Share

Baby Triplets Milik Om Tampan
Baby Triplets Milik Om Tampan
Penulis: Te Anastasia

Malam Tak Terlupakan

"Kau sangat memuaskanku malam ini, Sayang..."

Suara dua insan di dalam sebuah kamar membuat tubuh Shela menegang seketika. Gadis cantik dua puluh dua tahun itu baru saja masuk ke dalam apartemen kekasihnya untuk memberikan kejutan ulang tahun pada laki-laki tersebut.

Namun, Shela malah disuguhi suara dua orang yang terdengar begitu mesra dari dalam kamar. Dengan dada bergemuruh hebat, Shela mendorong pintu di hadapannya dengan kuat, membuat dua manusia di atas ranjang besar itu tersentak kaget atas kehadirannya.

Kue ulang tahun di tangan Shela pun terjatuh, gadis itu membekap mulutnya dengan tangan. Air mata tak tertahankan setelah tahu siapa wanita yang tengah berduaan dengan kekasihnya. 

"Shela!" pekik dua orang itu bersamaan seraya berebut selimut menutupi kedua tubuh polos mereka.

"Teganya kalian melakukan ini di belakangku?!" teriak Shela, masih berdiri di dekat pintu dengan tatapan tidak percaya.

"Shela, aku bisa jelaskan... Ini tidak seperti yang kau lihat!" Vano, kekasihnya, buru-buru memakai pakaiannya dan mendekati Shela.

Tapi Shela mundur cepat menjauhinya, merasa begitu jijik. Ia menatap tajam pria itu, lalu berganti pada wanita yang tidak berani melihat ke arahnya. Wanita yang selama ini Shela anggap sebagai sahabat nyatanya tak lebih dari musuh di dalam selimut. 

"Aku tidak perlu mendengar penjelasan apapun darimu, Vano! Tapi kenapa... kenapa harus sahabatku, hah?! Kenapa harus Cheryl?!" berangnya seraya menyeka air matanya.

Gadis berbalut selimut itu hendak mendekati Shela. "Shela, aku dan Vano tidak bermaksud—"

"Cukup! Kau bukan lagi sahabatku, Cheryl! Aku... aku tidak akan memaafkan kalian berdua!" teriak Shela bersama isak tangisnya. Gegas Shela membalikkan badannya dan melangkah pergi. Shela tidak peduli dengan Vano yang berusaha mengejarnya.

"Shela tunggu... Dengarkan aku dulu, Shela!" Vano menahan lengan Shela, yang langsung ditepis olehnya.

PLAK!

Shela melayangkan satu tamparan yang mendarat dengan telak di pipi Vano, membuat lelaki itu tampak terkejut. 

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!" tegasnya dengan raut wajah jijik menatap Vano. 

Tiga tahun menjalin hubungan dengan pria ini, tapi semuanya berakhir dengan pengkhianatan. Kekecewaan yang dirasakan Shela sudah tak terkira. Meski air mata masih mengalir di pipinya yang memerah, tetapi tatapan tajamnya membuat Vano tak bisa berkutik.

"Kita akhiri semuanya di sini, Vano," ucap Shela penuh penekanan. "Jangan sampai aku melihatmu muncul di hadapanku lagi!"

Setelah mengatakan kalimat itu, Shela pun berlari keluar dari dalam gedung apartemen.

Perasaannya begitu campur aduk. Shela tidak sudi menangisi pria yang sudah mengkhianatinya itu lebih lama. Air matanya terlalu berharga untuk pria berengsek seperti Vano. Namun, hatinya terasa begitu sakit. 

"Hanya ada satu cara mengatasi hal ini," bisik Shela dengan suara serak. Ia mencegat taksi yang lewat dan meminta supir untuk mengantarkannya ke sebuah tempat yang cukup populer di tengah kota Paris. "Malam ini aku akan melupakan laki-laki brengsek itu!"

**

"Bisa-bisanya dia membohongiku... kurang apa aku padanya..." gumaman itu terucap dari bibir Shela yang tengah menenggak minumannya di dalam gelas. Kesadarannya pun mulai menipis karena pengaruh minuman yang memabukkan.

Rasa sakit hati membawanya ke bar yang berada di dalam sebuah hotel mewah. Ia ingin melampiaskan perasaannya, menghabiskan semua kesedihannya malam ini agar besok ia bisa menjalani kehidupannya seperti biasa. 

"Permisi Nona, ini kunci kamar yang kau pesan, di lantai dua, nomor tiga belas," ujar seorang pelayan menyerahkan sebuah kunci kamar pada Shela.

"Thank you," ucap Shela lirih, ia pun turun dari kursinya dan berlalu pergi.

Shela berjalan sempoyongan di lorong hotel di lantai dua, masih sambil meracau dan memaki Vano. Ini pertama kalinya Shela mabuk seperti ini. Kesadarannya mulai menipis, benar-benar hilang kendali karena sakit hati.

Malam ini Shela memutuskan menginap, karena tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti ini. Kabur dari rumah di tengah malam dan mabuk-mabukan, Shela pasti akan dijahar habis-habisan oleh Mamanya.

Di depan deretan pintu kamar, Shela terdiam sejenak mengucek kedua matanya. Pandangannya menjadi buram karena mabuk.

"Nomor tiga belas..." cicitnya menunjuk angka yang tertera di depan pintu. Ia sedikit memiringkan kepalanya, demi memastikan apakah ini benar-benar kamar yang sudah ia pesan. "Benar, ini dia kamarnya!" seru Shela.

Nyatanya, itu bukan kamar nomor tiga belas. Melainkan nomor delapan belas. Shela membuka pintu yang salah, tapi ia terlalu mabuk untuk menyadari kesalahannya.

Ia berjalan masuk sambil melepaskan kardigan biru yang ia pakai dan berjalan mendekati ranjang. Tanpa melihat sekitar, gadis itu langsung ambruk di sana.

"Aku ingin tidur nyenyak malam ini tanpa memikirkan apapun..." lirih Shela memukuli kepalanya pelan.

Sampai tiba-tiba muncul seorang laki-laki berbalut kemeja putih dari arah pintu balkon kamar yang terbuka. Laki-laki berparas tampan membawa sebuah botol minuman di tangannya, tampak terkejut saat mendapati gadis cantik di atas ranjangnya hanya dengan balutan dress berlengan pita.

Pria itu memijit pangkal hidungnya dan menggelengkan kepala, untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya suara bariton itu sambil mendekat dan membungkukkan badannya di hadapan Shela.

Kedua mata sayu Shela terbuka, kedua pipinya bersemu saat wajah tampan tersuguh di hadapannya.

"Aku?" Shela terkekeh kecil. "Hmm... aku ingin bersenang-senang dan melupakan si brengsek itu! Kau tahu Tuan... Huum, aku ingin bersenang-senang!" Kepalan tangan kecil Shela memukuli dada bidang orang asing tersebut. Dia bahkan tidak menyadari apa yang sedang ia lakukan. Shela benar-benar mabuk berat.

Kening laki-laki itu berkerut bingung, ia yang juga tengah mabuk harus dihadapkan dengan gadis asing di kamarnya. Pria itu lantas menjauh. 

"Ck! Bangun dan pergi dari sini, Nona!" usirnya dengan nada ketus.

Shela menggelengkan kepalanya kuat-kuat, beranjak duduk di atas ranjang dan memiringkan kepalanya dengan mata sayu.

"Ini kamarku, Tuan! Kamarku, nomor tiga belas!" seru Shela, tiba-tiba menarik kerah kemeja putih yang laki-laki itu pakai dan menunjuk ke arah pintu.

Seulas senyuman tipis lantas terukir di bibir laki-laki itu. Teringat beberapa jam yang lalu saat minum bersama rekan-rekan kerja sekaligus sahabatnya, yang ingin mencarikan teman malam untuknya. Mungkinkah gadis ini?

"Kenapa kau diam dan hanya menatapku? Apa aku tidak cantik?" tanya Shela dengan raut sedih. "Oh ya, aku memang tidak cantik, buktinya dia selingkuh dariku!"

Shela hendak membuang muka, namun telapak tangan besar laki-laki itu menangkup satu pipinya untuk saling menatap. Keduanya berada dalam kesadaran yang menipis karena pengaruh minuman.

"Tidak, kau sangat cantik, dan kau salah mendapatkan pemangsa malam ini, Nona." Suara dalam laki-laki itu seolah menyihir Shela.

Shela tersenyum kecil. Ia mengalungkan kedua lengannya di leher laki-laki itu tanpa sadar dan menariknya hingga keduanya ambruk di atas hamparan luas ranjang.

"Baiklah, maka ayo cepat lakukan!" seru Shela, terdengar begitu tak sabar. 

Seringai menghiasi bibir tipis laki-laki berparas tampan, berambut hitam tersebut. Malam ini, ia mendapatkan mangsa yang cantik, manis, menggemaskan dan tidak sabaran.

Iris hitamnya menikmati tiap jengkal wajah ayu Shela sebelum tubuh Shela tersentak begitu bibir laki-laki itu menyapa bibirnya. Tidak ada balasan apapun. Ciuman itu terasa kaku, tapi entah kenapa hal itu membuat laki-laki itu semakin merasa tertantang.

"Kau tidak pernah melakukan hal ini? Kau yakin ingin melanjutkannya?" bisik laki-laki itu di hadapan bibir Shela.

"Aku..." Shela menggantung ucapannya, wajahnya memerah ragu. Ia menatap seraut wajah aristokrat di hadapannya lamat-lamat. Pria ini tampak begitu mempesona sampai tanpa sadar Shela menganggukkan kepalanya. 

Laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan. "Kau tidak akan menyesali keputusanmu malam ini, Nona."

Ucapan laki-laki itu pun menjadi kalimat terkahir yang dia ucapkan sebelum bibirnya mendarat tepat di atas bibir Shela yang lembut dan manis. Mulanya ia hanya melumatnya dengan penuh kehati-hatian, tapi lambat laun lumatannya berubah menjadi menggebu-gebu.

Satu persatu pakaian yang melekat pada tubuh mereka terlepas. Malam ini, diselimuti rasa mabuk yang membelenggu, keduanya menghabiskan malam yang panas. Kedua insan itu berbagi kehangatan dan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Shela menitikkan air mata, tak mampu menahan rasa sakit saat pria itu mendorong tubuhnya lebih dalam membelah bagian inti tubuh Shela.

"Tu-tuan..." Shela memekik tertahan. 

"Sebut namaku, Manis. Sebastian... Sebastian Morgan," bisik laki-laki itu sambil mengecup bibir Shela sekali lagi untuk mengalihkan rasa sakitnya.

"Se-Sebastian..." Shela menyebut lirih namanya dan memeluk erat punggung kekar lelaki itu.

Sebastian tampaknya tidak mampu menahan dirinya lagi. Ia sendiri pun sangat terkejut saat mengetahui gadis ini ternyata masih suci dan tak berpengalaman.

Namun karena mabuk dan juga hasratnya yang menggebu, ia tidak mampu menahan untuk berhenti menyentuh Shela malam ini.

"Kau yang memulainya, Nona... Aku pastikan malam ini akan menjadi malam yang tak terlupakan..."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Te Anastasia
Hai temen-temen, mampir ke buru baru author.. judulnya: 'Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan' terima kasih ^^
goodnovel comment avatar
Indra Kuncoro
bagus dan menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status