Home / Romansa / Bad Romance / Bab 4 . Apa Yang Kamu Lakukan, Sudah Tepat

Share

Bab 4 . Apa Yang Kamu Lakukan, Sudah Tepat

Author: Venny
last update Last Updated: 2021-04-27 13:47:33

Bella mengedarkan pandangannya, dan terlihat jelas dirinya berada di rumah sakit. 

"ISABELLA SWAN!!!"

Bella mendengar jelas, suara ibu yang meneriaki nama lengkapnya. Itu tanda, bahwa ibu benar-benar marah.

Bella memalingkan kepalanya ke arah asal suara tadi. Dirinya melihat, ibu melihatnya dengan raut wajah begitu marah. Apa yang terjadi dengan wajah ibu? Wajah ibu hampir separuh tertutup lebam, bahkan salah satu mata ibu begitu merah.

"A-apa yang terjadi terhadap Ibu?"

Tanya Bella, dirinya bahkan kesulitan mengenali suaranya sendiri. Suaranya saat ini, terdengar begitu lemah dan serak. Untuk mengucapkan satu kalimat tadi, membuat tubuhnya berkeringat dingin. 

Di samping ibu, Ellena melihat Crystal yang seperti biasa, selalu terlihat tidak peduli. 

"Kau ...! Kau anak durhaka!"

Cecar ibu kepada Bella, ini pertama kalinya Bella melihat ibu begitu marah.

"Sudahlah, Bu! Ayah pantas menerima hukuman itu. Lihat apa yang dilakukan Ayah kepada Ibu. Jika, polisi tidak datang tepat waktu, mungkin sesuatu yang lebih buruk akan terjadi pada Ibu."

Crystal mencoba menenangkan Sang Ibu. Ini juga pertama kalinya, Crystal membela dirinya.

"Kalian anak bodoh! BODOH!!!"

"Jika, Ibu ingin ayahmu mendekam di penjara, Ibu juga bisa melaporkannya sendiri!"

"Alasan Ibu bertahan selama ini adalah Ibu tidak ingin kalian menjadi anak yatim! Ibu, bisa pergi dari rumah itu kapan saja. Namun, Ibu selalu bertahan demi kalian berdua!"

Ibu mengutarakan isi hatinya sambil meneteskan air mata.

"Sudahlah, Bu! Setidaknya, di penjara Ayah tidak lagi dapat minum dan memiliki waktu memikirkan kesalahannya." Crystal kembali berkata. Terlihat jelas, Crystal sangat tidak menyukai ayahnya itu.

"Alasan lainnya, Ibu tidak ingin kalian memiliki Ayah seorang narapidana!" 

Nyonya Swan melanjutkan perkataannya, hal yang paling ditakuti akhirnya terjadi.

"Kalian berdua akan kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan ayah seorang narapidana! Kalian akan sulit bersosialisasi, jika orang-orang tahu ayah kalian adalah narapidana!!!"

Seketika, perkataan Nyonya Swan, ibu mereka, seakan menampar kesadaran kedua saudari itu.

Saat itulah, raut wajah khawatir muncul di wajah mereka berdua.

Nyonya Swan tidak lagi tahan dan berbalik pergi meninggalkan mereka berdua. Crystal menatap Bella dan berkata dengan sinis, "Aku kira, kamu akhirnya melakukan sesuatu yang hebat! Namun, kamu menggali lubang kuburan untuk kita semua!"

Setelah berkata seperti itu, Crystal juga berbalik pergi meninggalkan dirinya. 

Bella menelan ludah, jantungnya kembali berdegup begitu kencang. Benar, saat ini rasa takut menyelimuti dirinya. Hal itu, membuat Bella tidak memperhatikan seseorang yang sedari tadi duduk di kursi samping ranjangnya.

"Apa yang kamu lakukan sudah tepat! Jika, kami datang terlambat, mungkin ibumu sudah tidak dapat diselamatkan!" 

Suara seorang pria menyadarkan Bella dari rasa takutnya. Bella memalingkan wajahnya dan menatap sosok pemilik suara itu.

Seorang pria dengan balutan seragam kepolisian. Pria itu masih cukup muda dan memiliki postur tubuh tinggi, serta wajah yang cukup tampan.

"Perkenalkan, saya Inspektur David Baker! Kemarin, kamu berlari ke kantor pos jaga kami. Beruntung kamu pingsan setelah menceritakan semuanya. Hal itu membuat kami dapat tiba tepat waktu dan mengamankan Tuan Swan." 

Inspektur David, tidak menceritakan bagaimana Tuan Swan hendak menghunuskan pisau dapur ke arah Nyonya Swan. Beruntung mereka tiba dan menghentikan hal gila tersebut. Dirinya tidak yakin apakah gadis itu dapat menerima informasi itu.

Bella mengangguk seakan mengerti, tetapi sebetulnya dirinya belum dapat mengingat kejadian kemarin secara lengkap.

David mengeluarkan secarik kartu nama dan meletakkan di atas telapak tangan Bella.

"Ingat hubungi diriku, jika butuh bantuan! Atau kamu bisa langsung datang ke kantor polisi!"

"Istirahatlah! Telapak tanganmu mendapat 5 jahitan, akibat luka dari pecahan kaca. Untuk kaki, tidak ada luka serius, hanya luka lecet karena kamu berlari tanpa alas kaki."

Inspektur David, mencoba menjelaskan kepada Bella.

"Ah! L-luka ..., luka ini bukan disebabkan oleh ayahku! A-aku tidak berhati-hati saat membersihkan pecahan mangkuk sayur," Bella mencoba menjelaskan dengan terbata-bata. Dirinya berharap, ayah tidak perlu mendekam di balik jeruji besi.

"Kami tahu! Bukan karena alasan itu Tuan Swan di tahan, tetapi dari apa yang kami saksikan saat masuk ke dalam rumah Keluarga Swan. Bukti di sana, beserta luka ibumu, cukup membuat Tuan Swan mendekam di balik jeruji, untuk merenungkan kesalahannya!" Inspektur David tidak ingin gadis itu tenggelam dalam rasa bersalah.

Perkataan pria itu, sedikit membuat hatinya merasa tenang.

"Istirahatlah! Besok, kamu baru diizinkan pulang."

Setelah berkata seperti itu, Inspektur David berbalik pergi meninggalkan Bella sendirian di dalam kamar rumah sakit uang yang sempit ini.

Barulah Bella memperhatikan sekujur tubuhnya. Sebelah tangannya diperban cukup tebal, dan sebelah lagi hanya ada beberapa plester. Di lengannya juga terpasang jarum infus. Bella mencoba menggerakkan kakinya dan semuanya terasa baik-baik saja, hanya telapak tangannya yang agak terasa sakit.

Bella tidak tahu apa yang telah dilakukannya dapat berpengaruh seperti itu. 

"Kamu sudah bangun?" tanya seorang perawat yang baru memasuki kamar rawatnya.

"Benar."

Bella menjawab dengan suara serak.

Perawat menaikkan sandaran ranjang Bella dan menghampirinya dengan segelas air putih beserta sedotan.

"Minumlah sedikit," pinta perawat itu dan menyodorkan sedotan tepat di depan bibir Bella yang kering.

Bella menyeruput sedikit air putih itu dan tenggorokannya terasa jauh lebih baik. Lalu, Bella kembali menyeruput lebih banyak air dari gelas itu.

"Pelan-pelan."

Perawat itu memperingati Bella, agar dirinya tidak tersedak karena minum begitu cepat. 

"Sebentar lagi, aku meminta untuk diantarkan semangkuk bubur untukmu. Ingat, makan yang banyak jika kamu ingin segera pulang."

Bella menatap perawat itu, ada sedikit rasa enggan untuk kembali ke rumahnya. Dirinya tidak yakin bagaimana menghadapi ibu dan kakaknya. Setelah apa yang dilakukannya, menyebabkan ayah meringkuk di balik jeruji.

"Jangan berpikir terlalu banyak. Kamu sudah menyelamatkan nyawa ibumu. Luka-luka Nyonya Swan tidaklah ringan, aku tahu karena aku yang membantu membersihkan lukanya. Jadi, pulanglah dengan kepala tegak, apa yang kamu lakukan sudah tepat."

Bella mengangguk, dirinya yakin permasalahan Keluarga Swan sudah menarik perhatian banyak orang. Saat ini, Bella hanya dapat berharap agar semuanya akan kembali seperti semula.

***

Keesokan harinya, Bella bangun pagi-pagi sekali. Perawat itu datang untuk melepaskan jarum infus dan membantunya mandi serta berganti pakaian. Pakaiannya yang dikenakan waktu itu, sudah bersih dan terlipat rapi. Apakah ibu yang mencucinya? Namun, mengapa ibu tidak mengambil pakaian ganti saja? batinnya.

"Aku mencucinya untukmu! Ada bercak tanah dan darah di pakaianmu." Perawat itu menjelaskan.

Setelah selesai berganti pakaian, sarapan sudah dihidangkan saat Bella keluar dari kamar mandi. Dirinya makan dengan lahap, walaupun tidak yakin seperti apa rasa makanan itu.

Bella duduk di ranjang kamar itu dan menunggu sampai lewat tengah hari, tetapi ibu ataupun kakaknya tidak ada yang datang untuk menjemputnya. Hal itu, membuat Bella cemas, apakah ibu masih marah padanya dan tidak ingin dirinya pulang? batin Bella.

"Selamat siang!"

Suara seseorang yang menyapa, membuat Bella tersadar dari lamunannya. Dirinya berbalik dan menatap ke arah pintu.

"S-selamat siang," balas Bella terbata-bata kepada Inspektur David.

"Ayo, aku antar pulang!" ujar Inspektur David dengan senyum di wajahnya.

Bella ragu sejenak, dirinya ingin menunggu ibu atau kakak datang menjemputnya.


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bad Romance   Bab 63 . Kediaman Keluarga Baker

    David bukanlah pria suci, walaupun memiliki impian yang mulia. David sudah begitu sulit mengendalikan diri, terhadap setiap rayuan yang dilancarkan oleh Bella. David tahu, dirinya hanya akan menjadi bagian dari rencana balas dendam wanita ini. Mirisnya, peran yang dipikul hanyalah sebatas teman kencan bagi Bella, tidak lebih.Apakah dirinya mampu menjalani hubungan seperti itu? Apakah dirinya mampu melanggar semua norma yang dijunjung tinggi selama ini? Yang terpenting adalah, bagaimana dirinya menjalani hidup pada saat Bella meninggalkannya?Bella mempererat pelukan dan memperdalam ciumannya. Bibir pria ini amat berbeda dengan bibir Ben. Bella menyukai rasa David, bahkan ingin rasa pria ini yang tertinggal pada dirinya.Pertahanan David luluh lantak. Ya, anggap saja ini bagian dari petualangan yang tidak berarti.Malam itu, Bella menerima David dengan penuh sukacita. Perlakuan David yang begitu lembut dan memuja dirinya, membuat B

  • Bad Romance   Bab 62 . Percintaan yang Buruk

    Anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak menghubungi. Namun, hal itu lebih membuat David merasa khawatir. Seakan, ada sesuatu yang direncanakan oleh kedua orang tuanya itu.TING TONG!Bel apartemennya berbunyi."Sial!" gerutu David dan bangkit dari sofa. Dirinya tahu, ayah dan ibu tidak akan tinggal diam. Mereka pasti datang untuk membicarakan apa yang terjadi tadi.Namun, David akan mengusir mereka pergi. Bagaimana mereka tidak mengerti, bahwa dirinya butuh waktu sendirian.Dengan kesal, David membuka pintu kasar."BUKANKAH SUDAH KUBILANG-"Teriakan David terhenti saat melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya.Bella langsung melangkah masuk dan memeluk pria itu. Seperti perkiraannya, memeluk pria ini terasa begitu tepat dan nyaman. Seakan apa yang menggerogoti jiwanya seketika sirna, ditelan kehangatan pria itu.David mengangkat kedua tangannya ke atas. M

  • Bad Romance   Bab 61 . Hukuman

    Bella menundukkan wajahnya. Setidaknya dengan begitu, dirinya tidak perlu melihat wajah buruk pria itu. Lift berhenti dan pintu terbuka. Ben menarik kasar dirinya keluar dari lift. Sepanjang koridor, dapat dikatakan Bella diseret. Dengan sepatu setinggi ini, membuat Bella sulit menyamakan langkah kaki lebar pria itu.Beberapa kali, Bella hendak terjungkal. Namun itu tidak terjadi, sebab cengkeraman Ben begitu kuat.Bella tidak tahu ini lantai berapa, dirinya bahkan tidak peduli. Dirinya masih membutuhkan pria ini. Saat langkah ini diambil, Bella tahu jelas tidak ada jalan mundur. Kecuali, dirinya melepaskan rasa dendam dan kebenciannya. Namun, itu tidaklah mungkin.Ben memasukkan kartu dan mendorong pintu kamar hingga terbuka lebar. Lalu, dengan satu tarikan kuat, menarik Bella masuk ke dalam dan melepaskannya. Tubuh Bella limbung dan menabrak dinding kamar itu. Ben membanting pintu kuat hingga tertutup dan melangkah maju, menutup jarak di anta

  • Bad Romance   Bab 60 . Kenikmatan Duniawi

    Langkah kaki David terhenti. Tatapannya terkunci pada sosok yang berada di hadapannya. Sosok memukau yang melangkah pasti ke arahnya. Gaun merah itu ikut bergoyang mengikuti hentakan langkah kaki indah itu. Yang sesekali akan menyelinap keluar dari belahan gaun yang begitu tinggi.Semua itu dilihat David dalam gerakan lambat. Seketika suasana di sekitarnya menjadi hening. David hanya mampu mendengar suara detak jantungnya sendiri. Yang perlahan dan pasti, itu berdetak semakin kencang.Bella mengunci tatapannya, hanya kepada pria itu. Selain untuk menghindar dari Crystal, Bella juga ingin membuktikan perubahan dirinya. Apakah dirinya mampu mencium David di tengah ruangan yang ramai ini? Bahkan, di hadapan kedua orang tua pria itu? Bagaimana jika, David mendorongnya? Tidak, Bella tidak akan mengizinkan hal tersebut terjadi.Setelah menjadi seorang wanita dewasa, penuh percaya diri dan sadar akan kemolekannya, Bella yakin, dirinya tidak akan mampu

  • Bad Romance   Bab 59 . Menyelamatkan Diri

    Mereka tiba di ballroom hotel mewah itu dan tempat itu dihias dengan begitu mewah, nuansa warna hitam dan emas. Penjagaan sangat ketat, hanya mereka yang memiliki undangan dipersilakan masuk.Bella menyerahkan undangan yang dikirimkan oleh Ben. Mereka diantar masuk ke dalam dengan penuh hormat dan menempati bangku di meja paling dekat dengan jalur catwalk.Suasana begitu meriah dan para tamu yang hadir terlihat spektakuler. Bella dan David duduk saling berhadapan, pelayan datang menawarkan sampanye. Bella juga mulai belajar minum minuman beralkohol dan siapa sangka, dirinya memliki daya tahan yang cukup tinggi. Bahkan, dirinya tidak pernah mabuk setelah minum bergelas-gelas. Jadi, Bella tanpa ragu mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya.David melakukan hal yang sama, mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya. Dirinya tidak lagi khawatir saat melihat wanita itu minum, karena David tahu jelas Bella tidak akan mabuk. Tidak seperti pertama

  • Bad Romance   Bab 58 . Tidak Berencana Melewati Batas

    "Tidak! Itu tidak normal dan perlu ditemukan penyebabnya. Jika tidak, maka itu akan menjadi trauma!" tegas David, yang tidak lagi memiliki selera makan. Dirinya tidak suka membahas hal tersebut dengan Bella, tetapi profesionalitasnya diuji kali ini."Benar, aku yakin juga seperti itu. Itu salah satu alasan, mengapa aku ingin memiliki pengalaman lebih akan hal tersebut," ujar Bella yang sambil menyantap makanannya."Kamu tidak bisa menikmatinya dengan Ben, itu artinya juga akan sulit dengan pria lain. Ben, kamu mengenalnya dan kamu kesulitan. Apalagi dengan pria yang tidak kamu kenal," jelas David.Bella mengangguk dan kembali berkata, "Mungkin itu benar. Tetapi, alasan mengapa aku tidak dapat menikmati percintaan itu adalah saat kami bercinta, aku akan memikirkan bagaimana perlakuan Ben terhadap wanita lain. Itu yang menggangguku! Karena itu, aku ingin memiliki pria lain, seperti Ben!" jelas Bella."Apakah kamu mencintainya? Ada ke

  • Bad Romance   Bab 57 . Tidak Menikmati

    Hari ini Bella sama sekali tidak melakukan apa-apa. Dirinya tidak mengikuti kursus apa pun, apalagi pergi ke kampus. Saat langit gelap, Bella turun dari ranjang, mandi dan berganti pakaian. Lalu, makan sedikit. Ya, seharian ini, Bella sama sekali tidak makan maupun minum.Suasana hatinya begitu buruk. Setelah berganti pakaian, Bella pun meninggalkan apartemennya. Menggunakan taksi, dirinya pergi ke klinik David Baker. Saat ini, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam.Bella sampai dan melangkah masuk ke dalam klinik."Selamat malam, Nona Bella," sapa salah seorang perawat yang berada di klinik."Selamat malam," sapa Bella kembali."Bukankah hari ini Nona tidak memiliki jadwal temu dengan Dokter?" tanya sang perawat."Benar, aku memang tidak memiliki jadwal temu. Namun, aku ingin menemui David.""Baiklah, Nona. Akan aku sampaikan kepada Dokter. Namun, di dalam masih ada pasien. Bisakah Nona menu

  • Bad Romance   Bab 56 . Berharap

    Bella mandi dan keramas. Dirinya berusaha menghapus semua jejak pria itu di tubuhnya. Ini sulit, sangat sulit bagi Bella. Dirinya sama sekali tidak menikmati percintaan tadi. Namun, itu dilakukan karena kewajiban, jadi cukup menyiksa.Bella keluar dari kamar mandi, dengan rambut basah dan tubuh terbalut jubah mandi. Dirinya mendapati Ben masih berada di sana, duduk di sisi ranjang menatapnya."Mengapa kamu minum obat ini?" tanya Ben, sambil menatap botol obat yang ada digenggamannya.Bella melangkah maju dan melihat botol obat miliknya, sudah berada di genggaman pria itu."Bukankah itu harus?" tanya Bella."Bukankah, seharusnya kamu membahas masalah ini padaku terlebih dahulu?" tanya Ben kembali, tanpa menjawab pertanyaannya.Bella maju satu langkah dan menghela nafas berat, lalu menatap pria itu sambil berkata, "Kamu tahu jelas akan pengalamanku? Lagipula, di dalam kontrak tidak dikatakan aku harus mengandung anakmu! Jadi,

  • Bad Romance   Bab 55 . Tidak Memiliki Hak Untuk Keberatan

    Uhuk Uhuk Uhuk!David tersedak ludahnya sendiri, saat mendengar permintaan Bella."Tunggu! Tunggu! Ada yang harus diluruskan!" sanggah David buru-buru."Tentu! Katakan saja," jawab Bella."Begini, aku akan mendampingimu. Kamu ingin melihat kehidupan malam, maka aku akan menemani dirimu. Aku akan membantumu menemukan pria yang tepat! Walau, itu tidak aku harapkan," jelas David."Apa?" pekik Bella, sambil memutar bola matanya kesal."Aku tidak butuh teori! Aku butuh praktek langsung!" jelas Bella tidak sabar."Ini tawaranku! Apakah kamu mau terima atau tidak, itu terserah padamu!" tegas David."Itu artinya tidak ada ciuman atau seks?" tanya Bella."Tidak! TIDAK!" tegas David kembali.Bella mengangguk dan bertanya, "Namun, tidak masalah jika aku merayu dirimu bukan?""Apakah kamu bisa?" tanya David dengan menaikkan sebelah alis matanya."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status