semua ditanya Polisi secara detail. Lastri menjawab apa saja informasi yang dia ketahui.Polisi juga bergerak untuk meminta keterangan dari Mas Emran. Mas Emran harus dimintai keterangan atas apa yang terjadi pada Rindu, anak kami.Aku tidak mengharapkan apa-apa. Aku hanya mengharapkan keadilan, keadilan Untuk anakku. Sudah terlalu banyak yang dirasakannya dan penderitaan yang dialaminya. Aku ingin semua ini cepat selesai dan siapa pelaku utama dan kronologinya seperti apa. Kenapa rindu bisa jadi seperti ini? Kenapa Rindu bisa mengalami kekerasan dan pe-le-cehan?"Terima kasih, Lastri. Kamu sudah benar-benar meluangkan waktu. Kamu mau turut andil dalam kasus Rindu dan kamu mau membantuku. Aku nggak tahu lagi, bagaimana caranya berterima