Share

Bagian 5

Author: Mega Dewi
last update Huling Na-update: 2023-01-03 10:45:55

 

Karin nampak akrab dengan si kembar, sejak tadi mereka tak berjauhan dengan tantenya itu. Sementara Sera lebih banyak menjaga si bayi yang nampak anteng tertidur, Kalina sesekali menangis saat meminta susu.

 

Ponsel Sera berdering, sebuah panggilan masuk.

 

"Hallo!"

 

"Bisa kirim uang gak?" ucap seseorang di sana tanpa basa basi.

 

Sera menghela napas panjang. "Aku belum ada uang."

 

"Rentenir dari tadi nagih uang ke rumah. Pusing. Mana beras habis!"

 

"Uang yang aku kirim waktu itu memang sudah habis?"

 

"Sudahlah! Cukup apa uang segitu satu bulan dengan bapakmu yang banyak hutang? Rasanya ingin ku tinggalkan saja!"

 

"Tinggalkan saja! Tidak usah bertahan kalau sulit! Aku harus kerja lagi, sudah dulu!"

 

Tanpa banyak bicara Sera menutup teleponnya. Seseorang yang baru saja bicara dengannya itu adalah ibu tirinya. Seseorang yang selalu menuntutnya di luar kendali.

 

"Ayo pulang!" Arkan datang menghampiri.

 

"Mau pulang sekarang?"

 

"Iya, sudah mendung. Sebentar lagi hujan."

 

"Oh iya." Sera pun beranjak, kemudian membawa kereta dorong Kalina untuk masuk ke dalam mobil. Si kembar pun berlarian untuk masuk dan saling berebut.

 

"Masuk satu-satu, jangan berebut."

 

"Tante duduk di belakang, ya. Aku mau Tante yang duduk sama kita! Jangan yang lain."

 

Sera diam, ia tahun maksud kedua anak kembar itu, tanpa banyak bicara ia langsung masuk ke bagian depan, terlihat sekali wajah Karin tidak suka.

 

Di tengah perjalanan si kembar meminta untuk dibelikan eskrim, lagi dan lagi mereka meminta ditemani Karin, sementara Sera menunggu di dalam mobil, ternyata Arkan pun tidak beranjak. Mereka hanya diam dan membeku seraya mendengar alunan lagu yang mulai bersenandung.

 

"Wajah istriku mirip sekali dengan Karin." Arkan mencoba memecah kebisuan.

 

"Ya, aku melihat melihat foto bundanya anak-anak dan memang sangat mirip."

 

"Dia adalah seorang ibu yang luar biasa, itu mengapa kepergiannya menjadi luka yang begitu dalam bagi anak-anak!"

 

"Bagi Anda juga tentunya!"

 

Arkan mengangguk pelan. "Sebelas tahun pernikahan kami, ia tak pernah sekalipun melewatkan untuk mengurus kami, hingga ketika dia pergi aku seperti kebingungan. Bagaimana mengurus anak-anak, dimana ia menyimpan pakaianku, dimana ia meletakkan obat lambungku, dan banyak lagi. Biasanya ia selalu menyiapkan semuanya. Dan aku terlalu bergantung padanya."

 

Sera tidak mampu berkata-kata, ia seperti mampu merasakan sakitnya luka kehilangan yang begitu dalam, kemudian tak berapa lama terdengar pintu mobil terbuka dan di luar hujan mulai datang rintik-rintik. Tak lama kemudian mobil pun kembali meluncur meninggalkan tempat ini.

 

Seketika terlintas ingin mengetahui seperti apa sosok mendiang istri majikannya itu.

 

 

****

 

.

 

.

 

Selepas salat Maghrib terjadi kepanikan, Kezia tersengal sulit bernapas, wajahnya memucat dan ia terkapar.

 

Semua yang ada di rumah ini panik, Arkan dengan sigap membawa sang anak pergi ke klinik terdekat, ia ditemani oleh Karin yang kebetulan saat ini menginap di rumah mereka.

 

Sementara Sera dengan panik menunggu di rumah, dalam diam ia tidak bisa menyembunyikan rasa paniknya.

 

Waktu seolah melambat detiknya, jam menunjukkan pukul delapan malam, sudah lebih dari satu jam dan belum ada tanda Arkan kembali. 

 

Semua masih menunggu di sini sampai setengah jam kemudian Arkan datang, wajahnya merah padam, sorot matanya menunjukkan kemarahan.

 

"Siapa yang memberikan Kezia strawberry?" Suaranya lantang sambil menatap satu persatu orang yang ada di rumah ini.

 

Semua diam, sampai akhirnya Sera bersuara. "Sa ... Saya, Pak!"

 

"Apa maksud kamu? Mau membunuh anak saya? Memangnya tidak ada yang memberi tahu bila Kezia tidak bisa makan strawberry?"

 

Semua diam.

 

"Tuti! Aini! Kalian tidak memberi tahu?"

 

"Tadi saya sudah bilang, Pak!" jawab Tuti dengan ketakutan.

 

Tuti memang sempat memberitahu, tapi Sera tidak mendengarnya.

 

"Bereskan pakaianmu dan pergi dari rumah ini! Aku tidak mau ada pembunuh berkeliaran di sini!" Sergah Arkan.

 

Sera terdiam, dadanya sesak dan tanpa sadar menitikkan air mata.

 

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Baby Sitter Rasa Istri   TAMAT

    Beberapa saat setelahnya, Dila terbangun. Kini Sera pun menyusul ke rumah sakit, Arkan sengaja memberitahunya menggunakan ponsel yang biasa ia pakai untuk bekerja, ia tak ingin terjadi lagi sebuah kesalahpahaman dan menimbulkan banyak huru hara di rumah tangganya."Mas, sepertinya dia depresi berat!""Iya, dia butuh penanganan pada bidang yang tepat!""Dia pasti butuh seseorang untuk mendengarkan, alangkah lebih baiknya dibawa ke psikiater, Mas."Arkan hanya mengangguk, kemudian setelah itu keduanya diam seraya menatap Dila yang kembali berbaring, keluarganya tidak ada satu pun yang datang, ia yakin bila permasalahan terbesar dalam hidup Sera adalah keluarganya sendiri.Sebagai rasa kemanusiaan, Sera pun akan mendampingi Dila semampunya, ia akan dijadwalkan untuk bertemu dengan psikiater dan ditangani perlahan kesehatan mentalnya.Dila pun dirawat beberapa hari di rumah sakit dan ditunggu bergantian oleh beberapa karyawan Arkan.Sementara Sera dan Arkan sibuk menyiapkan persiapan lama

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 44

    Waktu seolah bergerak lambat ketika mobil yang Sera tumpangi melewati mobil suaminya."Bu ...," ucap sang supir pelan, ia menyadari bila yang baru saja di lihat adalah majikannya. Sang supir yang bernama Arman itu memelankan laju mobilnya."Lanjut saja dan cepat bawa mobilnya! Katya harus segera dibawa ke rumah sakit!" ucap Sera dengan suara yang tertahan, jelas sekali ia menahan segala macam perasaan yang selama ini bergelayut."Baik, Bu!" jawab supirnya, kemudian ia melajukan mobilnya lebih cepat dan sekitar 15 menit kemudian keduanya sampai di rumah sakit, Katya terlihat kejang dan langsung ditangani oleh dokter. Sementara Arkan hanya mengantarkan karyawannya itu sampai ke depan penginapan. "Sekali lagi terimakasih banyak, Pak!" ucap Dila dengan bibir bergetar.Arkan hanya mengangguk, tak banyak bicara ia pun berlalu meninggalkan Dila. Sesampainya di rumah, ia tidak mendapati Sera di sana, ketika membuka ponselnya, panggilan telepon dan pesan beruntun.[Mas pulang kapan? Katya de

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 43

    "Apa-apaan kamu, Ren?"Renata masih berdiri di tempatnya dan biasa saja, ia tak berusaha menutupi diri atau pun melakukan hal lainnya."Aku kenapa? Aku sedang berada di kamar dan mengenakan pakaian tidur. Aku tidak keluar kamar dengan pakaian seperti ini, Mas?""Kamu tahu aku akan datang kan?""Lampu mati seketika, aku panik jadi aku tidak berpikir apa pun."Tak ingin berdebat panjang, Arkan segera keluar dari kamar ini, tak menyangka bila dirinya akan melihat hal seperti ini dari Renata. Sementara wanita itu hanya diam dan berdiri di tempat yang sama tanpa melakukan pergerakan apa pun.Arkan meraih gagang pintu hendak keluar kamar, tapi dalam waktu sekejap Renata mengambil gagang pintu itu dan menatap Arkan penuh makna. Jarak mereka kini sangatlah dekat, bahkan nyaris tak berjarak ketika Renata menempelkan tubuhnya."Aku tidak berniat menggodamu, Mas. Tapi sepertinya aku sangat kesepian."Arkan melepaskan Renata, menjauhkan wanita itu dari dekatnya, tapi tidak disangka bila wanita ya

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 42

    "Detak jantung janin tidak terdengar, Dok!" ucap salah satu bidan yang sedang memeriksa."Coba periksa sekali lagi," ujar Gading.Sera nampak menahan sakit, seketika mulas semakin terasa, ia tak banyak bersuara, mulutnya tak henti berzikir, peluh bercucuran di kening, wajahnya memucat. Bidan kembali memeriksa, sudah ada pembukaan lima.Gading mendekat pada mantan istrinya itu lalu berbisik. "Zikir aja jangan putus, insyaallah bisa melahirkan normal."Sera mengangguk pelan, kemudian Gading pun keluar menghampiri Arkan yang juga terlihat cemas berada di dalam. "Detak jantung janin tidak terdengar," ucap Gading mendekat."Lalu? Maksudnya? Anak saya baik-baik saja kan?""Berdoa saja, Bang! Semoga Allah memberikan kelancaran dan keselamatan untuk keduanya."Arkan masih tidak karuan, kemudian ia diizinkan masuk ke dalam ruangan untuk menemani Sera. Istrinya itu tak banyak mengaduh, bila sakit terasa maka ia memegang tangan Arkan dengan kencang.Rasa mulas yang dirasakan Sera semakin menjad

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 41

    Rambut basah dan dada bidang itu seketika tidak lagi mempesona ketika pesan terakhir Sera baca di ponsel milik suaminya. Sementara Arkan di ujung sana tersenyum penuh makna, menatap istrinya yang begitu cantik dan seksi di sisi ranjang. Pakaian kebangsaan warna hitam selalu menjadi kesukaannya, Sera berkali lipat jauh lebih cantik dari itu.Ia mendekat dan langsung berhambur memeluk istrinya, tapi seketika Sera menghindar dengan raut wajah yang tidak semanis tadi."Kenapa sayang?" Arkan mengernyitkan dahi."Ada pesan dari Renata? Kalian saling bertemu?""Astaghfirullah ... aku lupa ngabarin. Kemarin saat masih di Bandung Renata ngabarin kalau bapaknya meninggal dunia, jadi aku menyempatkan untuk takziah.""Inalillahi wa inalillahi rajiun," ucap Sera. "Tapi kenapa Mba Renata bisa tahu nomor, Mas? Apa sebelumnya kalian sempet tukeran nomor?""Ya Allah, Sayang ... kamu ini sedang cemburu kah?"Sera diam sejenak, menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa perlu yang kaya gitu ditanyain, Mas?"

  • Baby Sitter Rasa Istri   Bagian 40

    "Ren ...," sapa Arkan ramah. Ini adalah pertemuan pertama setelah waktu itu pernikahannya batal, sudah bertahun-tahun dan lama sekali."Mas Arkan sedang apa di sini?""Istriku dapat musibah dan dirawat di sini, sekarang sedang mengurus administrasi untuk pulang."Renata mengernyitkan dahi. "Sudah nikah, Mas?"Arkan mengangguk. Renata tersenyum tipis, sudah sembilan tahun berlalu, ternyata masih ada perasaan sesak, tapi ia yakin bila ini bukan perasaan yang dulu, hanya sisa dari kenangannya saja."Menikah dengan orang mana, Mas? Selamat ya, meski terlambat,"jawab Renata mengembangkan senyumnya yang masih tetap cantik seperti dulu. Ia pun tak nampak menua, semakin cantik di usia yang semakin matang "Dengan Sera, Ren."Waktu kemudian hening sejenak, ia tertegun beberapa saat. Enam tahun yang lalu dirinya pernah tak sengaja' bertemu Renata saat di Jogja, mereka berbincang sejenak dan saat itu Renata mengetahui bila Sera sudah menikah dan bukan dengan Arkan."Jodoh tidak kemana ya, Mas!"

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status