"Bagaimana denganmu?" tanya Bella yang menjawab pertanyaan Nicholas dengan pertanyaan.
"Tentu aku akan mengambil jurusan hukum! Aku ingin menjadi pengacara ternama!" ujar Nicholas sambil tersenyum lebar.
Lalu, mereka berdua berjalan ke arah halte bus dan duduk di sana sembari menunggu.
"Bagaimana denganmu?" tanya Nicholas kembali.
Bella menghela napas dan menatap kekasihnya itu, seraya berkata, "Aku akan kuliah tahun depan."
"Mengapa seperti itu? Pasti itu karena kakakmu, Crystal. Aku akan menegurnya!" ujar Nicholas kesal dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
"Hei .... Hentikan!" ujar Bella dan menahan Nicholas yang sudah hendak menghubungi nomor ponsel kakaknya itu.
Ponsel adalah barang mewah bagi keluarga Swan. Yang memiliki ponsel hanya Crystal dan Bella sendiri tidak yakin bagaimana kakaknya itu mampu membeli ponsel. Jadi, Bella menyimpan nomor ponsel kakaknya di ponsel milik Nicholas. Walaupun, tidak pernah sekalipun Bella menghubungi nomor itu.
"Tapi, bagaimana dengan beasiswa itu? Bukankah itu hanya berlaku untuk tahun ini?" tanya Nicholas kembali dengan kesal.
"Tidak masalah! Aku bisa kuliah di universitas lain yang lebih terjangkau tanpa beasiswa. Aku akan bekerja dulu selama 1 tahun dan setelah uang terkumpul baru akan memutuskan kuliah di universitas apa." Jelas Bella, sebenarnya dirinya sendiri ragu bagaimana mengumpulkan uang untuk kuliah. Tamatan SMA tidak memiliki pilihan pekerjaan yang baik, mungkin dirinya hanya akan berakhir menjadi penjaga toko atau swalayan. Namun, Bella selalu menyimpan kekhawatirannya dan menunjukkan sikap bahwa dirinya baik-baik saja.
Bus tiba dan mereka berdua naik ke dalam bus. Nicholas kesal dan tidak lagi berbicara, jadi Bella juga hanya diam sambil menatap keluar jendela.
***
Tidak terasa, sudah hampir 6 bulan dari tamat sekolah. Seperti perkiraannya, Bella berakhir bekerja di sebuah swalayan di dekat rumahnya. Jam kerja yang cukup panjang, tetapi sepadan dengan upah yang diterima.
Dengan memiliki pemasukan sendiri, Bella dapat membantu menutupi pengeluaran rumah dan hal itu membuat ibu tenang. Awalnya, Bella ingin ibu bekerja di satu tempat saja yaitu di pabrik pengalengan ikan dan dapat beristirahat di malam hari. Namun, hal itu tidak terwujud karena Crystal menghabiskan uang lebih dan lebih. Jika, ibu menolak permintaannya, maka Crystal akan mengancam dengan pergi meninggalkan rumah.
Ancaman itu berhasil, semua permintaannya terpenuhi. Apakah hal itu membuat Bella marah? Tentu saja. Namun, kembali lagi Bella selalu menyimpan rasa marah dan keberatannya, karena berpikir bahwa Crystal berhak memperoleh semua itu.
Crystal berubah drastis. Pakaian branded dan termasuk semua aksesorisnya dengan ponsel dan laptop keluaran terbaru. Saat marah, maka Crystal selalu berkata akan pergi dari rumah bobrok ini. Crystal juga mengatakan dirinya malu, mengapa terlahir di keluarga miskin seperti ini. Ibu hanya akan menangis saat Crystal bertingkah menjengkelkan seperti itu.
Bella lebih senang menghabiskan waktunya di luar rumah. Dirinya bekerja dengan giat dan tidak pernah keberatan saat harus lembur. Jika tidak memiliki jam lembur, maka Bella akan pergi ke rumah kekasihnya, Nicholas Hall dan dengan senang hati membantu pekerjaan rumah di sana.
Namun, belakang ini, perilaku kedua orang tua Nicholas, terutama Sang Ibu berubah total. Seperti saat ini.
"Bu, aku bantu melipat pakaian ini."
Ujar Bella, sambil duduk di samping Nyonya Hall, wanita paruh baya bertubuh gempal. Nyonya Hall mengabaikan perkataan Bella dengan wajah yang begitu cemberut dirinya berkata, "Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu seharusnya melakukan sesuatu yang lebih penting daripada melipat pakaian?"
Tangan Bella yang sedang melipat pakaian terhenti. Belakangan ini, perlakuan Nyonya Hall kepadanya sangat kasar dan selalu ingin Bella tidak berlama-lama di rumahnya.
"Ehm ..., aku menunggu Nicholas pulang," jawab Bella perlahan.
"Kamu lihat anak Nyonya Mai, tetangga kita. Anak gadis harus seperti itu, kuliah dan bekerja di kantoran! Bukan seperti dirimu, yang-"
Perkataan Nyonya Hall terpotong karena Nicholas yang baru tiba di rumah.
"Ibu! Tolonglah jangan mempersulit Bella! Bella akan kuliah tahun depan, aku yakin dirinya juga dapat bekerja di perusahaan bergengsi." Ujar Nicholas sambil buru-buru duduk di antara Bella dan ibunya.
"Putra kesayangan Ibu! Ibu hanya ingin, kamu memiliki pasangan yang dapat kamu banggakan!" ujar Nyonya Hall membela diri.
"Aku bangga dengan Bella, Bu!" ujar Nicholas jujur sambil memeluk pundak Bella.
Bella menatap Nicholas dan tersenyum penuh rasa syukur karena memiliki kekasih sebaik ini. Lalu, mereka makan malam bersama. Tuan dan Nyonya Hall beserta Bella dan Nicholas. Walaupun, Nyonya Hall lebih banyak diam, tetapi Bella dapat merasakan rasa tidak suka yang begitu besar dari Nyonya Hall terhadap dirinya. Bella berharap, semua akan kembali ke keadaan semula, setelah dirinya kuliah.
Nyonya Hall, meletakkan begitu banyak lauk di piring putra kesayangannya dan Nicholas membagikan sebagian lauk itu kepada Bella.
"Tidak! Kamu makan saja." Bella menolak, dirinya tidak lagi ingin mencari masalah dengan Nyonya Hall.
"Kamu harus makan yang banyak! Kamu begitu kurus." Nicholas mengabaikan keberatan Bella dan meletakkan sebagian lauk dari piringnya ke piring Bella.
"Jika dia tidak mau, maka jangan dipaksa!" Nyonya Hall mengambil lauk dari piring Bella dan meletakkannya di piring suaminya, Tuan Hall.
"Istriku ..." Tuan Hall ingin menasehati istrinya yang sudah kelewatan.
"Makan saja! Lauk hanya untuk mereka yang mengeluarkan uang untuk membeli semua yang ada di atas meja ini." Ujar Nyonya Hall ketus.
"Benar, makanlah Paman! Sebelum kemari, aku sudah makan di swalayan."
Bella berusaha agar Tuan dan Nyonya Hall tidak bertengkar karena dirinya. Entah mengapa, belakangan dirinya semakin merasa rendah diri jika berada di tengah-tengah Keluarga Hall. Akhirnya, mereka semua makan dalam diam dan Bella sama sekali tidak dapat menikmati makan malam ini. Selesai makan malam, biasanya Bella akan membantu mencuci peralatan makan, tetapi malam ini Nyonya Hall memintanya segera pulang, dengan alasan sudah larut malam.
'Ayo aku antar!" Ajak Nicholas.
"Rumahnya hanya berjarak satu blok dari sini! Biarkan dia pulang sendiri, sudah begitu malam kamu harus mandi dan beristirahat!"
"Ayolah, Bu! Ini hanya sebentar!"
Nicholas mengandeng tangan Bella dan berjalan ke arah pintu rumah itu, lalu keluar. Nicholas tidak memberi kesempatan bagi Bella untuk keberatan.
"Bukankah kamu seharusnya mendengarkan perkataan ibumu? Bukankah hal ini akan membuat ibumu marah?" tanya Ellena penuh cemas.
"Maafkan ibuku. Belakangan ini, dirinya sering mendengar perkataan para tetangga."
Nicholas meminta maaf untuk ibunya. Bella hanya mengangguk dan mereka tidak lagi berbicara.
Mereka tiba di depan pintu rumah Bella dan setelah memastikan Bella masuk ke dalam rumah, barulah Nicholas pergi. Bella bersandar di balik pintu, hatinya sedih karena perlakuan Nyonya Hall terhadap dirinya.
Setelah berhasil menenangkan diri, Bella berjalan ke dapur dan memanaskan sayur untuk ibunya. Ibu akan pulang sebentar lagi.
Klik!
Pintu depan rumah terbuka, Bella memaksakan seulas senyum dan berbalik menyambut ibunya. Namun, itu bukan ibu melainkan Crystal yang berjalan sempoyongan.
Brukkk!!!
Crystal tersandung, dan terjerembab di lantai.
"ARGH ...!!!"
Teriak Crystal mengamuk dan melempar tas tangannya dengan kasar.
Bella tidak yakin apa yang terjadi dengan kakaknya itu, dan datang menghampirinya.
"Crystal!"
Panggil Bella menghampiri Crystal, hendak membantunya berdiri. Namun, Crystal mendorong Bella menjauh.
"Pergi! Tinggalkan aku!"
Crystal berusaha keras untuk berdiri, tetapi karena mabuk, kakinya tidak mampu berdiri tegak.Bella kembali menghampiri kakaknya itu dan menangkap tubuh Crystal yang kembali limbung. Merasakan sentuhan tangan Bella di lengannya, membuat Crystal murka dan kembali mendorong tubuh adiknya itu dengan kuat.Brukkk!!!Bella terduduk di atas lantai, cukup keras. Hal itu membuat Bella meringis kesakitan dan menatap Crystal dengan rasa tidak percaya."APA?""Kamu tidak senang dengan perlakuanku? Semua yang terjadi padamu bukan salahku! Semua itu terjadi karena kamu terlalu baik dan menjadi bodoh!""BODOH!!!"Crystal bersandar di dinding rumah yang sudah lapuk dan menatapnya dengan penuh kebencian, kemudian lanjut berkata, "Aku hanya ingin menjadi kaya dan terlepas dari kedua orang tua bodoh itu!""Dan dirimu tentunya! Adik kecil yang selalu bertingkah layaknya seorang malaikat! Kau tahu, karena aku kakakmu, maka aku akan memberimu nasehat!"
Bella mengedarkan pandangannya, dan terlihat jelas dirinya berada di rumah sakit."ISABELLA SWAN!!!"Bella mendengar jelas, suara ibu yang meneriaki nama lengkapnya. Itu tanda, bahwa ibu benar-benar marah.Bella memalingkan kepalanya ke arah asal suara tadi. Dirinya melihat, ibu melihatnya dengan raut wajah begitu marah. Apa yang terjadi dengan wajah ibu? Wajah ibu hampir separuh tertutup lebam, bahkan salah satu mata ibu begitu merah."A-apa yang terjadi terhadap Ibu?"Tanya Bella, dirinya bahkan kesulitan mengenali suaranya sendiri. Suaranya saat ini, terdengar begitu lemah dan serak. Untuk mengucapkan satu kalimat tadi, membuat tubuhnya berkeringat dingin.Di samping ibu, Ellena melihat Crystal yang seperti biasa, selalu terlihat tidak peduli."Kau ...! Kau anak durhaka!"Cecar ibu kepada Bella, ini pertama kalinya Bella melihat ibu begitu marah."Sudahlah, Bu! Ayah pantas menerima hukuman itu. Lihat apa yang
Nnn"Nyonya Swan tidak bisa menjemput dirimu. Jadi, aku menyempatkan waktu untuk mengantarmu pulang."Inspektur David mencoba menjelaskan. Sebetulnya, dirinya hanya kebetulan lewat dan memastikan apakah gadis itu sudah pulang. Namun, informasi yang di dapat dari perawat, sama sekali tidak ada keluarga gadis itu yang datang hari ini. David sendiri tahu jelas, ibu gadis itu sangat marah karena keberaniannya melapor kepada polisi dan hal yang diucapkan Sang Ibu juga masuk di akal. Kedepannya Keluarga Swan akan sulit menghadapi para tetangga dan warga sekitar.Bella mengangguk dan berdiri, lalu berjalan mendekati Inspektur David."B-bagaimana dengan biaya rumah sakit?" tanya Bella. Dirinya memiliki tabungan, tetapi tidak banyak dan disimpan di rumah."Kantor sudah membayarnya!" jawab Inspektur David singkat. Dirinya pribadi membayar tagihan rumah sakit gadis itu, karena rasa iba.Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya patuh mengikuti Inspektur David d
"Itu pantas! Ayah sudah mengkalkulasi, kami akan mengambil cicilan untuk 10 tahun. Jadi, uang muka tidak terlalu berat," ujar Tuan Hall tersenyum bahagia."Tapi-"Nicholas tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan keberatan, karena ibunya lanjut berkata, "Turuti perkataan orang tuamu! Itu akan membuat dirimu lebih dipandang tinggi!""Namun, kami masih kekurangan sedikit untuk pembayaran uang muka! Bella, apakah kamu mau membantu Nicholas? Aku yakin, kamu tidak akan keberatan!" ujar Nyonya Hall menatapnya tajam.Bella menelan ludah. Dirinya memiliki sedikit tabungan, tetapi itu untuk biaya kuliahnya tahun depan."Ayolah, Bu! Jangan merepotkan Bella, dirinya sendiri harus-"Kembali ucapan Nicholas terpotong, tetapi kali ini oleh Bella yang buru-buru berkata, "Tentu! Aku akan membantu Nicholas!"Seketika senyum merekah di wajah Tuan dan Nyonya Hall. Hal itu membuat Bella merasa sedikit tenang, walaupun itu artinya dirinya akan kehilang
"Kita akan melewati ini semua bersama," bisik Nicholas.Bella merasa matanya hangat, begitu juga dengan hatinya. Saat ini, Bella merasa sangat beruntung dengan keberadaan Nicholas di sisinya.Bella melangkah masuk melewati pagar rumah dan kembali berbalik menatap Nicholas yang masih menatap dirinya."Pulanglah!" ujar Bella sambil menggerakkan tangannya meminta pria itu segera pergi."Selamat malam," ujar Nicholas sambil melambai pada Bella.Bella menunggu sampai Nicholas menghilang baru membuka pintu rumah. Namun, tangannya yang diletakkan di kenop pintu terhenti, saat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah mereka.Bella berbalik dan melihat seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu pengemudi, berjalan ke arah pintu penumpang bagian belakang dan membuka pintu itu. Bella melihat sepertinya pria itu adalah seorang supir, jika dilihat dari pakaiannya yang terlihat seperti seragam.Crystal turun dari mobil da
Setidaknya, hari ini Bella dapat melihat ibunya tersenyum dan dirinya berterima kasih karena kedatangan Nicholas.Hari-hari berlalu dengan cepat, tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Saat ini, Bella berusia 20 tahun. Enam bulan lagi, ayahnya akan dibebaskan. Karena kelakuan ayah yang baik, beliau mendapatkan remisi.Bella tidak lagi kuliah. Keuangan keluarga mereka sangat buruk. Uang yang di dapat dari menjahit boneka tidak seberapa. Terlebih, Bella masih harus ikut membayar cicilan kendaraan Nicholas. Namun, Bella tidak keberatan. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang begitu memukau dengan otak brilian.Terkadang, Bella akan merasa berkecil hati saat bersama dengan Nicholas. Banyak hal yang tidak lagi dapat mereka bicarakan, bisa dikatakan jenjang sosial mereka sudah berbeda. Bahkan, Bella sudah jarang pergi ke rumah keluarga Hall. Orang tua Nicholas beberapa kali secara terang-terangan menolak kehadirannya, dengan mengabaikan deringan bel yang dibunyikan olehnya.
"Apa yang membawamu kemari sepagi ini?" tanya Bella yang segera menghampiri Nicholas.Nicholas tidak menjawab pertanyaan itu. Dirinya tahu, setiap hari Sabtu pagi Bella akan ditinggal sendirian oleh ibunya dan karena alasan itulah dirinya datang ke sini pagi-pagi sekali.Bella menatap lekat ke arah Nicholas. Setelah mengenal pria itu begitu lama, Bella tahu ada yang mengganggu pikiran pria itu."Ada apa?" tanya Bella cemas.Nicholas menyentuh wajah Bella dan berpikir, Bella begitu berbeda dengan saudarinya itu. Bella tidak memiliki kecantikan Crystal, tetapi senyum Bella dapat menerangi hatinya. Bahkan, pakaian yang dikenakan adalah pakaian itu-itu saja. Kaos dan celana jeans lusuh. Tidak ada riasan apapun di wajah manis Bella dan itu dulu yang disukainya, saat dirinya belum memiliki pergaulan seluas sekarang. Nicholas akan mulai membandingkan penampilan Bella dengan kenalan wanita lainnya dan itu membuat Nicholas merasa begitu buruk.
Bella meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Kecewa, benar dirinya merasa kecewa. Namun, itu hanya ditelannya sendiri dan tidak diutarakan kepada kekasihnya itu. Bella menghela napas dan kembali duduk di ruang tamu, kembali menjahit mata boneka. Perlahan, air mata mulai membasahi wajahnya. Di lubuk hatinya, Bella tahu Nicholas malu akan dirinya. Namun, ada rasa berhutang yang membuat pria itu tetap bertahan di sisinya.Seharusnya, waktu itu Bella tidak menyerahkan kesuciannya kepada Nicholas. Hal itu, malah akan membuat Nicholas terikat padanya. Namun, rasa takut ditinggalkan membuat Bella menyerahkannya.Impiannya yang tersisa, tinggal satu. Hanya satu, yaitu menjadi istri Nicholas Hall. Hanya pria itu yang dimilikinya. Jika, Nicholas meninggalkannya maka dirinya tidak lagi memiliki harapan dan impian. Jadi, karena alasan itulah Bella bersedia menyerahkan kesuciannya, pagi itu. Saat ini, dirinya hanya berharap mengandung dan Nicholas segera meminang