Home / Romansa / Bad Romance / Bab 2 . Pasangan Yang Dapat Dibanggakan

Share

Bab 2 . Pasangan Yang Dapat Dibanggakan

Author: Venny
last update Last Updated: 2021-04-27 13:45:56

"Bagaimana denganmu?" tanya Bella yang menjawab pertanyaan Nicholas dengan pertanyaan.

"Tentu aku akan mengambil jurusan hukum! Aku ingin menjadi pengacara ternama!" ujar Nicholas sambil tersenyum lebar.

Lalu, mereka berdua berjalan ke arah halte bus dan duduk di sana sembari menunggu.

"Bagaimana denganmu?" tanya Nicholas kembali.

Bella menghela napas dan menatap kekasihnya itu, seraya berkata, "Aku akan kuliah tahun depan."

"Mengapa seperti itu? Pasti itu karena kakakmu, Crystal. Aku akan menegurnya!" ujar Nicholas kesal dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Hei .... Hentikan!" ujar Bella dan menahan Nicholas yang sudah hendak menghubungi nomor ponsel kakaknya itu.

Ponsel adalah barang mewah bagi keluarga Swan. Yang memiliki ponsel hanya Crystal dan Bella sendiri tidak yakin bagaimana kakaknya itu mampu membeli ponsel. Jadi, Bella menyimpan nomor ponsel kakaknya di ponsel milik Nicholas. Walaupun, tidak pernah sekalipun Bella menghubungi nomor itu.

"Tapi, bagaimana dengan beasiswa itu? Bukankah itu hanya berlaku untuk tahun ini?" tanya Nicholas kembali dengan kesal.

"Tidak masalah! Aku bisa kuliah di universitas lain yang lebih terjangkau tanpa beasiswa. Aku akan bekerja dulu selama 1 tahun dan setelah uang terkumpul baru akan memutuskan kuliah di universitas apa." Jelas Bella, sebenarnya dirinya sendiri ragu bagaimana mengumpulkan uang untuk kuliah. Tamatan SMA tidak memiliki pilihan pekerjaan yang baik, mungkin dirinya hanya akan berakhir menjadi penjaga toko atau swalayan. Namun, Bella selalu menyimpan kekhawatirannya dan menunjukkan sikap bahwa dirinya baik-baik saja.

Bus tiba dan mereka berdua naik ke dalam bus. Nicholas kesal dan tidak lagi berbicara, jadi Bella juga hanya diam sambil menatap keluar jendela.

***

Tidak terasa, sudah hampir 6 bulan dari tamat sekolah. Seperti perkiraannya, Bella berakhir bekerja di sebuah swalayan di dekat rumahnya. Jam kerja yang cukup panjang, tetapi sepadan dengan upah yang diterima.

Dengan memiliki pemasukan sendiri, Bella dapat membantu menutupi pengeluaran rumah dan hal itu membuat ibu tenang. Awalnya, Bella ingin ibu bekerja di satu tempat saja yaitu di pabrik pengalengan ikan dan dapat beristirahat di malam hari. Namun, hal itu tidak terwujud karena Crystal menghabiskan uang lebih dan lebih. Jika, ibu menolak permintaannya, maka Crystal akan mengancam dengan pergi meninggalkan rumah. 

Ancaman itu berhasil, semua permintaannya terpenuhi. Apakah hal itu membuat Bella marah? Tentu saja. Namun, kembali lagi Bella selalu menyimpan rasa marah dan keberatannya, karena berpikir bahwa  Crystal berhak memperoleh semua itu.

Crystal berubah drastis. Pakaian branded dan termasuk semua aksesorisnya dengan ponsel dan laptop keluaran terbaru. Saat marah, maka Crystal selalu berkata akan pergi dari rumah bobrok ini. Crystal juga mengatakan dirinya malu, mengapa terlahir di keluarga miskin seperti ini. Ibu hanya akan menangis saat Crystal bertingkah menjengkelkan seperti itu.

Bella lebih senang menghabiskan waktunya di luar rumah. Dirinya bekerja dengan giat dan tidak pernah keberatan saat harus lembur. Jika tidak memiliki jam lembur, maka Bella akan pergi ke rumah kekasihnya, Nicholas Hall dan dengan senang hati membantu pekerjaan rumah di sana.

Namun, belakang ini, perilaku kedua orang tua Nicholas, terutama Sang Ibu berubah total. Seperti saat ini.

"Bu, aku bantu melipat pakaian ini."

Ujar Bella, sambil duduk di samping Nyonya Hall, wanita paruh baya bertubuh gempal. Nyonya Hall mengabaikan perkataan Bella dengan wajah yang begitu cemberut dirinya berkata, "Apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu seharusnya melakukan sesuatu yang lebih penting daripada melipat pakaian?"

Tangan Bella yang sedang melipat pakaian terhenti. Belakangan ini, perlakuan Nyonya Hall kepadanya sangat kasar dan selalu ingin Bella tidak berlama-lama di rumahnya.

"Ehm ..., aku menunggu Nicholas pulang," jawab Bella perlahan.

"Kamu lihat anak Nyonya Mai, tetangga kita. Anak gadis harus seperti itu, kuliah dan bekerja di kantoran! Bukan seperti dirimu, yang-" 

Perkataan Nyonya Hall terpotong karena Nicholas yang baru tiba di rumah.

"Ibu! Tolonglah jangan mempersulit Bella! Bella akan kuliah tahun depan, aku yakin dirinya juga dapat bekerja di perusahaan bergengsi." Ujar Nicholas sambil buru-buru duduk di antara Bella dan ibunya.

"Putra kesayangan Ibu! Ibu hanya ingin, kamu memiliki pasangan yang dapat kamu banggakan!" ujar Nyonya Hall membela diri.

"Aku bangga dengan Bella, Bu!" ujar Nicholas jujur sambil memeluk pundak Bella.

Bella menatap Nicholas dan tersenyum penuh rasa syukur karena memiliki kekasih sebaik ini. Lalu, mereka makan malam bersama. Tuan dan Nyonya Hall beserta Bella dan Nicholas. Walaupun, Nyonya Hall lebih banyak diam, tetapi Bella dapat merasakan rasa tidak suka yang begitu besar dari Nyonya Hall terhadap dirinya. Bella berharap, semua akan kembali ke keadaan semula, setelah dirinya kuliah.

Nyonya Hall, meletakkan begitu banyak lauk di piring putra kesayangannya dan Nicholas membagikan sebagian lauk itu kepada Bella.

"Tidak! Kamu makan saja." Bella menolak, dirinya tidak lagi ingin mencari masalah dengan Nyonya Hall.

"Kamu harus makan yang banyak! Kamu begitu kurus." Nicholas mengabaikan keberatan Bella dan meletakkan sebagian lauk dari piringnya ke piring Bella.

"Jika dia tidak mau, maka jangan dipaksa!" Nyonya Hall mengambil lauk dari piring Bella dan meletakkannya di piring suaminya, Tuan Hall.

"Istriku ..." Tuan Hall ingin menasehati istrinya yang sudah kelewatan.

"Makan saja! Lauk hanya untuk mereka yang mengeluarkan uang untuk membeli semua yang ada di atas meja ini." Ujar Nyonya Hall ketus.

"Benar, makanlah Paman! Sebelum kemari, aku sudah makan di swalayan." 

Bella berusaha agar Tuan dan Nyonya Hall tidak bertengkar karena dirinya. Entah mengapa, belakangan dirinya semakin merasa rendah diri jika berada di tengah-tengah Keluarga Hall. Akhirnya, mereka semua makan dalam diam dan Bella sama sekali tidak dapat menikmati makan malam ini. Selesai makan malam, biasanya Bella akan membantu mencuci peralatan makan, tetapi malam ini Nyonya Hall memintanya segera pulang, dengan alasan sudah larut malam.

'Ayo aku antar!" Ajak Nicholas.

"Rumahnya hanya berjarak satu blok dari sini! Biarkan dia pulang sendiri, sudah begitu malam kamu harus mandi dan beristirahat!"

"Ayolah, Bu! Ini hanya sebentar!"

Nicholas mengandeng tangan Bella dan berjalan ke arah pintu rumah itu, lalu keluar. Nicholas tidak memberi kesempatan bagi Bella untuk keberatan.

"Bukankah kamu seharusnya mendengarkan perkataan ibumu? Bukankah hal ini akan membuat ibumu marah?" tanya Ellena penuh cemas.

"Maafkan ibuku. Belakangan ini, dirinya sering mendengar perkataan para tetangga."

Nicholas meminta maaf untuk ibunya. Bella hanya mengangguk dan mereka tidak lagi berbicara.

Mereka tiba di depan pintu rumah Bella dan setelah memastikan Bella masuk ke dalam rumah, barulah Nicholas pergi. Bella bersandar di balik pintu, hatinya sedih karena perlakuan Nyonya Hall terhadap dirinya.

Setelah berhasil menenangkan diri, Bella berjalan ke dapur dan memanaskan sayur untuk ibunya. Ibu akan pulang sebentar lagi.

Klik!

Pintu depan rumah terbuka, Bella memaksakan seulas senyum dan berbalik menyambut ibunya. Namun, itu bukan ibu melainkan Crystal yang berjalan sempoyongan.

Brukkk!!!

Crystal tersandung, dan terjerembab di lantai.

"ARGH ...!!!"

Teriak Crystal mengamuk dan melempar tas tangannya dengan kasar.

Bella tidak yakin apa yang terjadi dengan kakaknya itu, dan datang menghampirinya.

"Crystal!" 

Panggil Bella menghampiri Crystal, hendak membantunya berdiri. Namun, Crystal mendorong Bella menjauh.

"Pergi! Tinggalkan aku!"


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bad Romance   Bab 63 . Kediaman Keluarga Baker

    David bukanlah pria suci, walaupun memiliki impian yang mulia. David sudah begitu sulit mengendalikan diri, terhadap setiap rayuan yang dilancarkan oleh Bella. David tahu, dirinya hanya akan menjadi bagian dari rencana balas dendam wanita ini. Mirisnya, peran yang dipikul hanyalah sebatas teman kencan bagi Bella, tidak lebih.Apakah dirinya mampu menjalani hubungan seperti itu? Apakah dirinya mampu melanggar semua norma yang dijunjung tinggi selama ini? Yang terpenting adalah, bagaimana dirinya menjalani hidup pada saat Bella meninggalkannya?Bella mempererat pelukan dan memperdalam ciumannya. Bibir pria ini amat berbeda dengan bibir Ben. Bella menyukai rasa David, bahkan ingin rasa pria ini yang tertinggal pada dirinya.Pertahanan David luluh lantak. Ya, anggap saja ini bagian dari petualangan yang tidak berarti.Malam itu, Bella menerima David dengan penuh sukacita. Perlakuan David yang begitu lembut dan memuja dirinya, membuat B

  • Bad Romance   Bab 62 . Percintaan yang Buruk

    Anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak menghubungi. Namun, hal itu lebih membuat David merasa khawatir. Seakan, ada sesuatu yang direncanakan oleh kedua orang tuanya itu.TING TONG!Bel apartemennya berbunyi."Sial!" gerutu David dan bangkit dari sofa. Dirinya tahu, ayah dan ibu tidak akan tinggal diam. Mereka pasti datang untuk membicarakan apa yang terjadi tadi.Namun, David akan mengusir mereka pergi. Bagaimana mereka tidak mengerti, bahwa dirinya butuh waktu sendirian.Dengan kesal, David membuka pintu kasar."BUKANKAH SUDAH KUBILANG-"Teriakan David terhenti saat melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya.Bella langsung melangkah masuk dan memeluk pria itu. Seperti perkiraannya, memeluk pria ini terasa begitu tepat dan nyaman. Seakan apa yang menggerogoti jiwanya seketika sirna, ditelan kehangatan pria itu.David mengangkat kedua tangannya ke atas. M

  • Bad Romance   Bab 61 . Hukuman

    Bella menundukkan wajahnya. Setidaknya dengan begitu, dirinya tidak perlu melihat wajah buruk pria itu. Lift berhenti dan pintu terbuka. Ben menarik kasar dirinya keluar dari lift. Sepanjang koridor, dapat dikatakan Bella diseret. Dengan sepatu setinggi ini, membuat Bella sulit menyamakan langkah kaki lebar pria itu.Beberapa kali, Bella hendak terjungkal. Namun itu tidak terjadi, sebab cengkeraman Ben begitu kuat.Bella tidak tahu ini lantai berapa, dirinya bahkan tidak peduli. Dirinya masih membutuhkan pria ini. Saat langkah ini diambil, Bella tahu jelas tidak ada jalan mundur. Kecuali, dirinya melepaskan rasa dendam dan kebenciannya. Namun, itu tidaklah mungkin.Ben memasukkan kartu dan mendorong pintu kamar hingga terbuka lebar. Lalu, dengan satu tarikan kuat, menarik Bella masuk ke dalam dan melepaskannya. Tubuh Bella limbung dan menabrak dinding kamar itu. Ben membanting pintu kuat hingga tertutup dan melangkah maju, menutup jarak di anta

  • Bad Romance   Bab 60 . Kenikmatan Duniawi

    Langkah kaki David terhenti. Tatapannya terkunci pada sosok yang berada di hadapannya. Sosok memukau yang melangkah pasti ke arahnya. Gaun merah itu ikut bergoyang mengikuti hentakan langkah kaki indah itu. Yang sesekali akan menyelinap keluar dari belahan gaun yang begitu tinggi.Semua itu dilihat David dalam gerakan lambat. Seketika suasana di sekitarnya menjadi hening. David hanya mampu mendengar suara detak jantungnya sendiri. Yang perlahan dan pasti, itu berdetak semakin kencang.Bella mengunci tatapannya, hanya kepada pria itu. Selain untuk menghindar dari Crystal, Bella juga ingin membuktikan perubahan dirinya. Apakah dirinya mampu mencium David di tengah ruangan yang ramai ini? Bahkan, di hadapan kedua orang tua pria itu? Bagaimana jika, David mendorongnya? Tidak, Bella tidak akan mengizinkan hal tersebut terjadi.Setelah menjadi seorang wanita dewasa, penuh percaya diri dan sadar akan kemolekannya, Bella yakin, dirinya tidak akan mampu

  • Bad Romance   Bab 59 . Menyelamatkan Diri

    Mereka tiba di ballroom hotel mewah itu dan tempat itu dihias dengan begitu mewah, nuansa warna hitam dan emas. Penjagaan sangat ketat, hanya mereka yang memiliki undangan dipersilakan masuk.Bella menyerahkan undangan yang dikirimkan oleh Ben. Mereka diantar masuk ke dalam dengan penuh hormat dan menempati bangku di meja paling dekat dengan jalur catwalk.Suasana begitu meriah dan para tamu yang hadir terlihat spektakuler. Bella dan David duduk saling berhadapan, pelayan datang menawarkan sampanye. Bella juga mulai belajar minum minuman beralkohol dan siapa sangka, dirinya memliki daya tahan yang cukup tinggi. Bahkan, dirinya tidak pernah mabuk setelah minum bergelas-gelas. Jadi, Bella tanpa ragu mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya.David melakukan hal yang sama, mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya. Dirinya tidak lagi khawatir saat melihat wanita itu minum, karena David tahu jelas Bella tidak akan mabuk. Tidak seperti pertama

  • Bad Romance   Bab 58 . Tidak Berencana Melewati Batas

    "Tidak! Itu tidak normal dan perlu ditemukan penyebabnya. Jika tidak, maka itu akan menjadi trauma!" tegas David, yang tidak lagi memiliki selera makan. Dirinya tidak suka membahas hal tersebut dengan Bella, tetapi profesionalitasnya diuji kali ini."Benar, aku yakin juga seperti itu. Itu salah satu alasan, mengapa aku ingin memiliki pengalaman lebih akan hal tersebut," ujar Bella yang sambil menyantap makanannya."Kamu tidak bisa menikmatinya dengan Ben, itu artinya juga akan sulit dengan pria lain. Ben, kamu mengenalnya dan kamu kesulitan. Apalagi dengan pria yang tidak kamu kenal," jelas David.Bella mengangguk dan kembali berkata, "Mungkin itu benar. Tetapi, alasan mengapa aku tidak dapat menikmati percintaan itu adalah saat kami bercinta, aku akan memikirkan bagaimana perlakuan Ben terhadap wanita lain. Itu yang menggangguku! Karena itu, aku ingin memiliki pria lain, seperti Ben!" jelas Bella."Apakah kamu mencintainya? Ada ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status