Share

Bagian 4

Author: Mega Dewi
last update Huling Na-update: 2023-01-03 10:42:33

"Stop Kenzo!"

 

Anak laki-laki itu masih mengamuk, situasi masih sepagi ini dan sudah terjadi kekacauan. Arkan hampir saja melayangkan pukulan ketika tak bisa menguasai anaknya, tapi Sera segera menghentikan.

 

"Kamu dapat apa dengan bersikap seperti pada ayahmu? Apa itu akan membuat Bunda kembali?"

 

Anak itu terdiam, tatapannya masih tajam, napasnya terengah-engah.

 

"Bundamu pergi di ambil Allah, diantarkan malaikat, ditempatkan di Surga. Kemudian dari atas langit sana Bunda melihat kalian seperti ini apa tidak sedih? Katanya sayang bunda? Tante yakin, bunda tidak pernah mengajarkan kalian menjadi seperti ini."

 

Lambat laun suasana mulai aman terkendali, Kezia menghentikan tangisnya, Kenzo tidak lagi mengamuk, Kalina mulai tenang dan suasana aman terkendali. Kemudian setelah itu mereka sarapan dengan tertib dan berangkat ke sekolah, wajah keduanya masih sangat masam dan tidak bersahabat.

 

Sementara Arkan masih di rumah dan akan berangkat sebentar lagi, ia masih menyiapkan segala hal. Sera menghampirinya dan memberikan sesuatu.

 

"Bawalah ini!"

 

"Apa ini!"

 

"Makanan. Aku lihat kemarin Bapak minum obat, sepertinya obat lambung."

 

"Terima kasih."

 

"Jangan sakit, aku bahkan belum merasakan gaji pertamaku."

 

Arkan tersenyum tipis, lesung pipit begitu memesona. "Terimakasih sudah mau bantu urus anak-anak. Sepertinya aku harus nambah satu lagi pengasuh, ku lihat kamu kerepotan."

 

Sera mengangguk. "Lumayan. Boleh aku bertanya sesuatu?"

 

"Ya, silakan!"

 

"Kenapa anak-anak bisa sampai begitu?"

 

"Mereka belum menerima kepergian ibunya," jawab Arkan.

 

"Aku paham, aku juga mengerti luka mereka. Saat usiaku sama seperti si kembar, aku pun ditinggalkan oleh ibu. Hanya saja, aku melihat luka mereka ini lain."

 

Arkan menghela napas panjang. "Aku pun tidak mengerti, hanya saja setelah ibu mereka meninggal, aku tidak pernah lagi berbicara tentang ibunya, aku tidak ingin anak-anak menerima luka yang lebih banyak. Keluargaku harus bahagia, hal sesakit apa pun tidak boleh ditunjukkan."

 

Sera menghela napas panjang. "Lalu apa yang terjadi?"

 

Arkan terdiam dan menatapnya.

 

" Ya! Seperti saat ini, mereka nyaris tidak terkendali. Aku rasa Setiap manusia berhak mengekspresikan perasaannya, karena hidup bukan hanya tentang bahagia. Ada proses yang harus dilewati, dengan membiarkan mereka merasakan kesedihan, mereka akan paham keadaan, lalu berdamai dengan setiap luka yang dilewati. Kelak dewasa makan mereka bertumbuh dengan jiwa yang mampu mengendalikan diri."

 

Arkan melihat benda melingkar di tangannya. "Aku harus berangkat."

 

Kemudian ia mengambil tas dan hendak berlalu. 

 

"Bekalnya dibawa."

 

Ia kembali menghentikan langkah dan menoleh ke arah Sera.

 

"Terimakasih."

 

Sera mengangguk. "Bekerjalah dengan tenang, aku akan berusaha mengendalikan anak-anak."

 

Arkan mengangguk, setelah itu berlalu pergi.

 

Sera pun berlalu dan hendak mengisi perutnya yang sejak tadi masih kosong, namun ketika ia berbalik, ia mendapati Haliza sudah ada di belakangnya.

 

"Sepertinya kamu benar-benar menggunakan guna-guna pada anak saya," ucapnya menelisik tajam.

 

"Oh, kelihatan ya hasilnya? Gak sia-sia dong saya tirakat tiap malam," ucap Sera sambil berlalu begitu saja.

 

 

****

 

.

 

.

 

Hari-hari berlalu begitu saja, Arkan masih belum mendapatkan pengasuh baru. Sampai hari ini datanglah seseorang yang nampak akrab sekali dengan keluarga ini.

 

"Sudah aku saja yang mengasuh mereka, aku kan tantenya, pasti lebih bisa masuk pada mereka," ucapnya. Perempuan itu bernama Karin, adik mendiang istri Arkan.

 

"Mas tidak enak, kamu kan punya kesibukan."

 

"Tidak apa-apa, Mas. Aku ikhlas setulus hati."

 

Sera melihat dari atas sampai bawah wanita itu, entah kenapa perjumpaan pertama membuatnya tidak sreg.

 

"Tante ayo kita jalan-jalan ke taman!" ajak Kezia.

 

"Ayok sayang!" jawab Karin.

 

Mereka terlihat sangat bersemangat, mereka pun bersiap termasuk Arkan.

 

"Kamu ikut!" ucap Arkan pada Sera.

 

Tak banyak bicara ia pun bersiap dan semuanya pergi piknik kecil-kecilan. Anak-anak terlihat senang.

 

"Tante lihat! Orang itu tidak lelah kah? Gendut gitu lari-lari!" ucap Kezia.

 

"Iya pasti lelah, makanya kamu jangan gendut biar gak kaya gitu," jawab tantenya.

 

"No!" Sera menyergah. "Itu kerja keras namanya! Orang itu sedang berusaha bekerja keras untuk menjadi dirinya dengan versi yang lebih baik."

 

Karin mendelik pada Sera, sementara terlihat Kezia mengangguk kecil dan berlari ke tempat ayunan.

 

"Sepertinya usia kita sama," ucap Sera. "Aku hanya ingin mengingatkan, tidak segala hal yang diajarkan pada anak dilihat pada perspektif yang buruk. Kamu juga tahu dampak apa yang akan ditimbulkan atas ucapanmu itu. Bisa saja Kezia tak ingin makan karena takut gendut, sedangkan makanan akan memberikannya banyak nutrisi!"

 

Karin nampak tidak terima. "Hanya pembantu sok pinter," ucapnya seraya berlalu.

 

Sementara Arkan yang sejak tadi memperhatikan hanya tersenyum tipis, ia merasa tidak salah memilih orang, di balik sikap Sera yang terlihat bodo amat, dia adalah orang yang pintar.

 

 

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Baby Sitter Rasa Istri   TAMAT

    Beberapa saat setelahnya, Dila terbangun. Kini Sera pun menyusul ke rumah sakit, Arkan sengaja memberitahunya menggunakan ponsel yang biasa ia pakai untuk bekerja, ia tak ingin terjadi lagi sebuah kesalahpahaman dan menimbulkan banyak huru hara di rumah tangganya."Mas, sepertinya dia depresi berat!""Iya, dia butuh penanganan pada bidang yang tepat!""Dia pasti butuh seseorang untuk mendengarkan, alangkah lebih baiknya dibawa ke psikiater, Mas."Arkan hanya mengangguk, kemudian setelah itu keduanya diam seraya menatap Dila yang kembali berbaring, keluarganya tidak ada satu pun yang datang, ia yakin bila permasalahan terbesar dalam hidup Sera adalah keluarganya sendiri.Sebagai rasa kemanusiaan, Sera pun akan mendampingi Dila semampunya, ia akan dijadwalkan untuk bertemu dengan psikiater dan ditangani perlahan kesehatan mentalnya.Dila pun dirawat beberapa hari di rumah sakit dan ditunggu bergantian oleh beberapa karyawan Arkan.Sementara Sera dan Arkan sibuk menyiapkan persiapan lama

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 44

    Waktu seolah bergerak lambat ketika mobil yang Sera tumpangi melewati mobil suaminya."Bu ...," ucap sang supir pelan, ia menyadari bila yang baru saja di lihat adalah majikannya. Sang supir yang bernama Arman itu memelankan laju mobilnya."Lanjut saja dan cepat bawa mobilnya! Katya harus segera dibawa ke rumah sakit!" ucap Sera dengan suara yang tertahan, jelas sekali ia menahan segala macam perasaan yang selama ini bergelayut."Baik, Bu!" jawab supirnya, kemudian ia melajukan mobilnya lebih cepat dan sekitar 15 menit kemudian keduanya sampai di rumah sakit, Katya terlihat kejang dan langsung ditangani oleh dokter. Sementara Arkan hanya mengantarkan karyawannya itu sampai ke depan penginapan. "Sekali lagi terimakasih banyak, Pak!" ucap Dila dengan bibir bergetar.Arkan hanya mengangguk, tak banyak bicara ia pun berlalu meninggalkan Dila. Sesampainya di rumah, ia tidak mendapati Sera di sana, ketika membuka ponselnya, panggilan telepon dan pesan beruntun.[Mas pulang kapan? Katya de

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 43

    "Apa-apaan kamu, Ren?"Renata masih berdiri di tempatnya dan biasa saja, ia tak berusaha menutupi diri atau pun melakukan hal lainnya."Aku kenapa? Aku sedang berada di kamar dan mengenakan pakaian tidur. Aku tidak keluar kamar dengan pakaian seperti ini, Mas?""Kamu tahu aku akan datang kan?""Lampu mati seketika, aku panik jadi aku tidak berpikir apa pun."Tak ingin berdebat panjang, Arkan segera keluar dari kamar ini, tak menyangka bila dirinya akan melihat hal seperti ini dari Renata. Sementara wanita itu hanya diam dan berdiri di tempat yang sama tanpa melakukan pergerakan apa pun.Arkan meraih gagang pintu hendak keluar kamar, tapi dalam waktu sekejap Renata mengambil gagang pintu itu dan menatap Arkan penuh makna. Jarak mereka kini sangatlah dekat, bahkan nyaris tak berjarak ketika Renata menempelkan tubuhnya."Aku tidak berniat menggodamu, Mas. Tapi sepertinya aku sangat kesepian."Arkan melepaskan Renata, menjauhkan wanita itu dari dekatnya, tapi tidak disangka bila wanita ya

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 42

    "Detak jantung janin tidak terdengar, Dok!" ucap salah satu bidan yang sedang memeriksa."Coba periksa sekali lagi," ujar Gading.Sera nampak menahan sakit, seketika mulas semakin terasa, ia tak banyak bersuara, mulutnya tak henti berzikir, peluh bercucuran di kening, wajahnya memucat. Bidan kembali memeriksa, sudah ada pembukaan lima.Gading mendekat pada mantan istrinya itu lalu berbisik. "Zikir aja jangan putus, insyaallah bisa melahirkan normal."Sera mengangguk pelan, kemudian Gading pun keluar menghampiri Arkan yang juga terlihat cemas berada di dalam. "Detak jantung janin tidak terdengar," ucap Gading mendekat."Lalu? Maksudnya? Anak saya baik-baik saja kan?""Berdoa saja, Bang! Semoga Allah memberikan kelancaran dan keselamatan untuk keduanya."Arkan masih tidak karuan, kemudian ia diizinkan masuk ke dalam ruangan untuk menemani Sera. Istrinya itu tak banyak mengaduh, bila sakit terasa maka ia memegang tangan Arkan dengan kencang.Rasa mulas yang dirasakan Sera semakin menjad

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 41

    Rambut basah dan dada bidang itu seketika tidak lagi mempesona ketika pesan terakhir Sera baca di ponsel milik suaminya. Sementara Arkan di ujung sana tersenyum penuh makna, menatap istrinya yang begitu cantik dan seksi di sisi ranjang. Pakaian kebangsaan warna hitam selalu menjadi kesukaannya, Sera berkali lipat jauh lebih cantik dari itu.Ia mendekat dan langsung berhambur memeluk istrinya, tapi seketika Sera menghindar dengan raut wajah yang tidak semanis tadi."Kenapa sayang?" Arkan mengernyitkan dahi."Ada pesan dari Renata? Kalian saling bertemu?""Astaghfirullah ... aku lupa ngabarin. Kemarin saat masih di Bandung Renata ngabarin kalau bapaknya meninggal dunia, jadi aku menyempatkan untuk takziah.""Inalillahi wa inalillahi rajiun," ucap Sera. "Tapi kenapa Mba Renata bisa tahu nomor, Mas? Apa sebelumnya kalian sempet tukeran nomor?""Ya Allah, Sayang ... kamu ini sedang cemburu kah?"Sera diam sejenak, menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa perlu yang kaya gitu ditanyain, Mas?"

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 40

    "Ren ...," sapa Arkan ramah. Ini adalah pertemuan pertama setelah waktu itu pernikahannya batal, sudah bertahun-tahun dan lama sekali."Mas Arkan sedang apa di sini?""Istriku dapat musibah dan dirawat di sini, sekarang sedang mengurus administrasi untuk pulang."Renata mengernyitkan dahi. "Sudah nikah, Mas?"Arkan mengangguk. Renata tersenyum tipis, sudah sembilan tahun berlalu, ternyata masih ada perasaan sesak, tapi ia yakin bila ini bukan perasaan yang dulu, hanya sisa dari kenangannya saja."Menikah dengan orang mana, Mas? Selamat ya, meski terlambat,"jawab Renata mengembangkan senyumnya yang masih tetap cantik seperti dulu. Ia pun tak nampak menua, semakin cantik di usia yang semakin matang "Dengan Sera, Ren."Waktu kemudian hening sejenak, ia tertegun beberapa saat. Enam tahun yang lalu dirinya pernah tak sengaja' bertemu Renata saat di Jogja, mereka berbincang sejenak dan saat itu Renata mengetahui bila Sera sudah menikah dan bukan dengan Arkan."Jodoh tidak kemana ya, Mas!"

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status