Share

Menolak Diajak Bersandiwara

"Kenapa tidak naik?. Apa kamu ingin aku membukakan pintu untuk mu. Jangan harap!.

Sarah membeku di samping mobil milik Andra. Ternyata kedatangan Andra di laundry itu untuk menjemput Sarah. Suatu kejadian langka di sepanjang pernikahan mereka. Baru kali ini, Andra menyempatkan diri menjemput Sarah. Yang menjadi pertanyaan di benak Sarah. Darimana Andra mengetahui jika dirinya bekerja di laundry itu.

"Tunggu apa lagi, cepat naik," kata Andra lagi sambil membukakan pintu mobil untuk dirinya sendiri.

Sarah meremas ujung bajunya. Sikap Andra masih saja tetap menyakiti dirinya. Dirinya tidak langsung naik ke dalam mobil bukan karena ingin dibukakan pintu oleh Andra. Sarah sadar siapa dirinya. Tidak mungkin Andra akan bersikap manis. Sarah tidak langsung masuk ke mobil karena bingung. Apakah dirinya duduk di depan atau di belakang.

Sarah sulit untuk memutuskan dimana dirinya duduk. Mereka bukan suami istri yang normal. Kalau boleh memilih, Sarah sebenarnya ingin pulang sendiri tanpa naik mobil suaminya itu.

Hingga mesin mobil terdengar, Sarah masih berdiri di samping mobil itu. Dia berharap, Andra meninggalkan dirinya di tempat itu. Pulang naik angkutan umum atau ojek online akan lebih baik daripada ikut dengan mobil Andra.

"Masuk."

Kini Andra membuka pintu mobil dari dalam. Suaranya yang dingin membuat Sarah semakin tidak ingin masuk ke dalam mobil. Apalagi pintu yang dibuka laki laki itu adalah pintu mobil bagian depan. Sungguh Sarah tidak ingin duduk berdekatan dengan Andra kalau ujungnya nanti akan menyakiti dirinya.

"Saya masih ada urusan. Bisakah pak Andra pulang duluan?" jawab Sarah dengan suara yang terdengar gugup.

Kedatangan Andra menjemput dirinya sudah menjadi tanda tanya besar di hati Sarah. Sarah sudah menduga banyak hal akan sikap Andra yang tidak biasa itu.

Sepertinya Andra tidak suka dengan penolakan. Hanya beberapa detik dari penolakan Sarah. Kini laki laki itu sudah mendorong Sarah secara paksa hingga duduk di bangku mobil.

"Jangan besar kepala karena aku menjemput kamu."

Lagi lagi Andra berkata untuk menyakiti hati Sarah. Wanita itu hanya diam dan memandang lurus ke jalanan.

"Kenapa hanya diam saja. Apa kamu tidak mempunyai mulut?" tanya Andra lagi. Tangan dan matanya fokus menjalankan mobil. Tapi mulutnya pedas untuk menyakiti hati Sarah.

Sarah menarik nafas panjang. Sungguh, dirinya merasa serba salah. Diam salah. Dijawab makin salah.

"Aku harus berkata apa?. Apa aku harus mengucapkan terima kasih?. Sepertinya itu tidak perlu. Karena pak Andra menjemput ku bukan berdampak baik bagiku. Yang ada pak Andra menyakiti aku dengan kata kata yang menyakitkan itu."

Sarah tidak bisa menahan diri lagi untuk menyembunyikan kekesalan hatinya. Dia sudah menurut. Tapi sepertinya hal itu tidak bisa membuat Andra bisa menahan diri untuk menyakiti dirinya.

"Maaf."

Sarah spontan menoleh ke samping. Memperhatikan wajah suaminya yang fokus menyetir. Benarkah, laki laki itu meminta maaf?. Rasanya Sarah tidak percaya dengan pendengarannya. Seorang Andra yang angkuh meminta maaf kepadanya. Tidak mungkin.

"Papa menunggu kita di rumah. Aku harap kamu bisa bersikap selayaknya istri yang baik."

Oh, sekarang Sarah mengerti. Tujuan Andra menjemput dirinya supaya terlihat jika pernikahan mereka baik baik saja.

"Kenyataannya aku bukan istri yang baik. Lagi pula aku tidak pandai bersandiwara," jawab Sarah santai. Dia berpikir saat ini lah yang tepat untuk membalas semua perbuatan jahat Andra kepada dirinya. Lagi pula, bersandiwara di hadapan pak Herlambang terlalu beresiko menurut Sarah. Pernikahan mereka bukan hanya sekedar tidak baik baik baik. Pernikahan mereka sudah tidak sehat sejak awal dan ada pihak ketiga diantara mereka

"Jangan membuat aku marah Sarah. Aku mohon, menurut dulu. Kali ini saja."

"Maaf pak Andra. Aku tidak bisa. Tak perlu bersandiwara untuk menunjukkan kita baik baik saja. Kenyataannya tidak seperti itu kan. Aku tidak akan membongkar semua kelakuan mu pak. Tapi jangan paksa aku bersandiwara."

Andra mengusap wajahnya frustasi. Keadaan pernikahannya yang sebenarnya tidak boleh diketahui oleh pak Herlambang. Jika Sarah tidak bisa diajak bekerjasama, bisa bisa hari ini juga perusahaan keluarga akan jatuh ke tangan Indra sepupunya.

Hal itu tidak boleh terjadi. Perusahaan itu harus jatuh ke tangannya. Andra memutar otak.

"Aku tidak mau tahu Sarah. Aku tidak suka ditolak. Suka atau tidak suka. Mau tidak mau. Kamu harus mengakui jika kita sudah mempunyai bayi."

"Apa maksud kamu pak?" tanya Sarah marah. Dia sudah bisa menebak apa maksud dari perkataan suaminya.

"Kita masih sah suami istri. Putriku, putri mu juga. Kamu harus bisa menyakinkan papa jika kamu sudah melahirkan keturunan bagiku."

"Aku tidak mau mas."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status